Hallo semua. Jangan lupa vote🌟🌟🌟 sebelum membaca ya. Karena setiap vote berarti banget buat Author.😊
Happy Reading guys.❤❤
.
.
.
"Gue yang jagain." Seketika mereka bertiga menoleh ke arah Nataya yang berada di ujung ranjang."Lo beneran?" Tanya Rhea dan Arga bersamaan.
Rhea dan Arga otomatis saling menatap satu sama lain.
"Lo ngapain si ngikutin gue?" Tanya Rhea sewot.
"Dih pd banget lu." Arga menjawab sambil membuang muka.
Rhea tak ingin membuang waktunya hanya untuk berdebat dengan Arga. Rhea pasti tau kalo diteruskan. Nanti tidak akan menenukan titik ujungnya. Jadi Rhea memilih menyelesaikannya saja.
***
Siluet cahaya menelisik masuk kepelupuk mata Naraya. Menyadarkan Naraya dari mimpi indahnya semalaman.
Matanya menelisik ke semua sudut ruangan tersebut. Mencari keberadaan Nataya. Yang semalam Naraya lihat sedang tertidur pulas di kursi panjang yang ada di ruang tamu ruangan tersebut.
Matanya kembali mencari kesudut lain. Tapi tetap saja tidak ada.
Mungkin sudah berangkat sekolah. Batin Naraya bergumam.
Pandangannya beralih menatap pintu kamar mandi yang menimbulkan suara, membuat Naraya kaget bukan main.
Naraya melirik kamar mandi sekali lagi sambil memegang dadanya karena degupan jantungnya yang juga merasakan takut, "Pagi pagi masa iya ada hantu" Gumam Naraya pelan.
Naraya mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Naraya berpikir kalau itu mungkin suara cicak jatuh, atau mungkin bom atom yang jatuh. Naraya memilih untuk tidak menghiraukannya.
Sekali lagi suara itu terdengar. Kali ini Naraya merasa benar benar takut sekaligus kepo. Kekepoannya memang tidak bisa dipungkiri. Dasar tukang kepo kan. Gapapa lah tukang kepo, daripada tukang ngomongin orang. Ah apaan si author. Udah. Balik ke cerita.
Naraya memilih untuk bangkit dari ranjang sambil menenteng kantong infusnya. Berjalan perlahan ke arah kamar mandi, semakin dekat jarak Naraya dan pintu kamar mandi, semakin keras pula suara dari dalam sana.
Tangan Naraya perlahan mendekat ke arah knop pintu kamar mandi, sedikit bergetar. Lalu melangkah lebih dekat sedikit, agar tangannya sampai.
Diputar perlahan knop pintu kamar mandi tersebut. Naraya membuka pintu dengan mata tertutup. Bayangkan saja, kalau Naraya membuka mata lalu hantunya mundul depan dia bagaimana. Ahh itu urusan belakang saja. Yang terpenting, rasa kekepoannya kali ini harus terbayar.
Pintu kamar mandi sudah terbuka, namun belum terbuka sepenuhnya. Narya mendorong pelahan pintu namun tetap dengan mata tertutup. Tapi tiba tiba Naraya merasakan sesuatu menabraknya hingga membuat Naraya jatuh kebelakang.
"Haduhhh mbahhh kunti, apa suster ngesot, ehh apa kakak pocong ya? Ahh pokok semacamnya dah. Maafin Nara buka pintu sembarangan. Nara ga ngintip kok seriusan dah ga boong. Pliss jangan nunjukin wajah menakutnya ya mbahhh. Ampunn." Cerocos Naraya sambil menyatukan kedua tangannya di depan mukanya seperti meminta ampun.
Keadaan hening, Naraya berpikir seribu kali untuk membuka matanya.
Apa sudah pergi ya? Ahh semoga aja udah pergi. Batinnya meyakinkan.
Naraya perlahan membuka mata, saat pertama membuka mata, pemandangan yang dia lihat adalah wajah seseorang yang begitu dekat dengannya. Sampai deruan nafasnya saja bisa Naraya rasakan.
Naraya sedikit terpaku menyaksikan wajah tersebut, menatapnya satu persatu, mulai dari alis, mata, hidung hingga bibir. Pandangan Naraya berhenti tepat di bibirnya yang merah merekah. Ahhh kenapa sesempurna itu.
Anjir seksi parah. Batin Naraya bergumam mengagumi ciptaan sempurna Tuhan.
Wajah itu adalah wajah Nataya. Entah untuk apa, Nataya berada sedekat itu dengan wajah Naraya. Mungkin karena menubruk Naraya tadi. Makanya posisinya bisa sedekat itu.
Oh tuhan. Kuatkan hati hambamu ini. Gumam Naraya lagi menguatkan batinnya.
Wajah itu menjauh, lalu menatap Naraya datar. Seperti tak pernah terjadi apa apa. Ahh memang tidak terjadi apa apa.
"Infus lo jatuh gobl*k. Itu darah lo naik." Ucap Nataya sambil menyerahkan kantong infus kepada Naraya, dan berlalu meninggalkan Naraya yang masih duduk dilantai karena jatuh tadi.
Anjir ga tanggung jawab dia. Jantung gue udah mau loncat gini. Malah nyelonong pergi. Gumam Naraya sambil memegangi dadanya yang sudah berdetak tak karuan.
.
.
."Woy bro. Demi apa lo sampe beneran nginep di rumah sakit." Arga menepuk punggung Nataya saat Nataya baru saja membuka helm.
Seperti biasa. Nataya hanya menatapnya datar. Memang kalau di sekolah sikap dinginnya selalu muncul. Entah mengapa bisa begitu. Kek kulkas baru dicolokin ke stop kontak gitu. Blerrrr dinginnn.
Nataya tidak menjawab perkataan Arga, dan memilih melangkah menuju kelasnya. Sedangkan dibelakang sana, Arga sudah gemas sendiri kepada Nataya. Sampai ingin mencubit ginjalnya gitu. Au ah efek kesel campur gemes mah gini.
Arga berlari menyusul Nataya yang sudah berjalan agak jauh. Sesampainya disebelah Nataya Arga memilih merangkul pundak Nataya seperti ala cowok gitu. Sok cool banget lah ceritanya.
Nataya melirik tangan Arga yang sedang merangkulnya. Tanpa berpikir panjang, Nataya memilih menunduk lalu melangkah. Bisa bayangkan dong, rangkulan Arga gimana.
Rangkulan Arga langsung terlepas dan Arga kehilangan keseimbangan. Ahhh nasib jatuh deh Arga pagi pagi.
"Oyyy Nat tega banget sih Lo." Teriak Arga sambil meringis karena sikunya lecet. Nataya hanya melirik sekilas lalu kembali berjalan meninggalkan Arga.
"Woy Nataya tai, anjing, monyet, anjayyyyy kauuuuuuu."
Kali ini terikan Arga sepertinya memenuhi seisi sekolah, sampai sampai semua siswa-siswi yang ada disitu melirik ke arah Arga yang masih duduk di bawah sambil merengek seperti anak kecil tidak dibelikan eskrim.Arga membersihkan sikunya sambil begumam tidak jelas. Menyalurkan emosinya lewat gumam ambigunya.
"Ekheemm." Suara itu terdengar dari arah belakang Arga, suaranya terdengar lebih berwibawa.
"Apaan si. Ganggu aja. Gatau orang lagi bersiin luka ya?" Arga menjawab tanpa menoleh kebelakang, dan terus membersihkan lukanya.
"Ekheemm." Sekali lagi suara itu terdengar. Sedikit mengganggu Arga sebenarnya.
Arga menoleh ke arah belakang dengan kesalnya "Anjir. Ganggu bann.. gg..eettt." Arga ingin pingsan saja kalau gini ceritanya.
Di depannya kali ini ada bapak Daniel. Kepala sekolah sekaligus pemilik sekolah ini. "Ehh bapak." Arga menyapa sambil tertawa kikuk.
"Bilang apa barusan?" Tanya Daniel dengan suara khas orang berwibawa.
"Hehehee. Piss pak." Arga malah mengangkat jari tengah dan telunjuknya membentuk V tanda perdamaian sambil tertawa receh. Lalu berlari kencang bak kilat meninggalkan Kepala Sekolahnya disana.
.
.
.Hai haii semua. Sudah lama tidak berjumpa.
Bagaimana? Masih stay At home kan? Patuhi peraturan pemerintah ya guys.Oh iya. Ini part baru. Semoga kalian suka ya. Jangan lupa votenya dong.
Heheee yaudah dulu. Byebbyee.Ditunggu part selanjutnya ya:*
Jember.
.
Icha
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAYA
Teen FictionNARAYA AZETA. si pemilik sekolah tunas bangsa yang sedang tergila gila dengan seorang cowok. Yahh namanya NATAYA JAYDEN. Si Dingin menurut seluruh siswa siswi Tunas bangsa. Tapi NARAYA Jatuh Cinta. Yaa.. NARAYA jatuh cinta dengan NATAYA.