Part 02

7.9K 534 20
                                    

Stuart masih saja terdiam meski mamanya terus saja menatapnya penuh curiga. Di dalam hati, Stuart menggerutui kebodohannya sendiri, sangking penasarannya ia dengan nama gadis yang selalu diintipnya di balik balkon kamarnya setiap pagi.

"Kenapa cuma diam?" tanya mamanya terdengar curiga, sedangkan Stuart masih bungkam di tempatnya, sembari memikirkan alasan yang tepat untuk ia jawab.

"Kamu suka ya sama gadis itu?" tuduh mamanya terdengar kian curiga, ditambah tatapan picingannya seolah ingin menekankan putranya untuk segera mengakui perasaannya.

"Enggak lah," jawab Stuart dengan berusaha tenang, tanpa mau menatap ke arah mamanya yang menatap remeh ke arahnya.

"Masa?" tanyanya terdengar masih tak percaya.

"Iya kok," jawab Stuart kaku.

"Lalu kenapa kamu penasaran dengan nama gadis itu? Kalau bukan karena kamu menyukainya?"

"Apa sih, Ma? Orang, Stuart enggak suka sama dia. Sudah ya, Stuart mau ke kamar lagi." Tanpa mau menunggu jawaban mamanya, Stuart kembali berjalan ke arah tangga, berniat kembali ke kamarnya yang tenang.

"Serius nih, kamu enggak mau tahu nama gadis itu?" tanya mamanya terdengar menggoda, yang sudah berhasil Stuart baca dari nada suara mamanya yang hanya ingin mempermainkannya.

"Enggak tuh," jawab Stuart acuh seperti biasa.

"Besok dia mau ke rumah kita loh." Mamanya kembali berujar dengan nada yang sama, seolah ingin membuktikan dugaannya.

"Ngapain, Ma?" Dengan cepat, Stuart menyahut ucapan mamanya sembari kembali menoleh ke arah mamanya. Membuat wanita itu tersenyum penuh arti, merasa yakin dengan dugaannya bila putranya itu memang menyukai gadis yang tadi sempat mengobrol dengannya.

Sedangkan Stuart yang kelepasan bertanya itu seketika memejamkan matanya, merasa bodoh karena sudah terjebak oleh permainan mamanya. Di saat seperti ini, mamanya itu pasti semakin curiga dengannya, bila ia memang menyukai gadis yang biasa melewati jalan di depan rumahnya.

"Katanya enggak suka? Tapi kok peduli?" tanya mamanya kemenangan, merasa unggul bisa membuat putranya kelimpukan hanya dengan menggunakan gadis yang tadi sempat disapanya.

"Siapa juga yang peduli? Stuart cuma tanya biasa aja kok, enggak ada niat apa-apa. Ya sudah, kalau begitu Stuart ke kamar dulu deh," ujar putranya kaku lalu kembali berjalan ke arah kamarnya, seolah kebodohannya itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Sedangkan mamanya itu justru terkekeh pelan, melihat putranya yang sedang salah tingkah. Dan untuk yang pertama kalinya, ia merasa bisa dekat dengan Stuart, yang memang jarang atau bahkan tidak pernah mengobrol mengenai masalah wanita.

"Sepertinya Stuart menyukai gadis itu," gumamnya pelan sembari tersenyum tipis menatap ke arah punggung putranya yang mulai menghilang tertelan jarak.

"Mama janji, Mama akan menyatukan kamu dengan gadis itu, Stuart." Wanita itu kembali bertekad, setelah janjinya yang akan berusaha mencarikan Stuart jodoh.

***

Di dalam kamarnya, Stuart berjalan lesu ke arah kursi kerjanya. Mata kelamnya terlihat lelah di balik kacamatanya, namun semua itu tak mengurungkan niatnya untuk membuka sebuah folder di komputernya. Di mana ada beberapa ilustrasi seorang wanita cantik tengah tersenyum dan seorang wanita yang sama dengan berbagai ekspresi.

"Siapa nama kamu?" gumamnya lirih sembari membelai pelan layar monitor yang ada ilustrasi hasil karyanya sendiri.

"Aku cuma ingin menuliskan namamu di karyaku ini, lalu aku akan memberikannya kepadamu secara diam-diam. Mungkin cuma itu yang bisa aku lakukan, karena aku terlalu pengecut hanya untuk menyapamu." Stuart berujar sendu, matanya begitu lelah sangking banyaknya ia bekerja malam ini. Dengan pelan, kakinya melangkah ke arah ranjangnya lalu membaringkan tubuhnya di atas sana.

Introvert Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang