Cold Senior (25)

23.2K 840 1
                                    

"Jangan meninggalkan yang pasti, demi yang mungkin. Sebab, semua kemungkinan belum tentu menjadi kepastian." – unknown




Memasuki semester dua, yang berarti semester terakhir untuk Arga dan kawan-kawan, dan juga menjadi semester penutup di kelas sebelas untuk Lolyta, dan Luna yang sebentar lagi akan naik kelas dua belas.

Hubungan mereka berjalan dengan lancar, meskipun ada beberapa masalah kecil, tetapi masih bisa mereka lewati. Arga dan kawan-kawan pun mulai sibuk belajar untuk test memasuki Universitas impiannya.

Seperti sekarang, Arga sedang berada di dalam mobilnya. Mengantar Lolyta, yang sudah lima bulan terakhir ini menjadi kekasihnya pulang ke rumahnya, lalu kembali pergi untuk mengikuti les yang telah ia daftarkan bersama dengan teman-teman seperjuangannya.

"Kak, aku bisa pulang sendiri kok. Nanti kecapean loh kalau bolak-balik gini. Apalagi les Kakak sama arah rumahku nggak searah." Lolyta merasa tidak enak, membuat Arga jadi repot-repot untuk mengantarkannya, padahal seharusnya Arga mulai fokus untuk les dan belajar agar masuk Universitas impian.

"Nggak ngerepotin dan nggak capek sama sekali." Jawab Arga singkat dan tetap memfokuskan pandangannya ke jalan di depannya.

"Aku yang jadinya nggak enak sama Kakak. Kakak udah masuk semester dua, harusnya Kakak fokus belajar dan les, aku mah gampang."

"Aku nggak bisa tenang kalau kamu pulang sendiri, kalau aku yang antar aku jadi tenang dan nggak khawatir." Ucapan Arga membuat Lolyta senang, namun tetap saja, Arga harusnya lebih fokus untuk belajar, bukan kepada hal-hal kaya gini.

"Kak, prioritas Kakak itu sekarang kan belajar dan les. Apalagi ujian kelulusan dan ujian masuk Universitas sebentar lagi." Terkadang yang membuat Lolyta kesal adalah sifat Arga yang keras kepala dan nggak bisa diganggu gugat seperti sekarang.

"Kalau bisa punya dua prioritas utama, kamu dan belajar, kenapa harus satu prioritas aja?"

"Lagian aku nggak akan telat les cuma nganter kamu." Lanjut Arga lagi, Lolyta menghela nafasnya.

"Kak, aku...."

"Aku nggak mau dibantah." Ucap Arga final membuat Lolyta mengangguk mengerti dan memilih diam tidak mendebat ucapan Arga yang hanya menghasilkan akhir yang percuma.

Setelah sampai di depan rumah Lolyta, Arga memberhentikan mobilnya, menghela nafasnya pelan, wanita disampingnya pasti ngambek, membuat Arga melirik ke arahnya yang sedaritadi diam, ciri khas Lolyta kalau ngambek dan kalah berdebat dengan Arga.

"Udah sampai, masuk gih." Ucap Arga lembut sambil mengelus kepala Lolyta pelan, Lolyta hanya mengangguk pelan, membuang mukanya.

Saat Lolyta membuka kenop pintu mobil Arga, Arga menahan tangan Lolyta yang membuat Lolyta duduk kembali di mobil Arga dan menoleh ke arah Arga.

"Jangan ngambek dong, nanti aku lesnya jadi nggak tenang." Ujar Arga memanyunkan bibirnya, hal lain yang Lolyta ketahui sekaligus mengejutkan Lolyta setelah menjadi kekasih Arga adalah Arga lelaki yang suka merayunya dengan cara memanyunkan bibirnya yang membuat Arga menjadi imut dan menggemaskan seperti ini.

Oh, Ayolah! Lolyta lemah kalau Arga sudah memanyunkan bibirnya seperti sekarang. Arga benar-benar tau titik lemah Lolyta agar Lolyta tidak ngambek pada dirinya.

"Enggak. Udah sana kak Arga ke tempat les, nanti telat." Ucap Lolyta sambil membuang mukanya kembali.

"Kan, masih marah. Nggak mau pergi kalau kamu masih marah!" Arga menegakkan duduknya sambil tetap memegang tangan Lolyta yang kini sudah ia genggam perlahan.

"Kak, aku nggak marah." Lolyta menatap wajah Arga yang menunduk sambil memainkan jarinya yang ada di genggaman Arga.

"Aku bakalan sibuk di semester dua ini, belajar, pendalaman materi dari sekolah, belum lagi les. Intensitas waktu aku ketemu kamu berkurang banyak dari sebelumnya." Ucapan Arga terhenti, membuat Lolyta diam, menunggu ucapan apalagi yang akan keluar dari mulut Arga.

"Aku cuma memanfaatkan hal-hal kecil kayak gini, supaya aku bisa punya waktu sama kamu, meskipun sedikit, tapi rasanya terbayarkan dengan tau kamu baik-baik aja."

"Jadi, biarin aku memanfaatkan hal-hal kecil kaya gini, ya?" Tanya Arga yang mengalihkan pandangannya dari genggaman tangannya ke wajah Lolyta yang tersenyum.

"Hm, maaf udah menekan Kakak untuk fokus belajar terus." Arga mengangguk pelan dan mengelus kepala Lolyta lembut.

"Yaudah sana masuk ke rumah, aku mau berangkat ke tempat les."

"Hati-hati, Kak." Ucap Lolyta sambil melambaikan tangannya, Arga mengangguk dan menjalankan mobilnya, menjauhi rumah Lolyta.

*****

Semenjak Arga menyetujui Sigit untuk menghibur adiknya dari patah hatinya, Sigit dan Celine menjadi semakin dekat, bahkan Celine pun bisa ikhlas menerima bahwa Andika mempunyai tambatan hatinya sendiri.

Sigit yang selera humornya sangat rendah, disandingkan dengan Celine yang sama rendahnya selera humornya, membuat mereka cepat dekat, seperti sekarang, Sigit sibuk menunjukkan video receh di akun Instagram, yang membuat Celine tertawa terbahak-bahak hingga pipinya merah.

"Kak, udah ah, jangan nunjukin video receh lagi. Aku capek banget ketawa mulu daritadi." Celine menarik nafasnya dalam-dalam, terlalu capek tertawa.

"Heh, kamu tuh harus liat ini, ada banyak banget! Lucu-lucu banget, emang ya netizen ada-ada aja kalau bikin video. Liat deh commentnya juga lucu banget." Seru Sigit sambil menunjukan beberapa comment netizen terhadap video lucu yang mereka tonton.

"Kak, asli ya, receh banget anjir kita berdua. Gini aja ngakak." Celine nggak habis fikir, selera humor mereka berdua sangat receh dibandingkan manusia lain, apalagi Kakaknya yang super kaku dan nggak ada jiwa receh sama sekali.

"By the way, Kakak nanti mau kuliah dimana? Kan bentar lagi udah test kelulusan." Ucapan Celine membuat Sigit berhenti tertawa dan mulai memasang muka serius.

"Tumben banget nanyanya hal yang serius, biasanya yang lucu-lucu."

"Jadi kepikiran aja, tadi malam Mommy and Daddy talk to my brother, yeah about his future and campus life." Sigit mengangguk-angguk mengerti, untuk sejenis Arga pasti sudah punya rencananya sendiri tentang masa depannya.

"Sejujurnya belum kepikiran, tapi nyari kampus di daerah sini aja. Nggak berniat merantau."

"Mungkin jadi anak teknik, kepikiran sih mau ambil Teknik Sipil atau Teknik Mesin." Celine menatap Sigit fokus, jujur Celine terkadang salut dengan Sigit yang sangat santai, walau tidak pernah merencanakan sesuatu di hidupnya dengan serius, namun hidupnya benar-benar terarah sesuai yang dia inginkan.

"Emang Arga rencananya mau kuliah dimana? Kemarin sih bilangnya mau di UI, ambil FK."

"My mom and dad tell him about Sidney, sekalian nemenin Grandma disana."

"Jurusannya mungkin sama, dari dulu bang Arga punya cita-cita jadi dokter."

"Berarti Lolyta sama Arga bakalan LDR dong?"

"Mungkin, makanya bang Arga dari semalam pusing sendiri. Mau nolak tapi bang Arga bukan type yang suka membantah mom and dad."

"He doesn't know how to tell about it, nggak kebayang ekspresi kak Lolyta gimana." Ujar Celine sedih, Sigit hanya mengusap bahu Celine pelan.

"Tenang aja, semua ada jalannya. Mau nggak mau Lolyta juga akan tahu hal ini."



"Bakalan kangen." – Arga

"Semangat lesnya." – Lolyta

"Aduh, jadi ikutan sedih." – Sigit

"Sedih ah." – Luna 

Cold SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang