"Mommy!" Seru seorang bocah kecil yang baru saja datang bersama seorang pria yang sudah ia anggap sebagai pamannya.
Mendengar suara yang sudah ia rindukan beberapa hari ini, membuat Lia mengalihkan pandangannya ke pintu masuk, dan menemukan sosok Max yang sedang menggandeng tangan Zach masuk ke dalam ruangan."Hi my little monkey! Come here mommy miss you so much." Sapa Lia sambil mengangkat kedua tangannya untuk menggendong bocah kecil itu ke pangkuannya.
Namun hal itu malah membuat bocah kecil itu menengadah ke atas tempat tidur dengan wajah yang menggemaskan."Mommy, you sure you're okay?" Pertanyaan yang meluncur dari bibir mungil bocah kecil itu berhasil membuat seluruh orang diruangan itu tersenyum tulus. Liam mengelus puncak kepala monyet kecilnya dan menggendong bocah kecil itu ke atas tempat tidur.
"I'm okay. See mommy even can do this." Ucap Lia sambil meraih buku cerita tebal yang ada disamping tempat tidur. Melihat hal itu membuat Zach tersenyum lebar dan menyandarkan kepalanya dilengan Lia. "Mommy aku akan membacakan cerita untuk mommy." Ucap bocah kecil itu dengan percaya diri. Ia mulai membuka halaman buku dan mencari gambar yang paling menarik untuknya.
"Pa..da sutu ..ri hi..lah.." bocah kecil itu mulai bercerita dengan suara yang menggemaskan membuat Lia menggelengkan kepalanya pelan. Ia pun mengajari monyet kecilnya untuk membaca setiap suku kata dibuku cerita itu dengan sabar. Sedangkan Liam dan Max sibuk berbincang tentang perusahaan mereka.
Melihat kedua orang yang memenuhi hatinya tertidur lelap sambil memeluk buku cerita, membuat Liam tersenyum dan menghampiri tempat tidur mereka. Pria itu mengambil buku ceritanya dengan perlahan dan menyelimuti Lia dan Zach.
Setelah itu ia dan Max keluar ruangan dan berjalan-jalan disekitar taman rumah sakit.
"Maafkan aku untuk mengungkit ini lagi, tapi bagaimana dengan adik-adik Adeline mengingat nasib kedua orangtua mereka yang seperti ini?" Max membuka pembicaraan dengan suara pelan.
Mendengar pertanyaan Max membuat pria yang berdiri disebelahnya mengalihkan pandangan kearahnya.
"Mereka akan tinggal bersama kami, kurasa Lia dan Zach akan senang dengan kehadiran mereka." Sahut Liam dengan santai."Bagaimana kau akan memberitahu Adeline tentang Sarah?" Tanya Max lagi, kini dengan raut wajah lebih serius yang membuat langkah kaki Liam terhenti seketika.
"Aku yang akan mengurusnya nanti." Jawab Liam serius. Ditengah-tengah perbincangan mereka, seorang wanita berpakaian jas dokter berwarna putih menghampiri mereka. "Hi Max hi Liam!" Sapa wanita itu dengan ceria. Ia merangkul bahu lebar Max dengan santai.
"Kau sudah selesai memeriksa Adeline?" Tanya Max yang juga merangkul bahu mungil wanita disebelahnya. Wanita itupun menganggukkan kepalanya dengan semangat.
Melihat adegan di depannya membuat Liam menyipitkan kedua matanya.
"Ada apa dengan kalian, huh?" Tanya Liam memasang wajah curiga. Ia merasa aneh dengan tingkah kedua sahabatnya yang seperti sepasang kekasih."Nothing. We do this every time we meet." Jawab Max dengan jujur. Perlahan kedua pipi Anastasya memanas, ia merasakan wajahnya mulai merona. Tapi ia segera menyembunyikan ekspresinya dari kedua sahabatnya.
"Max aku belum makan sejak pagi tadi.." ucap Anastasya dengan nada manja. Kedua mata biru gadis itu menatap wajah Max dengan penuh berharap.
"Ayo aku temani makan siang, Liam kau ikut, kan?" Tanya Max dengan antusias yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Liam.
Melihat pemandangan langka yang terjadi ditaman rumah sakit, membuat beberapa pasien yang sedang berjalan santai rasanya kembali sehat melihat ketiga orang itu berjalan ditengah-tengah taman.
Bahkan sejak highschool pun, Anastasya selalu mendapat tatapan iri dan pembullyan yang dilakukan oleh penggemar-penggemar Liam dan Maxwell. Beruntung kedua pria itu selalu datang dan menolong sahabat wanita yang sudah mereka anggap seperti adik mereka sendiri.
Ketiga sahabat itupun menikmati makan siang di kantin rumah sakit sambil berbincang seperti saat mereka highschool dulu. Ditengah-tengah perbincangan mereka, sepasang mata coklat terus melihat kearah pria yang terlihat tampan dengan setelan jas hitamnya. Wanita itu mengangkat sudut bibir nya yang dibalut lipstick berwarna merah.
'Is that Liam? Ahh pria itu sudah menolakku lebih dari ratusan kali. Kenapa aku sangat tidak tahu malu dulu? Ia terlihat tampan sekarang.
Siapa pria yang duduk di depannya?
Dia terlihat familiar.'Wanita itu melihat pria yang duduk di depan Liam menolehkan kepalanya menghadap Anastasya dan mengelus puncak kepala wanita itu.
Deg!
'Maxwell? Mereka masih bersama?'
Wanita itu mengepalkan kedua tangannya. 'Really Anastasya? Kenapa kau selalu bersama kedua pria itu? You don't deserve that! Kau yang membuatku putus dengan Maxwell
waktu itu.Lihat saja aku akan merusak pertemanan kalian bertiga.'
Wah siapa nih? 😨
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
✅More Than My Dreams
Romansa[COMPLETED] Adeline kira perjodohan dengan CEO Spencer Corp ini merupakan akhir dari semuanya, namun siapa sangka pria itu memberinya kehidupan yang melebihi impiannya? "I love you not only for who you are, but for who I am when I'm with you. With y...