Part 03

7.6K 511 9
                                    

Anita bisa melihat itu, ekspresi Luna yang terlihat tak mengerti, merasa bingung dan heran di waktu yang sama. Karena ucapannya yang begitu tiba-tiba itu mungkin kurang bisa Luna tangkap dengan baik, atau justru gadis itu merasa tak yakin bila wanita yang baru dikenalnya kemarin itu menginginkannya menjadi seorang menantu.

"Maksudnya Tante apa?" tanya Luna akhirnya setelah beberapa menit terdiam, mencerna setiap kata konyol yang baru didengarnya.

"Begini, Luna. Mungkin kamu masih bingung dengan maksud Tante berbicara seperti tadi. Tapi di sini Tante tegaskan ya, bila Tante sangat serius saat mengatakannya." Anita berujar mantap, membuat Luna merasa canggung dan bingung di waktu yang sama.

"Tante ingin bila kamu mau menikah dengan anaknya Tante. Dan Tante janji akan membiayai semua pengobatan Ibu kamu sampai sembuh, asal kamu mau menerima anaknya Tante menjadi suami kamu." Anita kembali melanjutkan ucapannya, mencoba untuk meyakinkan Luna yang mulai mengerti arah pembicaraannya.

"Tapi kenapa Tante sampai melakukan ini? Apa Tante cuma kasihan dengan saya? Kalau cuma itu, lebih baik enggak usah, Tante. Anaknya Tante berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dari saya. Karena saya ini cuma gadis biasa, bukan anak orang kaya, Ibu saya juga sakit-sakitan, apalagi Tante berniat mau membiayai pengobatan Ibu saya. Rasanya saya tidak pantas menerima semua ini, Tante. Maaf." Luna menjawab sopan, berharap Anita tak tersinggung dengan ucapannya.

"Enggak, Luna. Bagi Tante, kamu sangat pantas bersanding dengan anaknya Tante. Mungkin kamu benar, bila Tante kasihan dengan kamu dan Ibu kamu. Tapi lebih dari itu, Tante juga ingin bila anaknya Tante itu mau menikah, supaya Tante bisa memiliki cucu, dan Tante juga sangat berharap bila anaknya Tante bisa berubah dan hidup bahagia seperti orang pada umumnya."

"Memangnya anaknya Tante kenapa?" tanya Luna ragu.

"Anaknya Tante enggak mau menikah, padahal umurnya sudah cukup untuk berumah tangga."

"Tante kan bisa memperkenalkan wanita lain yang mungkin akan cocok dengan anaknya Tante itu."

"Enggak mungkin ada yang mau menerima sikap dan sifat anaknya Tante," jawab Anita terdengar lesu, membuat Luna merasa iba melihatnya, seolah beban yang menimpa wanita yang berada di depannya itu begitu berat ditanggungnya.

"Memangnya anaknya Tante memiliki kelainan atau apa? Sampai Tante terlihat sefrustrasi ini? Apa anaknya Tante itu jahat ...?" tanya Luna lirih, merasa takut bila memang itu kenyataannya.

"Enggak, Sayang. Anaknya Tante itu cuma suka menyendiri, bisa dibilang dia introvert. Seseorang yang kurang bersosialisasi dengan orang lain dan dunia luar, yang kurang peka dengan apapun, dan lagi anaknya Tante itu dingin dan acuh. Tante pikir, enggak akan ada yang mau menerima sifat dia yang menyebalkan itu," jawab Anita lirih, membuat Luna sedikit mengerti dengan masalah wanita itu.

"Begitu ya, Tante?" jawab Luna seadanya, merasa bingung harus bersikap bagaimana lagi sekarang. Karena rasanya ia tak yakin bisa menikah dengan lelaki yang bahkan belum ditemuinya. Terlebih lagi bila dilihat dari ucapan Anita, sepertinya putranya itu bukan tipenya. Tapi lagi-lagi Luna dibuat dilema, karena ada nyawa mamanya yang mungkin bisa terselamatkan melewati jalan ini.

"Iya, Luna. Kalau kamu mau menikah dengan anaknya Tante, di saat itu juga Tante akan menyuruh orang untuk membawa ibu kamu ke rumah sakit, dan Tante pastikan bila Ibu kamu akan mendapatkan perawatan yang terbaik di sana. Bagaimana?" tawarnya lagi, yang semakin membuat Luna dilema untuk tidak menerimanya.

"Atau begini saja, kamu bicarakan hal ini dengan orang tua kamu lebih dulu. Kalau kamu sudah yakin dan orang tua kamu juga setuju, kamu boleh ke sini lagi nanti malam. Dan Tante janji, Tante akan segera menyuruh orang untuk membawa Ibu kamu ke rumah sakit di saat itu juga, asal kamu mau menerima tawaran Tante ini." Anita berujar dengan penuh harap, sedangkan Luna justru terdiam memikirkan pilihannya kali ini.

Introvert Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang