Dignity ;soonhoon

584 71 0
                                    


[ semi-baku]

.

"Bisa gak sih berhenti ngikutin?!"

"Kita 1 tim kalau lo lupa"

"Gue gak lupa, gak usah juga kasih tau gue. Urusan proposal juga udah selesai daritadi, dan udah gak ada keperluan apa-apa lagi!"

Sebuah botol air mineral mendarat mulus di kening Soonyoung membuat pemuda itu mengaduh hebat, namun tetap keukeh memanggil si Pelempar botol. Para mahasiswa lain yang ada di sekitar sana memandang mereka dengan lucu namun juga jengah.

"Jihoon!"

Yang tak lain si Pelempar botol ke Soonyoung tadi, dan kini tengah terpaksa berhenti untuk meladeni pemuda bermata minimalis itu. Wajah mungilnya sudah merah karna emosi, dan Soonyoung tetap tak gentar untuk menghadapi Jihoon dalam mode 'seram' seperti itu.

Dan, mereka kini terdiam di tengah taman kampus sambil menatap wajah masing-masing.

Kenapa begini coba?

Sampai Soonyoung yang tersadar duluan lalu buru-buru merogoh sesuatu di kantung celananya, "oke oke please tahan emosi lo bentaran. Heran... lo gak takut cepet tua apa gi---

"Lo bacot gue pergi sekarang,"

"Nih nih ambil Ji ambil!"

Soonyoung mendorong dadanya namun bermaksud memberikan sesuatu pada Jihoon. Tangannya buru-buru menahan sesuatu itu, dan saat dilihat ternyata sebuah kartu nomor ponsel yang sepertinya masih sangat baru.

"Inget waktu hape gue kelindes sepeda di depan supermarket? Ya pasti lo inget karna lo ada di TKP, waktu itu langsung gue bawa ke tempat service tapi kata abang-abangnya emang udah waktunya jemput ajal jadi... selama seminggu ini gue pake hape baru Ji"

Jihoon hanya diam dalam raut wajah jutek khasnya sambil memandang kartu nomor di tangannya. Keduanya berada dalam jarak satu meter lebih, dan di tengah taman banyak orang berlalu lalang. Ditambah sekarang siang sedang lumayan terik, Soonyoung jadi harus mengeraskan suara agar Jihoon bisa mendengarnya.

"Daniel bilang lo hubungin gue terus, gue gatau kenapa tapi lo gak tau 'kan alasan gue gabisa dihubungi? Tuh gue kasih nomor baru gue. Biar kita gampang saling nge-hubungin soal proposal. Dah nih ya gue berhenti ngikutin lo, disimpen nomernya!"

Setelah berucap begitu, Soonyoung pun pergi dari tempatnya. Dan Jihoon, Ia masih betah berdiri di tempatnya. Sedang berterima kasih karna akhirnya keadaan memberitahu yang sebenernya padanya. Bergelut dalam batinnya sendiri.

Jihoon yang sebenarnya rindu dan akhirnya rindu itu terbayar karna Soonyoung. Juga, Soonyoung yang kini tengah berjalan menuju kantin kampus sedang bergelut sendiri dengan rasa leganya karna bisa membiarkan Jihoon menghubunginya lagi nanti. Ia sama rindunya, namun disimpannya sendiri.

Yang tahu mereka, yang mengenal mereka, Kwon Soonyoung dan Lee Jihoon akan selalu bilang soal hubungan mereka. Dekat namun saling besar gengsinya. Bertemu selalu dalam ego dan emosi, tapi jika sudah jauh saling menahan rindu dalam hati.

.

End

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan 🙏

Gimana sejauh ini, pada lancar? Semoga iya ya, jangan kek hubungan Soonhoon gajelas lancar apa enggaknya😌

storia |all ♾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang