Part 12

6K 396 3
                                    

Mendengar sentakan Stuart, Luna langsung tertunduk lalu menutupi bagian dadanya yang transparan menonjolkan bentuk tubuhnya. Sedangkan Stuart di depannya hanya terdiam menunggu jawaban sembari menatap geram ke arah istrinya itu.

"Jawab!" ujarnya lagi yang kali ini terdengar lebih dingin.

"Ini kan malam pertama kita, memang apa salahnya kalau aku memakai ini." Luna menjawab lirih tanpa mau berani menatap ke arah Stuart yang menatap tajam ke arahnya.

"Sangat salah. Kamu enggak boleh berpakaian seperti ini," jawab Stuart tegas, membuat Luna terdiam sebentar lalu menatap lekat-lekat ke arahnya.

"Kenapa?" tanyanya terdengar polos, seolah benar-benar tidak bisa membaca tentang apa yang sebenarnya Stuart rasakan sekarang.

"Kalau aku bilang enggak boleh, berarti kamu harus mau menurutinya tanpa kamu harus tahu alasannya," jawabnya kaku dan gugup walau sangat berusaha Stuart memperlihatkan ekspresi ketenangannya.

"Maaf, tapi aku enggak bisa melepaskan pakaian ini." Luna menjawab ragu sembari meremas pelan kain tipis di tubuhnya.

"Kenapa?"

"Karena Mama kamu yang menyuruhku untuk terus memakainya setiap malam, terutama saat bersamamu." Luna menjawab dengan nada yang sama, yang kali ini membuat kening Stuart mengkerut keheranan.

"Untuk apa Mama menyuruhmu melakukan semua ini?"

"Supaya kamu bisa tergoda denganku, lalu kamu akan menyentuhku, dengan begitu Mama bisa memiliki cucu." Mendengar itu, bibir Stuart seketika berdecap tak percaya diiringi senyum sinis dari bibirnya.

"Astaga, kenapa kamu mau menuruti Mama? Kamu pikir, aku semudah itu tergoda dengan gadis seperti kamu?" Stuart menjawab tegas, membuat Luna kembali merasakan sakit di hatinya yang paling dalam, merasa sudah sangat direndahkan oleh Stuart, entah yang sudah ke berapa kalinya.

Tanpa sadar, Luna meneteskan air matanya hingga membasahi pipi pucatnya, begitupun dengan bibirnya yang beberapa kali terisak, menahan rasa sakit yang kian dalam. Membuat Stuart yang baru menyadari hal itu seketika terdiam tak percaya, merasa sangat bersalah karena sudah mengatakan hal kasar ke pada Luna, gadis yang sangat dicintainya.

"Aku tahu, aku cuma gadis miskin. Aku juga enggak cantik, enggak pintar, enggak kaya. Tapi kamu enggak perlu merendahkan aku sampai seperti itu." Luna mengusap kasar pipinya, berusaha untuk tegar walau semua itu tak berhasil karena air matanya terus menetes jatuh.

"Bukan begitu," jawab Stuart lirih, merasa sangat bodoh karena mengatakan hal yang tak sepatutnya keluar dari bibirnya.

"Kamu jijik kan denganku? Aku tahu itu. Tapi kamu juga harus tahu, kalau aku juga enggak mau memaksa kamu untuk menyukaiku, tapi aku hanya berusaha supaya kamu mau menerimaku menjadi istri kamu." Tanpa sadar, Luna meninggikan suaranya, mencoba untuk menenangkan perasaannya melalui caranya. Namun, tak lama Luna kembali tersadar, bila apa yang dilakukannya adalah kesalahan, karena ia di sini bukanlah istri pada umumnya, ia hanya gadis yang dibayar yang harus menuruti semua perinta Anita, mertuanya sendiri.

"Maaf!" ujarnya pelan dengan kembali menyerka air matanya, membuat Stuart tak mengerti dengan perubahan sikapnya yang aneh.

"Kalau aku sudah membuat kamu risi dengan kehadiranku, tapi aku juga tidak bisa menuruti keinginanmu untuk tidak memakai lingerie ini," lanjutnya pelan.

"Aku tidur dulu," pamitnya yang kali ini terdengar terburu-buru lalu membaringkan tubuhnya, membiarkan Stuart dengan segala pemikirannya.

Di balik itu, Luna memejamkan matanya kuat-kuat berharap sikapnya pada Stuart itu tak membuatnya terlihat konyol, karena mempertahankan untuk terus memakai lingerie seksi di tubuhnya, seolah dirinya adalah wanita rendahan. Namun mau bagaimana lagi, bila Luna sendiri tidak bisa berbuat banyak terlebih lagi menuruti keinginan Stuart.

Introvert Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang