24 hours

2.5K 105 1
                                    

Max Secret Agent Company
06.00 PM

Malam ini menjadi malam istimewa bagi Anastasya, selain hari pertamanya menjadi kekasih Maxwell, ia juga akan menghadiri acara ulang tahun perusahaan Maxwell sebagai kekasihnya, tahun ini.

Deretan karpet merah dan puluhan bodyguard berjejer rapi di pintu utama bersiap untuk menyambut tamu-tamu terhormat dari berbagai negara. Acara besar ini juga tidak luput dari para wartawan yang sibuk mencari berita terbaru mengenai pengusaha-pengusaha besar di dunia.

Kedua mata Maxwell tidak berhenti melihat kearah Anastasya yang duduk disebelahnya. Wanita itu terlihat gelisah sambil memainkan kedua tangannya. Melihat hal itu membuat Maxwell tersenyum tipis.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Max sambil memegang kedua tangan Anastasya erat.

"Ini pertama kalinya kau membawa pasangan di acara resmi.." ucap Anastasya pelan. Entah apa yang ia khawatirkan, tetapi yang diucapkan wanita itu tidak salah, walaupun Maxwell memiliki beberapa mantan pacar, ia belum pernah menghadiri acara resmi dengan kekasihnya, 'entahlah rasanya tidak cocok saja'. Itulah jawaban yang selalu ia lontarkan jika ditanya oleh orang-orang.

"Lalu?" Tanya Maxwell dengan santai. Anastasya melongo tidak percaya melihat pria yang duduk disebelahnya.
Bagaimana dia bisa sesantai itu? Tidakkah dia tahu kalau beberapa penggemarnya itu bukan dari kalangan biasa? Mereka rela merogoh kocek hanya untuk membuat Maxwell dan kekasihnya putus dalam sekejap.

Hal itu yang membuat Maxwell berkencan secara private, tapi ia tidak menyadari kalau masih ada satu penggemar yang membuatnya putus, siapa lagi kalau bukan Anastasya?
Tapi jika dipikir ulang, sepertinya Maxwell sangat berterima kasih atas perbuatan Anastasya yang membantunya putus dari wanita-wanita pengincar hartanya.

"Bagaimana kalau 'mereka' tau?" Tanya Anastasya cemas. Mendengar kata 'mereka' disini, Maxwell langsung paham, maksud Anastasya adalah penggemar-penggemar gilanya.

"Tenanglah ada aku disini, Nat." Ucap Maxwell menenangkan kekasihnya.

Sesampainya mereka di pintu utama, para wartawan yang awalnya mewawancarai selebriti yang hadir, segera beralih menuju Maxwell dan kekasihnya?! Melihat itu membuat para wartawan semakin menggila.

Maxwell merengkuh pinggang Anastasya sambil terus berjalan masuk tanpa menjawab satupun pertanyaan yang dilontarkan para wartawan. Kurasa pria itu terpaksa melakukannya, karna ia menyadari kekasihnya yang mulai sesak nafas. Maxwell tidak mau melihat kekasihnya menderita seperti itu.

Para wartawan gila itu semakin menggila lagi ketika sebuah limousine mewah berwarna putih berhenti tepat didepan karpet merah.

Sepasang suami istri yang menikah tiba-tiba, yang mengguncang seluruh dunia. Well, tidak sedunia sih, lebih tepatnya mengguncang wanita-wanita yang sudah mengincar CEO muda itu dengan berbagai cara. Tidak ada yang pernah meluluhkan hatinya. Dan sekarang pria itu menikah dengan seorang gadis 18 tahun? Tentu semua orang ingin tahu siapa gadis itu, dan bagaimana caranya menaklukkan hati Liam? Well, dia memang gadis yang beruntung. Bukan dia yang mengejar Liam, tapi pria itulah yang duluan mengejar, bahkan duluan mencintainya.

"Aku mencintainya." Itulah jawaban pasti yang selalu diberikan pada wartawan-wartawan yang menanyakan alasannya menikahi gadis itu.

Diacara resmi dengan ratusan bahkan ribuan orang dewasa ini, Lia memutuskan untuk tidak membawa Zach, dan menitipkan bocah kecil itu pada Lily malam ini. Mereka berjalan masuk, dan menghampiri Maxwell dan Anastasya yang sedang berdiri di ujung ballroom.

"Hai Adeline, Liam." Sapa Anastasya ramah. Wanita itu tak berhenti menunjukkan senyum cerianya sepanjang hari ini.

"Hai juga kak." Sahut Lia kikuk. Walaupun ia sudah pernah bertemu dengan Anastasya beberapa kali, tapi rasanya ia selalu ciut berada di dekat wanita itu. Lia selalu terkagum dengan kharisma yang dipancarkan Anastasya.

"Come on! Kau bisa memanggilku Nat atau Natasya santai saja." Ucap Anastasya mencairkan suasana. Lia merespon dengan anggukan mantap.

"Hey Liam!" Ucap Anastasya memanggil Liam. Setelah kedua mata biru itu melihat kearahnya, Anastasya segera memeluk lengan atletis Maxwell dan bergelayut manja pada pria disebelahnya.

"What? Akhirnya kau mendapatkan si dungu itu?" Tanya Liam santai. Kurasa wajar jika Liam menyebut sahabatnya itu dengan sebutan 'dungu'. Liam tahu kalau Anastasya mencintai Maxwell sejak dulu, tapi si dungu Maxwell itu selalu tidak peka dengan keadaan.

"Hei jangan mengatai pacarku dungu! Dasar kaku!" Seru Anastasya sedikit bercanda. Ok dan kurasa wajar jika Anastasya menyebut sahabatnya itu kaku. Pria itu tidak pernah menfokuskan dirinya pada hal lain kecuali Adeline dan pekerjaannya.

"Sayang.. dia mengataimu dungu." Anastasya mengadu pada Maxwell yang membuat pria itu gemas dengan wanita disebelahnya. Tangannya terulur untuk mengelus puncak kepala Anastasya dan tersenyum tipis.

Melihat adegan menjijikan itu, sebuah ide terbesit di benak Liam.
"Sayang, dia mengataiku pria kaku.." ucap Liam dengan nada manja kepada Adeline.

"Ahh sayang, kamu adalah pria terbaik yang pernah kutemui." Balas Adeline dengan nada iseng. Namun kalimat yang barusan ia katakan adalah kebenaran yang selama ini ia syukuri.

Setelah perbincangan iseng itu, mereka duduk disebuah meja setelah acara dimulai. Sebagai pemeran utama dalam acara ini, Maxwell dipanggil keatas panggung untuk memberikan salam dan pidato, sedangkan Liam meninggalkan ruangan untuk mengangkat panggilan telepon penting.

Sudut bibir berbalut lipstick merah itu lagi-lagi terangkat, ia melangkahkan kedua kaki jenjangnya menuju pintu putih yang berada di sudut ruangan.

"Hai Liam." Sapaan singkat yang keluar dari bibir merah wanita itu sontak membuat Liam menoleh ke arah belakang dimana wanita misterius itu datang.

"...i'll call you back." Liam memutuskan sambungan telepon dan memasukkan ponselnya kedalam saku celana. Pria itu hanya menatap wanita di depannya datar, memberi sinyal bagi wanita itu untuk memulai pembicaraan.

"Remember me?" Tanya wanita itu dengan senyuman menggoda.

"Apa maumu, Sophia?" Tanya Liam dengan wajah datarnya. Ia bingung mengapa wanita ini masih memiliki muka untuk menemuinya disini.

"Aku ingin meminta bantuanmu." Ucap Sophia. Tanpa menunggu jawaban Liam, ia lanjut berbicara "bantu aku membuat Maxwell dan Anastasya putus dan berhenti berteman untuk selamanya."

Mendengar permintaan konyol yang keluar dari Sophia, sudut bibir Liam terangkat menampilkan senyuman smirk. "No, thanks." Liam melangkahkan kakinya meninggalkan Sophia.

"Baiklah. Aku tau kau tidak akan mau, jadi aku sudah menyiapkan sesuatu." Ucapan Sophia membuat langkah kaki Liam terhenti. Ia membalikkan tubuhnya kembali menghadap Sophia yang sedang memegang ponsel ditangannya.

Wanita itu menampilkan sebuah foto pada Liam. "So, Zachary Spencer, huh?" Sophia menampilkan foto seorang anak kecil yang diikat ke sebuah kursi dengan kondisi tidak menyadarkan diri.

"Damn Sophia!! Apa yang kau mau sebenarnya??!! Don't you dare to touch my family." Ucap Liam dengan emosinya yang sudah memuncak melihat kondisi Zach yang tampak menyakitkan baginya.

"Liam, aku sudah katakan aku ingin Maxwell dan Ana—" ucapan Sophia terpotong oleh seorang wanita yang menghampiri mereka.

"Maxwell dan Anastasya putus?" Sambung wanita itu dengan nada bingung. Wanita itu tak lain adalah Anastasya.

"Tambahan, aku ingin menjadi istri Maxwell." Ucap Sophia dengan senyuman bangganya. Anastasya semakin geli dengan sikap Sophia yang tergila-gila pada Maxwell.

"Waktu kalian 24 jam, atau Zachary Spencer akan dikembalikan tanpa nyawa."

[to be continued]
Please vote and comment to appreciate writer💗

✅More Than My DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang