Prollog

16.9K 737 29
                                    

Di kamar, tepatnya di depan monitor komputer, seorang lelaki tengah menggambar di atas tablet grafis. Jari-jarinya membentuk lekuk garis, hingga menghasilkan sebuah tokoh komik yang diinginkannya. Mata tajamnya begitu teliti memberikan detail yang mengesankan, hingga membentuk sebuah karya yang menawan.

Di tengah keseriusannya menggambar, lelaki itu sampai tidak menyadari bagaimana mamanya itu menghembuskan nafas lelahnya, merasa sedikit tak percaya dengan putranya yang selalu mengurung diri bersama dengan komik-komiknya. Padahal putranya itu sudah berumur dua puluh delapan tahun, tapi tak pernah sekalipun putranya hidup seperti lelaki pada umumnya. Bahkan hampir lima tahun, hidup putranya itu dihabiskan di kamarnya seorang diri, setelah kelulusannya yang mengambil jurusan game dan animasi di universitas ternama.

Sebenarnya wanita itu cukup bosan bila setiap hari harus ke kamar putranya untuk mengingatkannya makan, padahal putranya itu sudah paham dan mengerti arti kesehatan. Namun mau bagaimana lagi, bila putranya sendiri sering lupa makan atau bahkan jarang mandi sangking seriusnya menggarap imajinasi-imajinasinya.

"Stuart," panggilnya terdengar lelah. Padahal waktu masih dikatakan pagi, tapi putranya itu sudah duduk di depan monitor komputernya.

"Hm," jawab putranya yang bernama Stuart itu tanpa mau mengalihkan tatapannya.

"Ini masih jam berapa sih? Kok kamu sudah ada di depan komputer? Padahal ini masih pagi loh, seharusnya kamu mandi terus sarapan di bawah."

"Nanggung, Ma. Sudah dari semalam Stuart menggarap ini, sebentar lagi juga bakal selesai." Putranya itu menjawab enteng, tanpa memperdulikan bagaimana mamanya itu melototkan matanya, merasa tak percaya dengan kelakuan putranya yang kian menjadi-jadi.

"Jadi dari semalam kamu enggak tidur, Stuart?" tanyanya terdengar tak percaya lalu berjalan ke arah putranya yang masih fokus dengan aktivitas menggambarnya.

"Iya, Ma. Kenapa sih? Sudah deh lebih baik Mama pergi aja dari sini! Dan bilang sama Bibi buat bawakan Stuart sarapan, Stuart lapar, mau makan." Stuart menjawab malas seperti biasa, dan selalu sama permintaannya setiap mamanya menginginkannya untuk makan, Stuart akan meminta asisten rumah tangga mereka untuk membawakan makanannya ke kamarnya. Membuat mamanya sampai memiliki keinginan untuk bisa makan semeja dengan putranya itu seperti dulu lagi, saat putranya masih kecil.

"Mau sampai kapan sih kamu akan makan di kamar terus? Memangnya kamu enggak mau makan sama Mama dan Papa? Setiap hari kamu melakukan apa-apa di kamar, seharusnya kamu juga bisa melakukan hal lain-lain di luar kamar." Stuart memejamkan matanya, merasa tidak bisa berkonsentrasi lagi dengan pekerjaannya, karena mamanya terus saja mengajaknya bicara. Dengan pelan, Stuart meletakkan pensilnya lalu menoleh ke arah mamanya dan menatap lelah ke arahnya.

"Mama kenapa sih selalu mengganggu Stuart kerja?" tanyanya terdengar geram namun sebisanya tak membentak wanita yang disayanginya itu.

"Pekerjaan apa yang kamu maksud, hm? Pekerjaan yang selalu menghabiskan waktu kamu cuma di kamar? Pekerjaan yang membatasi waktu kamu dengan keluargamu, begitu? Pekerjaan yang mengekang kamu dari dunia di luar sana?" tanya mamanya terdengar menuntut.

"Mama mau ngomong apa sih sebenarnya? Kan Stuart dari dulu juga begini kan? Di kamar, enggak suka keluar rumah. Jadi kenapa Mama terus mempermasalahkannya?" Stuart menjawab malas tanpa mau lagi menatap ke arah mata mamanya yang mulai berkaca-kaca, membuat Stuart merasa bersalah, walau di dalam hati ia merasa tidak ada yang salah dari dirinya.

"Mama cuma mau bisa keluar rumah sama kamu, kita menikmati suasana luar bersama dengan keluarga kecil kita. Apa Mama salah?" Mendengar ucapan mamanya yang terdengar menyayat perasaannya itu membuat Stuart geram, merasa lelah dengan semuanya.

Introvert Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang