Kalkulator

13 3 0
                                    

Gak tau kenapa perintah lo seperti sebuah keharusan
~dina
.
.
.

Hari ini adalah hari tersial buat dina. Tadi pagi dia dimarahin oleh maminya karena menghilangkan tuperware maminya di sekolah, lalu datang ke sekolah sudah terlambat dan sekarang akan diadakan ulangan akuntansi dan permasalahannya di sini adalah dia lupa membawa kalkulator. Minggu lalu sudah diumumkan akan diadakan ulangan dan wajib membawa kalkulator bagi setiap murid.

Dina sangat bingung akan meminjam kalkulator ke siapa

"Lo kenapa sih din, kayak resah banget" tanya wulan karena sedari tadi dia melihat raut kegelisahan di muka dina

"Aduh lan gue lupa bawa kalkulator. Gimana nih. Nanti kalau sampe gue gak ikutan ulangan akuntansi gimana?  Kalau nilai gue jebol gimana? terus kalau gue dibuang sama bokap nyokap gue gimana?"

Wulan menatap jengah ke arah temannya. Dina selalu berlebihan menghadapi apapun

"Mending lo cari mereka yang punya kalkulator yang lebih deh din"

"Tapi siapa lan?"

"Uhhm" kerutan sangat dalam di dahi wulan menandakan dia sedang berpikir keras

"Tam lo punya kalkulator lebih gak" tanya wulan ke arah atam

"Gue sih gak punya, tapi coba tanya sama naufan"

"Ya udah sekarang lo tanya naufan deh din" saran wulan

"Hmm beneran nih. Gue tanya naufan? Gak salah?" dina paling malas jika meminta apapun ke naufan. Pasalnya dia tidak pernah memberi semuanya dengan mudah. Pasti bakal ada timbal balik yang harus dilakukan oleh dina

Lalu dina pergi ke arah naufan dan dengan ragu dia memanggil naufan "fan"

Naufan mendongakan kepalanya karena ada yang memanggilnya "ini lo din?" tanya naufan memastikan. Karena jarang dina datang menghampiri naufan

"Ehm gue mau pinjam kalkulator donk" ya tuhan kenapa dina gugup seperti ini

Naufan mengangkat alisnya

"Tadi atam bilang kalau lo punya kalkulator lebih. Dan gue lupa bawa kalkulator dari rumah terus gue mau pinjam kalkulator lo" jelas panjang lebar dina

"Terus gue peduli?"

Oh my god!

Kalau bukan karena dina sangat membutuhkan kalkulator itu. Ora sudi dina harus meminjamnya dari naufan

"Ayolah fan kali ini aja. Gue butuh bantuan lo" dina sudah memasang muka yang sangat prihatin

"Tapi ada syaratnya din"

Sudah dina duga!
Tunggu saja!
Pasti syaratnya yang aneh aneh
Dasar manusia berhati iblis! 

Naufan tersenyum menyeringai dan membuat muka dina pucat pasi. Naufan sangat senang mengerjai dina seperti dina

"Lo harus... "

"Harus apa" selidik dina

"Date sama gue" ucap naufan santai

"WHAT? NO NO"

"Kecilin suara lo njir. Udah kek toak aja tuh suara"

"Nope. Lagian ngapain sih pake nge date segala"

"Jadi kemarin lusa teman smp gue ngajak reuni dan rata rata mereka bawa pacar lah. Terus mau taruh dimana muka gue kalau gue pergi sendiri. Kelihatan banget jonesnya" jelas naufan

"Itu sih derita lo! And i dont care whatever you do"

"Ok not problem for me. Lagian masih banyak yang bisa gue ajak nge date. But remember! Kalkulatornya gak jadi gue kasih. Lo lihat jam? Bentar lagi masuk pak maman dan lo tau sendiri killernya guru itu kayak apa"

Dina membayangkan aura mencekam dari pak maman padahal orangnya tidak ada disini dan dengan terpaksa dina harus pasrah pada keputusan naufan yang gila ini

"Ok fine! I join your event"

"Good girl. Nanti malam gue jemput"

"Mana kalkulatornya"

Naufan terkekeh nelihat ekspresi dina yang sangat kesal "tuh di tas ambil aja gue mau ke wc mumpung belum masuk"

"Sekalian gak usah kembali" gumam dina

"Gue masih dengar yah" teriak naufan yang hampir mendekati pintu

"Damn it!" gumam dina

IMPOSSIBLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang