Bonus Part (3)

27.1K 900 4
                                    

Setelah lamaran Arga diterima Lolyta, banyak sekali yang berubah baik kehidupan Arga maupun kehidupan Lolyta sendiri. Empat tahun setelah pernikahan yang mereka langsungkan, Arga sibuk dengan pekerjaannya menjadi seorang Dokter Spesial Bedah ternama di salah satu Rumah Sakit, sedangkan Lolyta sibuk dengan kasus-kasus yang ia tangani.

Tidak banyak hal-hal spesial, seperti rumah tangga pada umumnya, pasti banyaklah pertengkaran yang terjadi, tapi baik dari Arga dan Lolyta sudah dewasa dalam bersikap untuk menghadapi masalah dalam sebuah rumah tangga.

Namun ada satu hal yang benar-benar mengganjal hati Lolyta sampai saat ini, yang lumayan menjadi beban pikiran Lolyta. Sejujurnya Lolyta ingin sekali memiliki anak dirumah, dia ingin sekali rumah yang ia tempati sekarang ramai dengan tawa dan tangisan anak kecil.

Tetapi Arga-nya, memilih menunda untuk punya anak terlebih dahulu. Entah sampai kapan. Lolyta bahkan sudah lelah membahas hal tersebut dengan Arga. Memang alasan Arga cukup masuk akal, Arga ingin fokus pada karirnya sebagai Dokter, dan akan sangat susah sekali menjaga Lolyta dan anak-anaknya dengan pekerjaannya yang sekarang, yang benar-benar menyita waktunya.

Tapi dia ingin juga seperti Andika dan Gisel, yang bahkan umur anaknya sekarang sudah lima tahun, sudah bisa tertawa dan menangis, atau seperti Sigit dan Celine, bahkan sekarang Celine sudah memasuki usia tujuh bulan kandungannya.

"Woi, bengong aja sih lo. Itu kerjaan banyak bener." Tegur Luna sedaritadi memperhatikan Lolyta yang hanya menatap kertas dihadapannya tak minat.

"Iya, bumil, bawel banget sih lo." Balas Lolyta melirik Luna kesal, bumil yang tengah mengandung anak keduanya ini sedaritadi sibuk mengomeli semua orang diruangan karena hormon kehamilannya yang membuat mood Luna naik-turun.

"Yeee! Dikasih tau juga. Lo kenapa sih, emang? Berantem sama Arga?" Tanya Luna lagi, sepertinya ada yang tidak beres, karena beberapa minggu terakhir ini Lolyta jadi sangat gila kerja, suka melamun sendiri, bahkan tiba-tiba menjadi manusia sangat menyebalkan seperti sekarang.

"Nggak lah, ngapain juga gue berantem sama Arga." Sewot Lolyta membuat Luna makin curiga.

"Gue curiga, kalian berantem nih pasti. Akhir-akhir ini lo jadi gila kerja, suka melamun, terus tiba-tiba suka ngegas orang. Biasanya lo nggak gini." Jelas Luna lagi, sedangkan Lolyta hanya mendengus sebal.

"Perasaan lo aja kali, gue biasa aja." Jawab Lolyta singkat. Tuh kan, pasti emang ada apa-apa.

"Okay, fine. Tapi kalau lo emang ada masalah, lo bisa cerita ke gue, atau ke yang lain, jangan di pendem sendiri, nggak baik." Nasihat Luna.

"Iya bumil, dah sana lanjut kerja lo, kata lo kerjaan banyak, malah gangguin gue." Usir Lolyta sambil mendorong Luna pelan membuat Luna berdecak sebal dan meninggalkan bilik meja milik Lolyta.

*****

"Ga, kalau sakit tuh mending nggak usah ke RS. Di rumah aja." Sahut salah satu dokter yang merupakan temannya.

"Banyak operasi hari ini, gue harus selesaikan." Jawab Arga singkat sambil mengelap mulutnya sehabis mengeluarkan muntahan yang bahkan tidak keluar sedikitpun dari mulutnya.

"Ya kan bisa di handle sama dokter lain, liat tuh udah sampe muntah-muntah mual gitu. Kita kerja di dunia kesehatan, tapi nggak menerapkannya ke badan kita sendiri sama aja bohong. Mending lo pulang aja deh, operasi lo hari ini biar gue sama Dokter Andrew yang handle." Ucap temannya, Nichol, salah satu dokter di Rumah Sakit tempat Arga bekerja ini dengan omelan panjang membuat Arga makin pusing mendengar omelannya.

"Gue masih kuat, tenang aja. Gue yang selesain semua abis itu gue langsung pulang." Ujar Arga masih keras kepala dengan keputusannya, membuat Nichol berdecak kesal, Arga benar-benar keras kepala.

"Yaudah serah lo, tapi kalau udah nggak kuat bilang ya, nggak usah dipaksain." Ujar Nichol pasrah, membuat Arga mengangguk dan keluar dari ruangan miliknya untuk menjalani operasi selanjutnya.

"Dipikir-pikir aneh juga ya, si Arga muntah tapi nggak keluar apa-apa, kaya morning sickness gitu, jangan-jangan? Istrinya hamil?" Gumam Nichol diliputi banyak pertanyaan sambil keluar dari ruangan milik Arga.

*****

"Tumben pulang cepet." Sahut Lolyta yang melihat Arga memasuki ruang keluarga dirumahnya dengan jas dokter yang ia tenteng.

"Hm, aku nggak enak badan. Selesai operasi tadi aku langsung pulang." Ujar Arga dengan suara serak, membuat Lolyta menoleh Arga khawatir.

"Kan, aku udah bilang, suruh porsir waktu buat istirahat aja susah banget, jadi sakit gini kan. Kan jadi aku yang khawatir." Omel Lolyta sambil menenteng jas dokter milik Arga.

"Aku mau mandi dulu, kamu tunggu di kamar aja." Ucap Arga menghiraukan omelan Lolyta karena merasakan mual yang luar biasa seperti tadi siang dan buru-buru pergi ke kamar mandi.

"Huh, dibilangin ngeyel banget." Sewot Lolyta pelan sambil menyiapkan baju tidur untuk Arga dan duduk menunggu Arga keluar dari kamar mandi.

Setelah Arga selesai mandi dan memakai bajunya, ia merebahkan badannya ke kasur, menepuk kasur sebelahnya, mengkode Lolyta untuk tiduran di sebelahnya.

"Puk-puk kepala aku dong, biar aku ngantuk, terus peluk juga." Rengek Arga yang sudah tidak memiliki energi, melihat hal itu hati Lolyta luluh juga, kasihan dengan suaminya ini yang sudah bekerja keras.

"Kamu manja banget kalau sakit." Ucap Lolyta sambil menepuk pelan kepala Arga dan memeluknya disambut pelukan hangat oleh Arga.

"Hm, aku suka dipuk-puk gini, udah lama nggak kamu giniiin. Kangen." Rengek Arga lagi sambil menikmati tepukan pelan dari tangan halus Lolyta.

"Ga, minggu depan, ada syukuran tujuh bulanan Luna. Inget loh kita harus dateng, kosongin jadwal kamu, jangan mendadak nanti ada kerjaan." Ucap Lolyta mengingatkan Arga, membuat Arga hanya mengangguk pelan.

"Iya, udah aku kosongin, kok."

"Nggak berasa ya, dulu kita masih SMA, masih suka berantem nggak jelas, drama-drama alay nggak jelas, eh sekarang udah pada dewasa, udah pada mau punya anak lagi." Curhat Lolyta yang sebenarnya ada kode terselubung di dalamnya.

"Waktu berlalu cepet banget ya, ternyata. Aku juga nggak sabar deh nunggu giliran aku, bisa kaya Luna, Gisel, atau Celine." Lanjut Lolyta membuat Arga membuka matanya dan menatap Lolyta sayu.

"Maaf ya, gara-gara aku minta tunda terus, kamu jadi sedih. Aku tau kamu pengen kaya mereka, bisa jadi wanita yang seutuhnya, tapi tolong tunggu sebentar lagi, ya?" Ucap Arga lembut membuat hati Lolyta menjadi lembut dan tersenyum.

"Puk-puknya jangan berhenti dong, biar aku bisa tidur." Rengekan manja Arga keluar lagi, membuat Lolyta menghela nafasnya dan memulai ritual agar Arga bisa tidur dengan nyenyak.

*****

Seperti biasa, Lolyta melangkahkan kakinya memasuki gedung kantornya pada pagi hari. Sekarang sudah pukul delapan lewat sepuluh menit, Lolyta sudah telat hari ini. Entah Lolyta merasa aneh dengan badannya, ia merasa sangat lemas akhir-akhir ini dan malas bergerak.

"Lol, bibir lo pucet banget. Sakit ya?" Heboh Luna melihat sahabatnya memasuki gedung kantor layaknya seperti mayat hidup.

"Hm, nggak tau, lemes banget badan gue." Jawab Lolyta seadanya, dia juga benar-benar bingung dengan kondisinya sekarang. Dia tak pernah merasa selemas ini.

"Kalau sakit tuh jangan ke kantor. Kebiasaan, di rumah aja istirahat."

"Nggak papa kok, cuma lemes biasa paling."

"Gue telpon Arga deh, liat lo jalan aja udah sempoyongan gitu malah maksa masuk kerja." Omel Lolyta lagi.

"Jangan, dia sibuk banget, dia aja lagi sakit masih tetep maksain masuk karena ada operasi penting hari ini." Sergah Lolyta menahan tangan Luna yang mulai mencari kontak Arga di handphonenya.

"Dasar Pasutri gila kerja. Nggak abis pikir gue." Ucap Luna pusing sambil memegang kepalanya.

Lolyta terus berjalan ke ruangan miliknya, hingga beberapa langkah untuk sampai ke ruangannya, ia merasa badannya semakin lemas, kepalanya pusing berkunang-kunang, dan gelap seketika. Hal terakhir yang ia ingat adalah teriakan histeris Luna, sebelum tubuhnya jatuh ke lantai kantor yang dingin.

Cold SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang