Cold Senior (13)

24.2K 995 14
                                    

"Singkatnya begini, manusia yang merasakan, lalu, Tuhan yang menentukan." – Sekatakata




Setelah dari ruang Kepala Sekolah, Arga langsung datang ke kelas XII IPA 2. Jelas, untuk mendatangi Gisel. Selama ini Arga selalu diam, tapi kali ini dia tak bisa diam, dia harus memberikan Gisel pelajaran. Pantas saja Lolyta menjauhi dia tiga minggu terakhir, ternyata ini semua ulah Gisel.

"Gisel, lo benar-benar udah keterlaluan kali ini." Ujar Arga memukul keras meja Gisel membuat Gisel dan seisi kelas terkejut dengan kedatangan Arga yang marah-marah dan memukul meja kelas.

"Hai, Arga. Kamu kok disini? Ada apa?" Ucap Gisel sambil tersenyum manis meski di dalam hatinya udah panik ngeliat Arga semarah ini.

"Buang basa-basi lo. Lo fikir gue nggak akan tahu tentang kejadian lo bully Lolyta di toilet perempuan, tiga minggu lalu?" Bentak Arga membuat Gisel ketakutan.

"Lo fikir dengan lo berbuat kaya gitu, lo udah bisa menarik perhatian gue? Udah bagus? Nggak. Itu malah membuat lo semakin rendah."

"Gue kira peringatan yang kemarin udah ngebuat lo jera? Ternyata enggak, ya. Lo benar-benar mempermainkan peringatan yang udah gue kasih. Jangan harap lo selamat kali ini, Gisel."

"Lo bertiga! Juga sama aja kaya Gisel, jangan mainnya keroyokan. Ayo sini duel sama gue! Bisa-bisanya lo semua ngebully dedek gemes gue!" Sahut Sigit menatap benci geng Gisel, geng pembuat onar di sekolah ini.

"Satu lagi, jangan pernah lo dekat-dekat dan menyentuh Lolyta barang sedikit aja, gue yang jadi lawan lo, kalau itu terjadi lagi." Ujar Arga mengeluarkan ultimatum dan membanting pintu kelas Gisel.

"Gila emang si Gisel, main-main dia sama Arga." Sahut semua anak kelas Gisel ribut membicarakan kejadian Arga yang mendatangi Gisel.

"I've told you don't do that, Gisellia Pranata, I hope this is the last time you did that." Ujar Andika menyerahkan sapu tangannya, sebelum melangkah pergi keluar dari kelas mengikuti Arga dan Sigit.

"I'm sorry, Dika." Lirih Gisel memandangi sapu tangan yang diberikan Andika, tak perduli dengan gunjingan satu kelasnya yang memaki dirinya sedari tadi.

*****

"Lol, pulang bareng kan? Makan dulu yuk sebelum balik." Sahut Luna yang memandangi Lolyta yang sedang merapihkan barang-barang dekor untuk Pensi sekolah mereka.

"Yoi, nggak berasa ya, udah jam tujuh malam aja. Kuy makan, laper nih gue." Ujar Lolyta

"Ikut dong, boleh nggak?" Sahut Reyner yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya, membuat Luna senang.

"Boleh banget lah, Kak! Masa nggak boleh." Cengir Luna disambut jempol tangan Reyner menandakan 'Oke' sedangkan Lolyta hanya ketawa aja ngeliat tingkah temannya.

"Lol, kayanya akhir-akhir ini gue jarang ngeliat lo sama kak Arga deh, kalian, lagi berantem ya?" Bisik Luna membuat Lolyta berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap Luna.

"Engga kok, perasaan lo aja kali. Lagian gue kan sibuk ngurusin pensi bareng lo." Ujar Lolyta melanjutkan aktivitasnya lagi.

"Iya sih, tapi kayak kalian lagi marahan gitu. Soalnya kak Arga kan pasti datang atau apalah, ini enggak sama sekali." Ucapan Luna membuat Lolyta memikirkan Arga, sudah terhitung tiga minggu dia menjauhi Arga.

"Kangen juga sih." Batin Lolyta sambil melirik lockscreen handphonenya, fotonya dengan Arga di McD pada waktu itu. Tolong jangan salah sangka, itu Arga yang mengajak foto dan menjadikannya lockscreen handphone Lolyta.

"Enggak kok, lagian marahan karena apa juga." Ucap Lolyta membuat Luna mengangguk-anggukan kepalanya dan melirik keluar ruangan OSIS.

"Ehh, pas bener. Tuh pujaan hati lo di depan ruangan, nungguin lo tuh. Gila salut gue sama bucinnya kak Arga, rela nungguin sampe jam 7 malam." Ucapan Luna membuat Lolyta langsung menoleh ke luar ruangan OSIS. Disana ada Arga yang berdiri sambil memainkan handphonenya, bersandar di dinding. Membuat Lolyta terkejut.

"Mampus, nggak bisa ngehindar lagi gue, udah disamperin gini. Ah tapi GR banget, mana tau mau ketemu Kak Reyner kali." Gumam Lolyta, sedangkan Luna udah grasak-grusuk nyuruh Lolyta keluar nyamperin Arga.

"Udah sana keluar, udah ditungguin juga. Sana, sana." Usir Luna sambil mendorong Lolyta.

"Ya terus lo gimana? Masa balik sendiri?"

"Tenang, ada Kak Reyner kok, ya nggak, Kak?" Ucap Luna, sedangkan Reyner yang sedari tadi mendengar ucapan mereka hanya mengangguk.

"Yaudah deh, bye Lun, bye Kak. Semangat!" Sahut Lolyta keluar ruangan.


"Ternyata gossip mereka pacaran emang bener ya." Gumam Reyner sambil menatap kosong.

"Hah, kenapa kak?" Sahut Luna yang mendengar gumamam tak jelas dari mulut Reyner.

"Eh gapapa kok, yuk balik, udah selesai nih." Ucap Reyner membawa tas laptopnya diiringi anggukan Luna.

*****

Lolyta udah duduk di dalam mobil Arga, sedangkan sang pemilik mobil sedari tadi hanya diam tanpa mengeluarkan suara, fokus mengendarai mobilnya. Suasana di mobil terasa hening sekali, membuat Lolyta canggung, sesekali melirik wajah Arga, yang akhir-akhir ini tidak ia lihat. Setelah tadi Lolyta keluar ruangan, Arga hanya menarik tangannya tanpa mengucapkan sepatah kata, dan membawa Lolyta ke dalam mobil.

"Kak, ini bukan jalan ke rumahku." Cicit Lolyta melirik Arga takut.

"Kak..." Sahut Lolyta lagi karena Arga tidak membalas ucapannya.

"Kak Arga, jangan kenceng-kenceng bawa mobilnya." Cicit Lolyta yang benar-benar takut sekarang, karena Arga mengendarai mobilnya dengan kencang. Arga yang melihat Lolyta ketakutan, memelankan laju mobilnya.

"Kak Arga, kenapa sih?" Seru Lolyta kesal, membuat Arga memberhentikan mobilnya mendadak, membuat Lolyta hampir terhuyung ke depan jika saja reflek Arga tidak cepat langsung menahan tubuh Lolyta agar tidak kepentok dashboard mobil.

"Kamu yang kenapa." Sahut Arga menatap tajam Lolyta.

"Tiga minggu, menghindar, menghilang, aku ke kelas kamu nggak ada, aku ke rumah kamu juga nggak ada, aku chat nggak dibalas."

"Aku sibuk kak, ngurusin pensi. Kakak kan tahu pensi sekolah seminggu lagi." Jawab Lolyta menunduk, takut buat sekedar menatap Arga yang lagi ngamuk kaya gini.

"Sesibuk-sibuknya, emang nggak bisa balas chat aku?" Sahut Arga lagi membuat Lolyta terdiam. Arga benar-benar menakutkan ketika marah kayak sekarang.

"Kamu bikin aku khawatir, dan kamu wanita satu-satunya yang bisa bikin aku sekhawatir ini dihindari kamu. Kamu, sebenernya kamu itu apa, Natasha Lolyta?" Ucap Arga frustasi, menatap wanita di depannya, bisa-bisanya membuat Arga yang kaku dan keras dijungkirbalikan hanya karena dihindari wanita di depannya.

"Maaf, Kak. Aku nggak maksud gitu."

"Aku udah tau, tentang Gisel. Kalau kamu ngejauh karena Gisel, tenang aja, dia nggak akan berani nyentuh kamu lagi, se-senti pun." Ucapan Arga membuat Gisel terkejut, darimana dia tahu tentang kejadian itu?

"Aku kecewa kamu memilih untuk menjauh dan nggak menceritakan hal itu. Yang harus kamu tahu, aku pasti akan tahu hal ini, cepat atau lambat."

"Jadi, tolong, jangan menjauh lagi." Arga menggenggam tangan Lolyta dan mengelusnya pelan, Lolyta hanya mengangguk, bingung ingin merespon apa.

"Ayo, makan, kamu pasti laper seharian ngurusin pensi." Arga mulai melajukan lagi mobilnya, dengan tangan kirinya yang masih menggenggam tangan Lolyta, tidak berniat melepaskannya.



"Kangen." – Arga

"Khawatir katanya hehe." – Lolyta

"Aduh senangnya pulang bareng Kak Reyner." – Luna

"Nyari mati si Gisel." – Sigit

"You shouldn't do that." – Andika 

Cold SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang