14

60 4 1
                                    

Hallo semua. Jangan lupa vote🌟🌟🌟 sebelum membaca ya. Karena setiap vote berarti banget buat Author.😊

Happy Reading guys.❤❤

*
.
.
.

Seminggu lebih Naraya berada di rumah sakit ini, ditemani rasa bosan yang menghantuinya setiap saat. Terkadang Naraya juga menyesali apa yang terjadi pada dirinya. Tapi memang seharusnya Naraya tidak boleh menyesal. Namun setiap orang berhak menyesali apa yang dia rasa akan merenggut semua kebahagiaannya.

Naraya tak bisa membayangkan, bagaimana kalau sampai pemikiran di otaknya itu menjadi nyata. Naraya tidak bisa berpikir kalau sampai orang tuanya meraung sedih melepas kepergian dirinya. Melihat teman temannya menangis mengantar dia ketempat peristirahatan terakhir. Dan banyak lagi yang lain.

Ahh engga. Itu ga bakal terjadi. Gue harus sembuh. Bagaimanapun caranya. Batin Naraya meyakinkan. Setikdaknya dengan begitu dia bisa lebih semangat menjalani hari harinya.

"Hayoo. Mikirin apaan si?" Suara Arga berhasil mengagetkan Naraya.

Perlu kalian tau. Tapi kalo gamau tau juga gapapa si. Skip aja kalo perlu. Hahahaa. canda.

Nahh jadi seminggu terakhir ini, hubungan antara Naraya, Arga dan Nataya itu semakin dekat. Karena seringnya Arga dan Nataya menjenguk Naraya dirumah sakit. Agak aneh sebenernya. Seperti ada sesuatu. Tapi Naraya mencoba menghilangkan perasaan itu.

Apa ini tanda tanda kalau hubungan baru antara Naraya dan Nataya akan dimulai. Ah semoga saja. Berharap yang baik baik saja dulu. Masalah hasil, kita serahkan pada yang diatas.

"Dasar remahan kerupuk. Bikin kaget aja lo." Protes Naraya sambil melempar sebuah novel dinakas ke arah Arga.

"Woo santuy dong. Gue aduin bebeb Nata nih ya." Arga membuat gerakan seperti ninja sambil menangkap buku yang Naraya lempar.

Naraya melirik Arga dengan wajah dibuat sok judes "Ngapain kesini?"

"Woo santuy dong itu muka. Gue kesini kan mau ketemu bebeb Ara." Arga mencoba merayu ala boyband korea.

"Basi." Jawab Naraya meniru gaya bahasa Nataya yang singkat padat dan jelas.

"Ha? udah basi ya? Yaudah ntar beb, Arga kasih yang baru."  Arga berusaha meraih bubur di atas nakas. Tapi tangannya di tepis lebih dulu oleh Naraya.

"Bukan buburnya yang basi. Tapi omong kosong lo yang basi. Dasar gagal paham lo." Dasar Arga. Bikin Naraya naik darah saja.

"Santuy dong beb. Ntar cepet tua loh." Jawab Arga santai sambil berjalan kearah pintu kamar mandi.

"Mau kemana lo." Naraya melirik kemana Arga melangkah.

"Ya allah, Arga tuh cuma mau ke kamar mandi. Santuy dong beb jangan kangen dulu. Apa mau ikut?" Langkahnya terhenti sambil menoleh arah Naraya sambil menaik turunkan alisnya.

"Najis. Pergi loh sana." Ucap Naraya sambil membuat ekspresi ingin muntah.

Arga berlalu dengan gelak tawa yang menggelegar, tapi selangkah dari pintu suaranya sudah tidak terdengar. Mungkin sudah nyemplung ke kloset tuh anak.

Naraya melirik Nataya yang sedari tadi diam kursi deket jendela sambil menatap Naraya dingin.

"Ngapain sampe gitu liatnya." Naraya mencoba membuang muka, mengalihkan rasa gugupnya.

Nataya tidak menjawab, melainkan melangkah mendekat ke arah Naraya berbaring, sekarang dikamarnya ini cuma ada Naraya dan Nataya saja. Yang lain entah pada kemana Naraya pun tak tau. Kecuali Arga yang sedang bermesraan dengan kloset dikamar mandi.

NARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang