30. INSIDEN

9.2K 331 1
                                    

Naura menatap gelang ditangannya. Setahunya gelang ini sudah dibuang Sadewa. Ini gelang miliknya. Semalam ia terbangun dan melihat Sadewa tidur di sofa. Awalnya Naura kita itu hanya mimpi. Tapi tidak, gelang ditangannya jadi bukti kalau itu nyata.

Naura tidak tau bagaimana cara Sadewa masuk kedalam penginapannya. Sadewa merawatnya semalam. 

Naura terus melangkah menyusuri kebun teh. Masih jam 6 pagi, Naya dan Ella masih tidur. Naura tidak enak membangunkannya. Jadi ia jalan pagi sendirian. Naura memasang topi jaketnya saat udara pagi cukup dingin ia rasakan kali ini.

Suara langkah kaki membuatnya menoleh ke belakang. Jantungnya berdegup kencang melihat Sadewa tengah olahraga lari. Sadewa melewatinya tanpa menoleh sedikitpun.

"Kak Dewa tunggu!" panggil Naura membuat langkah Sadewa berhenti.

Sadewa berbalik dengan tatapan datar.

"Apa?"

Naura melangkah menghampiri Sadewa dan berhenti dihadapan cowok itu.

"Terima kasih" ucap Naura tersenyum  tulus.

Sadewa menatap datar Naura, ia pikir Naura tidak akan tau perihal semalam. Maksud hati ingin menghindari Naura, tapi mereka malah bertemu. Sadewa bingung harus bersikap apa.

"Jangan kepedean! Gue cuma mau balikin ponsel lo yang ketinggalan! tapi lo nggak mau lepasin tangan gue!" ketus Sadewa.

"Maaf ya? Aku ngerepotin kak Dewa lagi" ucap Naura tersenyum lebar.

Sadewa terdiam, untuk pertama kalinya Naura tersenyum lepas padanya. Merasa terpojok Sadewa  memilih pergi, tapi pergelangan tangannya di tahan Naura.

"Apalagi?!" tanya Sadewa ketus.

Naura yang akan bertanya perihal gelang menyentuh perutnya.

"Kenapa lagi?"

Suara Sadewa mungkin terkesan ketus, tapi sebenarnya ia khawatir.

"Aku lupa makan semalam" jawab Naura kembali tersenyum. Ia pikir Sadewa mendengar bunyi perutnya tadi.

Sadewa mendengus, pantas saja Naura terlihat sedikit pucat.

Sementara itu Raja baru bangun dan tidak melihat keberadaan Sadewa.

"Semalam pulang pagi, sekarang udah menghilang lagi. Kemana sih tuh anak" gumam Raja berlalu ke kamar mandi.

Naura mengunyah rotinya dan tersenyum pada Sadewa yang duduk disebelahnya. Mereka di depan salah satu warung.

Sadewa menyeruput kopi hangat ditangannya seraya menatap pemandangan kebun teh dan taman bunga dihadapan mereka. Pemandangannya bagus terlebih matahari yang sudah terbit.

Naura memperhatikan Sadewa dengan tatapan kagum. Ia baru tau jika Sadewa juga memiliki lesung pipi. Naura menatap matahari yang mulai menyinari mereka dan kembali menatap Sadewa.

"Matahari" batin Naura menatap kagum Sadewa.

Sadewa yang merasa terus diperhatikan menoleh.

SADEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang