Extra Part- Alex and Kayla (2)

1.5K 62 8
                                    

"Siapa kau sebenarnya?" Kayla tampak ketakutan melihat Alex yang membawa pistol. Ia melangkahkan kakinya mundur perlahan menjauh dari Alex. Pria itu menghela nafas kasar, ia merutuki dirinya yang lupa bahwa ia membawa pistol.

"Aku akan jelaskan, tapi tidak sekarang dan tidak disini. Aku akan mengantarmu pulang, ini sudah larut malam." Ucap Alex sambil membawa kantong obatnya, ia menarik tangan Kayla menuju parkiran mobil. Sepanjang perjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan. Hujan mulai turun membasahi kota, baru beberapa menit mereka meninggalkan kedai kopi, tiba-tiba mobil sport milik Alex mogok.

"Aku lupa mengisi bahan bakar setelah pulang dari New York tadi pagi." Alex merutuki dirinya lagi, entah mengapa ia sangat kacau setiap pulang ke Paris. Jika Adeline dan Liam tidak menyelenggarakan pesta di Paris, ia tidak akan pernah datang ke Paris lagi semasa hidupnya.

Kayla menghela nafas pelan, ia seharusnya sudah pulang satu jam yang lalu. Kini ia bingung bagaimana harus menghadapi badai hujan ditengah jalan seperti ini. Kayla mengedarkan pandangannya ke sekeliling kota kecil ini. Sudut bibirnya terangkat, ia menarik lengan Alex menuju sebuah gedung sederhana, tidak lupa membawa kantong obatnya. Langkah kaki Alex terhenti ketika membaca tulisan yang terpajang di pintu gedung yang akan dimasuki mereka.

"Untuk apa kita ke motel, Kayla?" Alex mengernyitkan dahinya, bingung dengan apa yang direncanakan Kayla saat ini.

"Aku lupa memberitahumu, badai akan datang 30 menit lagi. Kita bisa apa dengan mobil mogok, di pinggir kota, tengah malam begini, tidak akan ada taksi, transportasi umum, dan selain bangunan motel ini, sekeliling kita adalah hutan." Jelas Kayla dengan menunjuk keadaan disekitar mereka yang dikelilingi hutan. Sedangkan hujan semakin deras, mau tidak mau mereka berteduh di dalam motel.

Alex menghela nafas kasar. Ia melihat layar ponselnya, tidak ada layanan internet, kalaupun ada tidak ada yang bisa yang ia hubungi di Paris, ayahnya? Alex lebih memilih mati daripada berhubungan dengan ayahnya. Sedangkan Kayla meminjam telepon di resepsionis dan menelpon kakaknya.

"Kak Lia tolong, kami terjebak di pinggir kota. Bisakah kakak mengirimkan supir untuk menjemput kami?" Kayla berbicara dengan Adeline di telepon.

"Kayla! Kenapa kau tidak mendengar Mario dan pergi? Sekarang kau ada dimana? dan bersama siapa?" Adeline terdengar khawatir di seberang telepon.

"Aku di pinggir kota dengan Alex, teman sekolah kak Lia dulu. Aku pergi untuk mengembalikan dompetnya." Jawab Kayla menjelaskan keadaannya saat ini.

"Berikan teleponnya ke Alex, Kayla." Suara di seberang telepon berubah, tampaknya Adeline memberikan ponselnya pada Liam. Kini Liam terdengar sangat tegas, Kayla menghela nafas pelan, ia memanggil Alex yang sedang mencari-cari sinyal di ponselnya.

"Ini Alex."

"Alex, sewa kamar di motel sekarang, dan jagalah Kayla malam ini, besok pagi kami akan menjemput kalian. Ingat, tidur terpisah. Kita akan membicarakan tentang ini besok." Liam memberikan instruksi pada Alex dengan sigap. Ia berhasil melacak lokasi mereka dari sambungan telepon motel. Pria itu terdengar sedikit marah dengan Alex yang membawa Kayla pergi. Liam tidak suka melihat Adeline yang panik dan ketakutan. Tanpa menunggu jawaban dari Alex, Liam memutuskan sambungan telepon.

"Kita akan menginap malam ini." Ucap Alex pada Kayla yang sedari tadi berdiri di sebelahnya. Mendengar itu, Kayla menghela nafas pelan. Ia takut besok pagi kakaknya dan Liam akan memarahinya habis-habisan.

"Dua kamar, menginap semalam." Alex berbicara pada resepsionis motel sambil mengeluarkan dompetnya.

"100 Euro untuk 2 kamar tidak menerima kartu debit, kredit, apalagi black card American Express." Jawab resepsionis motel dengan wajah datar, seakan sudah membaca keadaan ekonomi Alex dan Kayla dari penampilan mereka.

✅More Than My DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang