Dhimas itu tidak hanya pinter di semua mapel, tapi dia juga pinter buat nyembunyiin perasaannya, berbeda dengan Dion yang terkesan blak-blakan
_____________________________________________
Bima itu pinter, tapi orang pinter kenapa bisa polos banget...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang CEO segaligus pewaris tunggal Kehebatanya menjalankan bisnis dalam bidang Hotel dan Pariwisata membuat sang Kakek mempercayakan cucu satu-satunya itu untuk menjadi penerus perusahaan grup miliknya
Berusia 29 tahun 2 bulan, usia yang sudah sepantasnya untuk membina keluarga
Hingga sang Kakek lah yang selalu sibuk membawakan wanita-wanita yang menurutnya cocok untuk bersanding dengan cucu kesayangannya itu
Menurutnya, cucunya itu sangat payah dalam urusan bercinta, karena ia tidak pernah melihat cucunya itu menjalin hubungan dengan seorang wanita
Mungkin ini karena Mario sudah sangat sibuk dengan urusan bisnisnya, sang Kakek sadar karena ia yang membuat cucunya seperti itu, sejak kecil Mario sudah mulai diajarkan bagaimana berbisnis, bahkan sejak kecil ia tidak memiliki waktu untuk sekedar bermain dengan teman sebayanya, ia selalu disibukkan dengan berbagai aktivitas-aktivitas pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Mario Pov Pagi ini begitu spesial, bagaimana tidak, ketika aku membuka kedua mataku ini, ku lihat pemandangan yang begitu indah, adalah Bima yang semalam tidur bersama ku, dia sangat menggemaskan dengan muka bantalnya, rasanya aku ingin selalu menatapnya
"Hmm.. kau sudah bangun rupanya" tanya ku padanya
Bima masih terus menundukkan wajahnya, kulihat wajahnya yang memerah hingga sampai ke telinganya, ah ia benar-benar menggemaskan, apa mungkin ia malu tidur dengan ku hingga sampai memerah seperti itu
"Bima, apa kamu sudah merasa baikan ? semalam kamu mabuk berat, dan aku tidak bisa membawamu pulang dalam keadaan seperti itu, lalu aku bawa kamu kesini, kamu nggak apa-apa kan ?" aku ingin memastikan ia baik-baik saja dan aku juga menjelaskan kenapa ia bisa bersamaku di atas ranjang yang sama
Bima masih menunduk dan kemudian ia meminta maaf padaku, mungkin ia tidak ingin merepotkanku
Aku segera memesan sarapan melalui telephone yang ada di atas meja nakas yang berada di sebelah ranjangku, tak lupa juga aku memesankan untuk Bima
Aku segera bangkit dan menuju kamar mandi, namun niat ku berubah, aku segera mengambil handuk dan hendak pergi ke suatu tempat, namun langkah ku terhenti ketika Bima memanggil ku
Ia bertanya padaku akan kemana, kulihat ia yang begitu senang ketika aku mengajaknya
Ketika hampir sampai di tempat yang kami tuju, seketika Bima berlari dan byurrrrrrrrr
Ku lihat ia yang begitu senang, ia berenang kesana kemari, namun setelah beberapa saat aku memperhatikannya, sepertinya ia agak kesusahan untuk menggerakkan tubuhnya, aku langsung menceburkan tubuh ku dan berenang mendekatinya
"Ukhukkk..ukhukkk" Bima terus terbatuk karena air yang masuk melalui hidungnya
"Kau tidak apa-apa ?" tanya ku untuk memastikan keadaanya
"A..aku ti..dak apa-apa" jawabnya terbata-bata
"Kenapa kamu ceroboh sekali, belum juga melakukan pemanasan, kenapa langsung berenang, pasti kaki mu kram kan ?" ucap ku sedikit marah, sebenarnya bukan marah, tapi karena aku begitu mengkhawatirkannya
Aku segera menyelimutinya dengan handuk dan juga sedikit memberikan pijatan-pijatan kecil agar kram yang ada di kakinya segera menghilang
"Lebih baik kamu duduk disini dulu sebentar, tunggu sampai kaki mu merasa baikan, aku juga sudah memesankan sarapan untuk mu" titah ku padanya
Aku segera melanjutkan untuk berenang kembali, dan beberapa menit kemudian sarapan yang aku pesan pun datang
Aku pum mengangkat keranjang yang berisi sarapan itu ke kolam renang dan berbalik menyusul Bima yang masih berada di lazy chair (itu lho kursi tidur yang ada di sekitar pool)
"Ayo, kita sarapan sambil berendam, kaki mu sudah baikan kan ?" ajak ku sekaligus bertanya padanya
"Ah, iya" jawab Bima
Karena aku masih khawatir terhadap Bima, maka aku membantunya untuk berjalan menuju kolam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Setelah beberapa jam pagi ini aku habiskan waktu ku bersama Bima, kini aku sedang berada bersamanya di dalam mobil untuk mengantarnya pulang, ia begitu lucu ketika mengenakan pakaian ku yang agak kebesaran di badannya
Sekitar 30 menit akhirnya kami tiba di hotel tempat Bima menginap
"Terimakasih Rio sudah mengantarkanku, maaf kalau aku merepotkanmu" ucapnya padaku saat ia hendak keluar dari mobil
"Iya, santai saja Bima, dan kau tidak perlu meminta maaf padaku, ah iya boleh aku minta nomer ponsel mu ?"
Ku bisa melihat raut wajahnya yang sedikit kebingungan karena tiba-tiba aku meminta nomor ponselnya
"Mungkin aku membutuhkannya karena besok kita akan bertemu lagi, besok akan ku beritahu jawabanku dari presentasi mu kemarin, apa kau keberatan ?"
Kemudian Bima mengetikkannya di ponselku, dan aku segera menyimpannya, akhirnya aku bisa mendapatkan nomornya, ini akan lebih mudah
Tunggu saja Bima Setelah ini kau tidak akan pernah bisa lepas dari ku