[As Adeline in media]
Beberapa hari setelah pernikahannya, hari-hari Adeline dijalankan seperti biasa. Liam mengantar Adeline bersekolah dan menjemputnya pulang. Entah mengapa, Liam tidak memperbolehkan supir yang mengantar dan menjemput gadis itu. Kecuali keadaan yang sangat mendesak, dan itupun belum pernah terjadi.
Keadaan hubungan mereka cukup baik, Kadang-kadang mereka juga menonton TV bersama ketika Liam telah menyelesaikan pekerjaannya, makan malam bersama di mansion, dan terkadang berjalan-jalan di Central Park dihari minggu.
Adeline sebenarnya masih sedikit canggung dengan Liam, tapi dengan sikap Adeline yang mudah bergaul, membuatnya tidak sulit untuk akrab dengan Liam.
Dan satu kelemahan Adeline, gadis itu mudah terbawa perasaan. Ia juga masih remaja labil, bukan?
Suara hujan yang sangat deras disertai dengan petir yang tiada henti-hentinya menyambar bumi, membuat Adeline terbangun dari tidur nyenyaknya.
Dia bersembunyi di bawah selimut tebalnya dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Adeline, gadis itu memang takut pada suara petir terutama di tengah malam.
Gadis berbalut piyama pink itu memberanikan dirinya untuk keluar dari kamar sambil memeluk dua bantal pink-nya dan segera berlari ke kamar sebelah. Setidaknya, ada seseorang yang menemani ditengah ketakutannya malam ini.
Gadis itu segera tidur disofa kamar Liam yang terletak didepan tempat tidur sambil memeluk erat bantal yang ia bawa tadi.
Baru saja akan terlelap, Adeline kembali membuka matanya ketika mendengar suara nafas seseorang yang memburu. Dia memberanikan diri untuk menghampiri sumber suara melawan ketakutannya pada petir yang belum saja pergi daritadi.
Dahi gadis itu berkerut dalam ketika menemukan pria yang sedang tertidur itu bernafas tidak beraturan "Liam? Hey, ada apa denganmu?" Lia panik melihat Liam yang bernafas tidak beraturan sambil mengerutkan keningnya, tubuh atletisnya berkeringat dan bergetar hebat.
Lia duduk di tepi kasur sambil memegang dahi Liam
'Oh! Tubuhnya sangat dingin!' Batin Adeline."Liam bangun!" Seru Adeline sambil mengguncang tubuh Liam.
Liam pun terbangun dan duduk sambil memegang kedua kepalanya menetralkan nafasnya.Melihat pemandangan didepannya, Adeline tertegun untuk sementara waktu "Apa kau mimpi buruk?" Tanya Adeline setelah melihat nafas Liam yang sudah lebih tenang. Tubuh topless nya membuat gadis itu sedikit salah fokus.
"Ini sudah biasa terjadi saat hujan petir... aku tidak apa-apa, kembalilah ke kamarmu, Lia." Jawabnya sambil menatap kedua mata Lia dalam.
'What? Aku bahkan berlari terbirit-birit kesini karna ketakutan dengan petir itu, bagaimana aku berani kembali ke kamar sedangkan hujan semakin deras' Batin Lia dalam hati.
"Uh.. Aku sebenarnya tidur disana barusan," kata Lia sambil menunjuk sofa berwarna putih yang ada didepan kasur Liam.
Liam sedikit memiringkan kepalanya melihat kearah sofa yang sudah ada kedua bantal pink milik Lia.
"Apa kau takut dengan petir? Tidurlah disini, aku tidur di sofa." Katanya sambil menepuk pelan tempat tidurnya. Pria itu beranjak dari tempat tidur dan memastikan gadisnya berbaring dengan tenang, menyelimutinya dan segera tidur disofa.
Hati Lia perlahan menghangat melihat perbuatan Liam padanya sekarang.
"Goodnight, Liam.""Goodnight, Adeline."
KAMU SEDANG MEMBACA
✅More Than My Dreams
Romansa[COMPLETED] Adeline kira perjodohan dengan CEO Spencer Corp ini merupakan akhir dari semuanya, namun siapa sangka pria itu memberinya kehidupan yang melebihi impiannya? "I love you not only for who you are, but for who I am when I'm with you. With y...