Kala itu, langit sedang kelabu
Berkabut asap, berlangit temaram
Menyasat sepi bermandi ilusi
Hujan yang dirindukan, tak kunjung datang
Air mata yang memilukan, dengan nafas yang besesakan
Sedang ada pesta api yang menggebu
Dengan manusianya yang durjana
Buta perasaan, haus akan kekuasaan
Mahkluk kecil yang tak memiliki akal menjadi korban
Mati kesusahan, dengan luka yang menggenaskan
Tikus berdasi itu sedang berpesta ria
Tanpa membuka mata, dengan menutup telinga
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Nol
Poetryini menceritakan tentang sekumpulan puisi atau antalogi puisi. Dari perjalanan cerita saya selama bertahun-tahun. Sebuah kumpulan kata yang terangkai sederhana ketika rasa dan asa sedang di titik jenuhnya.