06.00 am....
Pagi datang menyambut kedua insan yang masoh terleha dengan alam mimpinya. Matahari pun mulai menampakkan wujudnya meskipun masih remang remang. Tapi cahanya masih bisa masuk ke sela sela ruangan melalui jendela kaca. Membuat salah satu dari kedua insan itu membuka mata.
"Engh..." sebuah lenguhan terbit dari mulut itu. "Dimana aku?..." tanya nya. Entah kenapa iaerasa deja vu dengan tempat itu. Gadis itu memperhatikan sekelilingnya ia seperti mengenal yempat itu, tapi ia tidak bisa mengingatnya. Gadis itu merutuki ingatannya yang cukup buruk.
Gadis itu adalah Clarries.
Clarries mencoba bangun tapi entah kenapa ada lengan besar yang menariknya untuk tetap ditempat tidur dan lengan satu lagi yang ia timpa yang dijadikan bantalan untuknya.
Clarries mulai takut takut. Apa ia dibawa oleh laki laki berhidung belang? Ia mulai mencoba mengeluarkan tangannya agar bisa membuka selimut. Setelah berhasil mengeluarkan tangannya ia menyibakkan selimut itu sedikit. Mengintip apa ia masih memakai pakaian nya atau tidak.
Clarries bernapas lega. Ia mulai mencoba melepaskan diri. Ia meliuk-liuk kan badannya kekanan dan kekiri. Tak sengaja matanya menangkap separuh wajah laki laki. Lagi dan lagi ia seperti mengenali wajah itu tapi ia tidak bisa mengingatnya siapa laki laki itu.
"Engh...."
Tiba tiba lenguhan terdengar membuat Clarries ketakutan. Laki laki itu meliukkan badannya kesamping melepaskan tangannya yang memenjarakan Clarries.
Clarries yang merasa terbebas langsung bangkit dan pergi dari kamar itu. Tapi sepertinya nasib tidak mau berpihak padanya kakinya tersandung guling membuatnya terjatuh dan menjerit kesakitan.
"Aaaa sakit!!"
Suara itu membuat laki laki itu terbangun dan langsung dengan sigap bangkit dari tempat tidur.
"Sean...."
Orang yang dipanggil Sean itu tidak menjawabnya. Ia malah menggendong Clarries ke tempat tidur.
"Apa kaki mu sakit, hmm?" Tanya Sean masih memperhatikan kaki Clarries. Clarries yang ditanyai hanya diam seribu bahasa. Pikirannya berkecamuk kesan kesini.
Bagaimana ia bisa ada disini?
Bukannya ia seharusnya di halte?
Apa jangan jangan ini penthouse nya Sean?
Apa dia melakukan sesuatu padaku?
Sudah jam berapa ini?
Hari ini aku kerja bukan? Ya aku kerja, tapi tunggu jam berapa ini?
Clarries langsung sadar ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 06. 30. Ia berteriak langsung bangkit dengan kakinya yang sakit.
"Aduh..."
Sean yang memperhatikan sikap Clarries yang terburu buru sana sini hanya bisa geleng geleng kepala.
"Tidak perlu takut kau akan pergi kerja denganku" ujar Sean santai kembali ketempat tidur.
Clarries yang masih sibuk dengan kesibukan yang entah apa langsung berhenti. Mejoleh ke arah Sean " kalau begitu sekarang aku bisa telat"
"Nanti saja, aku mau tidur dulu"
Clarries menatap nanar Sean. Bagaimana bisa laki laki itu bilang seperti itu. Waktu itu sangat berharga baginya. Apalagi kalau ia bisa mengobati pasien lebih banyak.
"Aku maunya sekarang"
Sean tidak mau mendengarkan Clarries. Ia masih menutup matanya melanjutkan mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Addict Of Love [✔] |REVISI
General FictionSean, pemuda sukses yang harus mengalami namanya perjodohan yang dilakukan ibu nya. Mungkin kalian berpikir kalau ia akan dijodohkan dengan wanita cantik yang manja, suka berpakaian seksi, dan pastinya memiliki orang tua yang kaya. But, no..... Semu...