Cold Senior (10)

27.7K 1K 12
                                    

"Baginya, setia itu meninggalkan." – Rintik Sendu




"Lol, itu kenapa kak Arga nunggu di depan kelas? Biasanya kan kita istirahat selalu ketemu langsung di kantin?" Ujar Luna sambil merapihkan alat tulisnya, bell tanda istirahat baru saja berbunyi yang membuat siswa-siswi berhamburan keluar kelas untuk ke kantin.

"Gatau juga." Ujar Lolyta singkat, ngelirik dikit ke arah Arga yang berdiri di depan kelas bareng Andika sama Sigit.

"Duh, kak Arga bawa-bawa kotak bekalnya, nggak malu apa diliatin anak kelas lain? Masa cogan bawa kotak bekal, kaya bocah." Desah Lolyta melihat Arga yang membawa kotak bekal yang tadi pagi dia berikan.

"Yaelah, ngapain malu, kan buatan ayangnyaa!!" Ledek Luna membuat Lolyta semakin merengut.

"Apa jangan-jangan kak Arga mau protes? Muffin cake buatan gue gagal kali ya? Gaenak? Apa gosong?" Gumam Lolyta menerka-nerka kenapa Arga tiba-tiba ada di depan kelasnya.

"Yaampun, negative thinking banget! Mana tau mau ngajak ke kantin bareng."

"Kalau ngajak ke kantin bareng ngapain dia jauh-jauh dari kelasnya yang diujung kesini, padahal bisa chat aja." Luna hanya bisa geleng-geleng kepala liat sahabatnya yang overthinkingnya kambuh. Iya, Lolyta tipikal manusia yang overthinking.

"Coba keluar dulu deh, kasian kak Arga udah nunggu sampe nih kelas kosong melompong." Ujar Luna sambil menarik Lolyta agar keluar kelas.

Manik mata Arga langsung reflek menangkap sosok Lolyta yang berjalan keluar kelas dengan ditarik oleh Luna. Refleks Arga tersenyum sambil menatap perempuan yang membuatnya uring-uringan akhir-akhir ini dengan berbagai pemikiran dan pertanyaan-pertanyaan serta perasaan yang semakin membuncah semakin mereka bertemu dan bertatap seperti sekarang.

"Hai, dedek gemes. Kantin skuy?" Ucap Sigit nyengir ngeliat Lolyta dan Luna yang udah keluar dari kelas. Sedangkan Arga yang tadinya udah senyum jadi menatap Sigit dengan malas dan ngeliatin Sigit sinis.

"Sshh, dasar curi start orang!" gumam Arga kecil yang bahkan tidak bisa di dengar siapapun.

"Ayo aja sih, Kak." Seru Luna merespon baik ajakan Sigit.

"Ayo, Lun, jalan duluan, jangan gangguin orang lagi berbunga-bunga." Ujar Andika menarik Luna dan Sigit agar jalan duluan, meninggalkan Lolyta dan Arga yang sedari tadi hanya saling tatapan.

"Woi, lovebirds! Kita jalan di depan bukan berarti kalian bengong aja nggak jalan! Cepetan! Nanti waktu istirahat keburu abis!" Seru Sigit menyadarkan Arga dan Lolyta yang membuat mereka bergerak melangkah lebih pelan dibandingkan Sigit, Luna, dan Andika di depan mereka.

"Hmm, kak, nggak malu?" Ujar Lolyta pelan sambil tetap memperhatikan kotak bekal yang sedari tadi Arga genggam dengan kuat. Seolah-olah kotak tersebut tidak boleh jatuh dan hancur. Harus dijaga dengan benar.

"Malu? Malu kenapa?" Arga menoleh ke arah Lolyta memasang wajah bingung dan menaikkan alisnya.

"Ituuu"

"Itu apa?"

"Kotak bekal, nggak malu kak? Bawa bawa gituan ke kantin?" Ucap Lolyta lagi membuat Arga langsung tertawa pelan, untuk pertama kali Lolyta melihat Arga tertawa, secara live, di depan matanya sendiri.

"Ambyar gue ambyar! Hati gue, gimana hati gue ini aduhh." Batin Lolyta sambil terus menatap Arga yang sudah menyelesaikan tawa pelannya. Berusaha merekam dengan matanya bagaimana indahnya tawa seorang Arga.

Cold SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang