Part 15

197 8 1
                                    


"Tidak, aku akan jawab sekarang!"

Sean terjengit dari duduknya mendengar kata spontan Clarries. Tiba tiba jantungnya seperti habis marathon. Ia begitu takut kalau Clarries akan menolaknya.

Sean berharap cemas agar Clarries menerimanya. Sean menutup matanya dan menulikan pendengaran nya dengan menutup kedua telinganya dengan jari.

Clarries yang melihat itu menjadi ragu untuk menjawab. Ya atau tidak. Tapi ia sudah telanjur bilang ia akan memutuskan sekarang. Jadi mau bagaimana lagi.

Clarries menghela nalas lalu tersenyum kearah Sean "Sean...maaf ya aku pikir kayaknya kita gak bakal bisa balikan lagi..."

Sean yang mendengar jawaban Clarries menghela napas putus asa. Ketakutannya menjadi kenyataan. Ia menatap mata Clarries dengan tatapan memohon agar Clarries mengubah jawabannya.

"Maaf ya sekali lagi... ehmm gini aja kalau nanti misalnya mau ngajak makan atau apa tinggal chat atau telpon  aja hmm"

Sean menghela napas lagi. Ia mengangguk paham. Ia bisa saja setuju dengan kalimat Clarries. Tapi, apa bisa Clarries setiap saat ngabulkan keinginannya. Dia saja selalu sibuk berada diruang operasi. Mulai dari pagi, siang, malam ke pagi lagi Sean yakin dia terus di ruangan itu.

"Yasudah kalau gitu aku pergi dulu ya.." ucap Clarries berdiri. Baru saja berdiri tangan nya sudah ditahan oleh Sean "boleh tidak aku memelukmu Clar?"

Clarries tersenyum lalu mengangguk. Mereka berpelukan dipagi menjelang siang itu. Membiarkan Sean memeluknya begitu erat seakan akan  ia akan pergi begitu jauh dan tak akan kembali lagi.

Sean menyembukin wajahnya di ceruk leher Clarries. Menghirup aroma vanili yang menguar. Sean melepas pelukan Clarries dengan tak rela. Lalu tersenyum.

"Yasudah kalau gitu aku balik kerja dulu ya" pamit Clarries "eh eh tunggu ni uang untuk beli salep" ucap Sean memberikan uang tersebut.

"Salep?"

Sean tersenyum gemas "lukanya ini lho" ucal Sean mencubit pipi Clarries. Spontan Clarries meringis lalu mengangguk.

"Nanti kalau ada kembaliannya gak usah dibalikin ya" ucap Clarries yang diangguki oleh Sean yang tersenyum mendengar kata kata Clarries.

Selepas Clarries pergi dari ruangannya Sean kembali melanjutkan aktivitasnya kembali.

.

.

.
Kamelia masih menatap pemandangan didepannya dari balkon. Sambil menyeruput teh yang dibuatnya tadi. Sesekali ia mendesah panjang mengingat ibunya yang ia rindukan.

Happy birthday Kamelia...happy birthday Kamelia....happy birthday...happy birthday....happy birthday Kamelia...

Terima kasih bu......

Kamelia, gadis itu tersenyum senang dengan nyanyian yang dinyanyikan ibunya....tanpa tahu itulah yang terakhir kalinya.

"Sayang mau hadiah apa?"

"Kamel mau hadiah....." Kamelia menjeda kalimatnya berpikir apa yang ia inginkan.

"Ibu....Kamelia nggak tahu mau hadiah apa bingung?" Rengek Kamelia.

Ibunya hanya tersenyum lembut melihat tingkah Kamelia yang menurutnya gemas itu. Gadis itu juga tak lupa mempoutkan bibirnya.

"Ya ampun anak ibu ini..sini biar dipeluk" ucap ibu Kamelia merentangkan tangannya. Kamelia menghambur kepelukan ibunya yang hangat.

Deg....

Jantung itu kembali sakit. Ibunya menahan sakit yang luarbiasa tak tertahankan itu. Ibunya melepaskan pelukannya. Menyentuh dada kirinya tepat dimana jantungnya berada. Menahan sakit.

The Addict Of Love [✔] |REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang