Setelah kejadian kemarin, hari ini Stuart dan Luna sudah sah menjadi seorang suami dan istri. Keduanya sudah melangsungkan akad di rumah orang tuanya Stuart, seperti yang diinginkan lelaki itu. Banyak saudara mereka yang diundang, begitupun dengan Ayah Luna yang turut menjadi saksi di pernikahan putrinya tersebut. Namun tidak dengan ibunya, karena wanita lemah yang masih berada di pengawasan dokter itu tidak perbolehkan pergi ke mana-mana, terlebih lagi menyaksikan putrinya menikah yang mana tempatnya cukup jauh dari rumah sakit.
Berbeda dengan Luna yang begitu ramah menyapa semua saudara Stuart bersama dengan ayah dan mertuanya, Stuart justru berdiam diri di sebuah bangku tanpa mau repot-repot bergabung dengan yang lainnya. Cukup lama tak berinteraksi dengan orang lain, membuatnya cukup risi melihat orang-orang berkumpul di rumahnya. Terlebih lagi saat mereka tertawa dan bercanda, membuat Stuart merasa sangat terganggu dengan apa yang terjadi di rumahnya saat ini.
Risi dan gelisah, seolah rasa itu berkeloborasi menjadi satu di hatinya, saat matanya menatap orang-orang berisik di sekitarnya. Entah apa yang sebenarnya sedang Stuart rasakan? Namun yang ia tahu, cukup lama tak pernah keluar dan bertemu dengan orang sekitar, membuatnya merasa frustrasi saat melihat mereka berada di zona nyamannya.
Sampai saat ada dua lelaki remaja yang tengah memasang seringai satu sama lain dengan sesekali melirik ke arah Stuart yang ingin beranjak dari kursinya, namun segera dicegah oleh dua lelaki tersebut. Dengan senyum penuh arti, keduanya menatap ke arah Stuart dengan sorot mata yang bisa Stuart tebak.
"Apa?" tanyanya tanpa minat ke arah keduanya.
"Ngobrol-ngobrol dulu lah, Kak!" Salah satunya menggiring tubuh Stuart untuk kembali duduk di kursinya.
"Mau apa kalian?" tanya Stuart dengan nada yang sama sembari memasang picingan matanya.
"Kita cuma mau tanya nih," jawab lelaki berwajah manis itu dengan sembari mendudukkan tubuhnya di kursi samping Stuart, diikuti saudara kembarnya.
"Iya, Kak." Remaja lelaki satunya turut menyetujui, sedangkan Stuart hanya terdiam, menatap malas ke arah keduanya.
Bisma dan Bima adalah saudara kembar yang lahir dari rahim adik mamanya Stuart, itu berarti mereka adalah adik sepupu dari lelaki itu. Selain fakta kembar, mereka itu sangat usil, meskipun umur mereka sudah dua puluh lima tahun. Jadi sangatlah wajar, bila Stuart malas menanggapi keduanya, karena dirinya juga yakin kalau mereka pasti tidak akan berbicara hal serius bila bersamanya.
"Kalian mau tanya apa?" tanya Stuart berusaha untuk menanggapi walau sebenarnya ia ingin sekali ke kamarnya, tanpa mau repot-repot memikirkan acara pernikahannya yang hampir selesai, karena setelah akad nikah, seluruh keluarganya memutuskan untuk melakukan acara makan-makan saja bersama saudara-saudara yang lain, tanpa ada resepsi seperti acara pernikahan sebagian orang, karena Stuart sendiri kurang menyukainya, tepatnya membenci acara semacam itu.
"Kak Stuart ketemu dengan Kak Luna di mana?" tanya Bisma terdengar antusias begitupun dengan Bima yang turut mengangguk sembari memasang telinga lebar-lebar.
"Enggak penting," jawab Stuart malas sembari mendirikan tubuhnya, yang langsung ditarik oleh kedua adiknya untuk kembali duduk di kursinya.
"Apalagi?"
"Jawab dong, Kak! Kita penasaran nih," ujar Bima memohon.
"Untuk apa kalian menanyakan hal yang enggak penting itu, hm?"
"Ya kita cuma penasaran aja, kok Kak Luna itu mau dengan Kak Stuart yang suka nolep ini," jawab Bima dengan cekikikan sembari menatap ke arah adiknya yang turut terkekeh geli. Sedangkan Stuart yang mendengarnya seketika memalingkan wajahnya sembari tersenyum sinis, merasa tak percaya dengan kelakuan adik-adik sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Husband (TAMAT)
Romans"Tolong menjauh! Aku benar-benar frustrasi di dekatmu, Luna." Stuart Abraham. Luna adalah gadis cantik dari keluarga sederhana, yang harus membantu ayahnya bekerja sebagai guru TK demi kesembuhan ibunya yang sakit-sakitan. Sampai suatu hari, Luna ke...