Redcode

2.9K 127 14
                                    

"Ada perkembangan?" Tanya Anastasya cemas. Wanita bermata biru itu sedang menemani Zach bermain agar monyet kecil itu tidak melihat keadaan mamanya yang belum siuman dari pingsannya.

Max menggeleng pelan. Laki-laki dengan tatapan tajam itu menatap wajah manis Anastasya yang sesekali tertawa lebar karena tingkah konyol Zach. "Cantik."

"Hm? kau mengatakan sesuatu, Max?" Tanya Anastasya sambil mengalihkan pandangannya.

Max menggeleng cepat. 'Apa yang kau pikirkan disaat seperti ini Max?'

Tiba-tiba ponsel pria itu berdering, dan ia segera mengangkatnya didering pertama.
"Tuan kami dapat memastikan Tuan Liam masih berada di New York, setelah mengecek seluruh data airport dan jet pribadi milik Tuan Liam masih berada New York." Laporan dari salah satu pekerja Max memberi informasi yang sangat penting.

"Tolong cari dia dan kabari aku secepatnya." Max menutup panggilan telepon dan segera mengabari informasi itu ke Anastasya.

***

A week ago, 01.00 AM

Liam mengganti pakaiannya dengan kemeja putih dan celana hitam polos. Ia berjalan keluar dari walk-in-closet dan menghampiri gadis yang selama ini memenuhi hatinya "semua akan selesai sebentar lagi, sayang." Ucap Liam pelan lalu mencium pelipis Lia dalam.

Pria yang tampak tampan hanya dengan mengenakan kemeja putih itu berjalan ke kamar Zach dan mengecup pipi monyet kecilnya. "Doakan daddy, nak."

Pria itu meraih ponselnya dan menekan beberapa tombol sebelum menempelkan benda tipis itu ke telinganya "Siapkan jet pribadi ke Prancis dalam 30 menit." Liam menutup panggilan telepon secara sepihak dan segera melajukan mobilnya menuju airport.

'Ayah tolong bantu aku menolong Adeline.' ia akan berangkat ke Prancis menemui ayahnya untuk bekerja sama menyelesaikan masalah yang mengganggu gadis kecilnya selama ini.

Dipertengahan jalan, Liam terpaksa menghentikan mobilnya ketika dihadang oleh beberapa mobil besar berwarna hitam.
Setelah kejadian itu, ia tidak mengingat apa-apa sampai ia terbangun di sebuah pabrik tua.

Pria yang sedari tadi tidak sadarkan diri itu perlahan membuka kedua matanya. Ia berusaha meloloskan dirinya dari tali yang mengikat tubuhnya dengan erat.

"Tuan Liam yang terhormat sudah bangun, eh?" Suara seorang pria paruh baya menyadarkan Liam sepenuhnya.

Pria paruh baya itu kembali berbicara dengan nada santai.
"Bantuanmu terhadap Jordan Corporation sangat berarti, dan sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu lagi, tanda tangani surat cerai ini, karena pengusaha lain tidak suka menikah dengan wanita yang ditinggal suaminya meninggal." Ujar Willy, CEO Jordan Corporation, sekaligus ayah Adeline.

Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Willy membuat emosi Liam terpancing "Dasar brengsek! Aku tidak akan pernah menandatangani surat cerai itu, Karena aku mencintainya!" Seru Liam dengan nafas memburu.

Willy tersenyum tipis lalu mengeluarkan selembar foto dan memperlihatkannya kearah Liam "Ah siapa nama anak menggemaskan ini, Zach bukan? Menggemaskan sekali untuk menjadi boneka kedua-ku nanti." Ucap Willy sambil menunjukkan foto seorang anak kecil yang sedang bermain di halaman rumah bersama Adeline.

"Sialan! Jangan ganggu keluargaku!" Seru Liam dengan emosi yang menggebu. Pria itu sangat tidak suka ada orang lain yang berani menyakiti tidak, bahkan menyentuh orang-orang kesayangannya.

✅More Than My DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang