16

8 1 0
                                    

Hallo semua. Jangan lupa vote🌟🌟🌟 sebelum membaca ya. Karena setiap vote berarti banget buat Author.😊

Happy Reading guys.❤❤

.
.
.

"Anjir lo emang ya Nat. Main tinggal aja. Liat nih siku gue." Arga menunjukkan luka disikunya yang sudah di perban dengan wajah sewotnya.

"Bacod." Nataya menjawab ala kadarnya tanpa peduli Arga seperti apa dan memilih menyumpal telinganya dengan heatset.

"Oy ga" seseorang menepuk lengan Arga dari belakang, tepat di atas lukanya yang baru di perban.

Arga mengerang menahan sakit disikunya.

"Anjir ya Lo Bim." Arga berbalik menatap Bimo kesal.

"Halah luka itu doang, lebay lo." Ucap Bimo sambil colek colek manja di bagian siku Arga yang diperban.

"Oyy jangan main colek colek dong. Ntar kalo luka gue makin parah, gue kan bisa masuk RS. Terus ga sekolah. Kalian juga yang kangen." Cerocos Arga menampilkan wajah sok polos, tangannya sibuk memegangi luka disikunya.

"Halah. Lo mati aja kita semua ikhlas. Iya gak temen temen?" Bimo meningkatkan volume berbicaranya meminta persetujuan teman yang lain yang ada di kelas.

Arga cemberut melihat ke sekitar, menyaksikan teman temannya tertawa bahagia, "Apalah dayaku. Melihat kalian bahagia sepert ini. Membuat aku bahagia juga." Jawab Arga dengan bahasa formal.

"Bacod." Teriak semua seisi kelas menyoraki Arga.

Arga kembali cemberut, ditekut setekuk tekuknya itu muka. Eh ini Author ngomong apaan si. Lupakan.

Arga melirik Nataya, berniat meminta pembelaan. Arga sedikit menggoyangkan badan Nataya, lalu melepas headset yang ada di telinga Nataya.

Nataya merasa sedikit terganggu, ketenangannya terusik dengan tingkah tidak jelas Arga. Tak bisa kah dia tenang sehari saja walau bersama Arga.

"Natt.." Arga memanggil Nataya dengan wajah sok polosnya.

"Bacod." Nataya menarik kembali Headset yang ada di tangan Arga kasar, lalu kembali memasangnya kembali.

Arga cemberut melihat kelakuan Nataya. Ahhh tuhann. Ingin Arga berkata kasar. Tapi mulut Arga terlalu santuy untuk mengucapkan itu.

.
.
.

Nataya membuka pintu, mengawali dirinya masuk ke dalam ruangan. Awalnya terdengar sedikit ramai oleh suara gelak tawa seorang perempuan. Saat dirinya masuk, matanya meneliti setiap sudut. Matanya berhenti menatap Naraya, sedangkan orang yang di tatap hanya tersenyum manis. Lantas Nataya langsung masuk dan menutup pintu.

Berjalan menuju ruang tamu di sudut kamar inap Naraya. Meletakkan tasnya lalu duduk santai disana. Sambil menatap Rhea datar.

"Ngapain lo liat gue gitu amat."  Rhea merasa tak suka dengan tatapan Nataya sambil berjalan menuju kursi.

"Gr." Jawab Nataya singkat lalu merogoh ponsel di saku celananya.

Naraya yang mendengar itu ingin sekali menertawakannya. Tapi Naraya terlalu sayang dengan mulutnya yang manis ini untuk menertawakan sahabatnya sendiri.

Tiba tiba terdengar ketukan pintu, semua mata tertuju ke arah sumber suara. Pintu perlahan terbuka, menampakkan wajah sok manis Arga.

"Assalamualaikum wahai bidadari cantiknya Arga." Celetuk Arga kala dirinya sampai di dalam ruangan.
"Kecuali lo." Tunjuk Arga kepada Nataya yang daritadi menatapnya.

Arga melirik sinis ke arah Nataya. Mungkin masih marah kepada Nataya sebab kejadian tadi pagi.

Arga duduk di sebalah Rhea, dan sesekali mengganggu Rhea yang sedang asik dengan ponselnya.

"Bidadari 1 nya Arga, sibuk ngapain si?" Tanya Arga sambil mencondongkan badannya hendak mengintip apa yang dilakukan oleh Rhea.

Tapi Rhea menjauh lebih dahulu saat Arga belum sempat melihatnya lebih jelas.
"Gue colok mata lu lama lama ya." jawab Rhea ketus.

"Yaelahhh ampun deh. Gitu aja baper." Jawab Arga sambil mengembalikan posisinya yang sebenarnya sudah lihat sedikit isi chatnya.

"Chatan sama pacar orang aja baper. Mending baper ke gue aja, babang ganteng dari indonesia, kebetulan lagi free kalo buat Rhea mah" celoteh asal Arga.

Rhea yang mendengar itu langsung melirik sinis ke arah Arga.
"Bacod lu." Jawab Rhea dengan nada sinis.

"Eh Rhe. Baper boleh, tapi ingat. Kalo dia udah ada pacar yaudah lo lupain." Celetuk Naraya dari balik ranjangnya.
"Lo gamau kan dicap PHO. Lo juga cewek, lo bisa bayangin kan gimana perasaan pasangannya dia kalo tau lo baper ke dia." Lanjut Naraya.

"Gue tau Na. Tapi kan yang cowok yang mulai, harus berani tanggung jawab dong." Jawab Rhea sambil meletakkan handphonenya di meja.

"Tanggung jawab si tanggung jawab. Tapi lo juga nyadar, dia udah ada pasangan. Apa yang mau dia kasih ke lo. Dan apa yang lo harapin? Jadi pacarnya? Apa jadi selingkuhannya?. Kalo gue sih mending ngejauh aja." Cerocos Naraya.

"Permisi." Ucap seorang suster sambil membawa nampan berisi makanan. Lalu suster itu berlalu menuju nakas, dan meletakkan nampannya disitu.

"Ahhhh suster cantik. Mau donggg." Ucap Arga sambil berdiri dan menuju ke arah suster tadi.

"Heh bagong. Lu mau ngapain. Sinting nih anak." Kata Rhea sambil melirik Arga malas.

"Ahhhhh iya lupa. Lagi ada bidadarinya Arga disini." Arga kembali duduk di kursi sebelah Rhea.
"Ahhh maaf ya sus, ga jadi. Bidadarinya Arga ngambek nih." Lanjut Arga sambil melirik Rhea dengan wajah konyolnya.

"Ngaco tuh mulut. Beneran mau di setrika keknya." Ujar Rhea kesal sambil menghindar dari Arga.

"Ahhh sadisssss." Jawab Arga sok imut.

Naraya dan Nataya yang melihat itu hanya geleng geleng kepala heran.

Naraya kembali menatap Rhea yang masih sibuk menatap layar ponselnya. Ntah apa yang dipikirkan sahabatnya yang satu ini. Dia memang sudah lama menyukai kakak kelas. Tapi meski tau si cowok sudah punya pasangan. Rhea masih enggan untuk menjauh. Mungkin efek bucin kali ya. Tapi semoga saja Rhea cepat sadar. Kalau apa yang dia lakukan itu salah.

.
.
.

Jember

Icha

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang