Awalnya ku dikenalkan dengan tawa
Penuh canda, tanpa ekspektasi apapun
Biar realita ini banyak yang tak satu dengan tawaku
Senyumku ini pun merekah begitu saja
Entah sejak kapan rasa ini ada
Rasa yang bergemuruh
Rasa yang membuatku luruh
Di tepis waktu, akhirnya tibalah di suatu waktu
Yang debit masa itu penuh fatamorgana
Tuanku yang dulu menuntun
Berbalik arah menjadi menuntut
Di suatu ketika semua berubah
Rasa yang tak perlu ditanyakan
Kehidupanmu yang semu hanya akan membawa kepalsuan
Tuanku...
Biar di suatu masa itu menjadi pelukan kasihku
Di suatu debit masa, kau menjadi yang ku benci
Karena luka yang kau beri
Karena hati luka yang penuh kasih
Tak menuntut paksa sebuah rasa tuk menetap
Ku relakan kasih yang harus ku kubur pasti
Dengan pasti yang terkasih memilih pergi
Pasrah hati luka ku tutup tuk kesekian kali
Biar luka hati terbayar pasti
Ketika derai air mata sudah tak lagi menghiasi
Dirimu datang lagi dan menuntutku untuk tak pergi
Tuanku...
Apakah setelah sembuh dari luka kau dengan baik hati mencipta luka lagi?
Di suatu masa kau akan tau
Mengapa semestaku berbeda dan tak sejalan denganmu
Suatu masa dimana yang dulu pernah kau abai
Nantinya kau tak dapat membendung rindu, yang masanya tak mampu di ulang kembali

KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Nol
Poetryini menceritakan tentang sekumpulan puisi atau antalogi puisi. Dari perjalanan cerita saya selama bertahun-tahun. Sebuah kumpulan kata yang terangkai sederhana ketika rasa dan asa sedang di titik jenuhnya.