Penyelesaian

10 2 0
                                    

Percaya deh takdir tuhan itu lebih indah dari yang lo bayangin sebelumnya
~abi


Sekarang sedang jam kosong di kelasnya dina dikarenakan gurunya sakit. Dan mereka bersorak gembira atas hal itu. Mengaji? Jangan harap. Belajar? Tidak ada! Sudah jelas mereka hanya bergosip dan tidur tiduran. Posisi dina dan wulan sedang duduk di bangkunya

"Din menurut lo abi tuh gimana sih" tanya wulan

Dina jelas kaget dengan pertanyaan mendadak wulan itu "yah gak gimana-gimana"

"Dia baik, sopan sama wanita uhhh cocok banget deh sama gue" tatapan wulan lurus ke abi yang sedang berbincang dengan alan di meja guru

Wulan tidak menyadari kalau mata dina terbelalak karena pernyataannya barusan

Setelah dina mengamati wulan cukup lama. Akhirnya dia peka dengan sahabatnya ini. Sepertinya wulan menyukai abi

"Uhm lo suka sama abi lan?" tanya dina ragu

"Maybe"

"Kok jawabannya gitu. Kenapa gak pasti?"

"Gue juga belum tau perasaan gue ini cinta atau kagum atau yang lebih parah obsesi karena melihat sisi sempurnanya saja"

"Itu hanya lo yang tau lan. Dengam waktu yang berjalan lo pssti temuin jawabannya" dan hanya dibalas senyuman oleh wulan

                         🌟🌟

Wulan dan dina sedang jalan ber 2 koridor. Tiba tiba dina mengaduh kesakitan

"Aduh aduh lan gue sakit perut nih. Kayaknya kebanyakan makan rujak semalam deh" adu dina sambil menahan rasa sakitnya

"Hadeh din udah berapa kali sih gue bilang jangan makan yang pedas di malam hari, efeknya tuh gak baik"

"Iyah deh iyah, gue ke wc dulu bentar"

"Ya udah pergi sana" raut muka wulan sangat khawatir pada sahabatnya ini. Kadang sifat keibuan wulan akan muncul saat dina tidak bisa menjaga jadwal makannya

Wulan tidak langsung ke kelas tapi dia berjalan jalan sebentar karena waktu istirahat masih tersisa 15 menit lagi. Saat wulan tidak sengaja melewati taman, dia melihat abi sedang duduk sendirian. Lalu langkah kaki wulan tanpa diperintah pergi menghampiri abi

"Hai" sapa wulan

Lalu abi mendongakan mukanya "hai juga"

"Gue boleh duduk disini?"

"Boleh" abi menggeser tubuh ke samping supaya wulan bisa duduk disampingnya

Setelah 5 menit diisi dengan keheningan. Wulan akhirnya membuka suara

"Bi lo pernah suka sama seseorang gak?" Walaupun wulan bertanya ke abi tapi arah mukanya tetap lurus ke depan

Abi terkekeh dengan pertanyaan wulan "pernah lah lan. Setiap manusia juga pernah"

"Terus kalau orang yang lo suka gak ngelihat ke arah lo. Apa yang bakal lo lakuin"

"Yah mau lakuin apalagi, Kalau dia gak ngelihat ke arah gue" lalu abi menatap wulan "terkcuali"

"Terkecuali apa?"

"Terkecuali kalau emang takdir bakal nyatuin gue sama dia. Gue yakin usaha apapun yang dia lakuin untuk ngejauh pasti tetap ujung ujungnya balik ke gue lagi. Karena lo harus percaya porsinya manusia itu hanya berusaha dan selebihnya kembali lagi ke tuhan. Gue percaya pada takdir tuhan yang selalu diluar dugaan gue" jelas panjang lebar abi

Wulan hanya berdecak kagum pada abi

"Tapi btw kenapa lo tiba tiba nanya kayak gitu?"

"Soalnya gue lagi suka sama seseorang. Tapi gue bingung sama rasa yang gue rasain ini" jeda wulan sebentar "apakah rasa yang gue miliki ini rasa cinta atau cuman sekedar obsesi"

"Gue juga pernah kayak lo dulu, karena orang yang gue suka itu bisa dibilang sempurna sih di fisiknya. Makanya gue bingung, sebenarnya gue ini cinta atau hanya obsesi sih"

"Terus lo ngelakuin apa" tanya wulan

"Cinta sama obsesi itu memang beda tipis. Tinggal lo nanya aja sama hati terdalam lo"

"Gue masih bingung bi"

"Lo tadi bilang kalau lo suka sama seseorang kan?" wulan menganggukan kepalanya "terus kalau orang yang lo suka gak menyukai lo tapi menyukai orang lain. Apa yang lo bakal lakuin" wulan dibuat bungkam oleh pertanyaan dari abi. Jelas dia tidak terima. Dia pasti rebut kembali orang yang dia cinta itu, tapi apakah tindakan itu tidak terlalu jahat?

Setelah wulan terdiam, abi membuka suara "kalau lo cinta sama dia, lo bakal ikhlasin dia sama yang lain. Karena apa? Karena bahagia-nya dia bukan sama lo tapi sama orang lain. Dan kalau rasa yang lo miliki itu adalah obsesi lo pasti bakal rebut dia. Bukannya dia bahagia tapi malah sengsara lan. Mungkin lo lihat dia senyum tapi percaya sama gue itu hanya senyum palsu. Karena secara tidak langsung lo telah merebut sumber kebahagiannya. Emang itu pantas disebut cinta?" wulan menggeleng

Bukankah cinta saling membahagiakan? Bukan saling menyiksa satu sama lain kan.  Tapi dia juga pantas untuk merasakan kebahagiaan

"If you love to him, you should do anything make him to happy. That's right?" abi mengembuskan napas sebentar "tanyakan pada hati lo sendiri tentang rasa yang lo miliki itu, bukan pada orang lain. Karena lo yang punya hati dan lo yang ngerasain semuanya and not to other people"

Lalu abi bangun "tinggal 2 menit lagi masuk. Gue duluan yah lan"

Wulan sama sekali tidak menggubrisnya. Dia masih memikirkan perkataan abi tadi. Dan abi memaklumi wulan sedang berpikir tindakan apa yang harus dia lakukan dan abi tidak mempermasalahkan itu dan dia pergi dari taman meninggalkan wulan dengan sejuta pikiran di hati dan otaknya

IMPOSSIBLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang