17. PENCULIKAN

10.5K 415 13
                                    

"Ghea, tumben Naura sama Ella nggak main ke rumah?" tanya Rima membawakan susu coklat untuk putrinya itu.

Gama menatap Ghea yang terus diam selama makan malam.

"Kenapa? Kamu ada masalah?" tanya Gama penuh perhatian.

"Aku cerita pun ayah nggak akan ngerti" jawab Ghea datar.

Rima menatap Gama bingung, begitupun sebaliknya.

"Kamu lagi berantem sama Naura? Atau sam--"

"Bisa nggak sih?! Ayah nggak sebut nama Naura! Sehari aja!" sentak Ghea membuat kedua orang tuanya terkejut.

Ghea meletakan sendok nya kasar dan berniat pergi dari meja makan.

"Ghea tunggu! Ada apa Nak? Kenapa kamu bertingkah seperti ini?" tanya Gama menahan lengan putrinya itu.

"Jangan sebut nama dia lagi! Aku nggak suka!"

Gama yang mendengar itu menahan kedua pundak putrinya dan menatapnya lekat.

"Beritahu ayah, kenapa kamu begitu marah sama Naura Mm?"

"Aku benci sama dia!" jawab Ghea menepis tangan Gama dan berlari memasuki kamarnya.

"Ada apa dengannya?" tanya Gama bingung.

"Biar nanti ibu tanya sama Naura, mungkin mereka lagi berantem Yah. Biasa dalam pertemanan" ucap Rima membuat Gama mengangguk mengerti.

Keesokan harinya...

"Lo mulai berani sama gue hah!" bentak Audy menarik rambut Naya kasar.

"Audy sakit..lepasin gue..." ringis Naya kesakitan.

"Cepat! Mana uang lo atau lo tau akibatnya!" tekan Audy tanpa melepas rambut Naya.

"Gue nggak ada uang sekarang"

Audy mendorong Naya hingga dahinya membentur dinding toilet.

"Lo ngelunjak semenjak bergaul sama Naura! Lo bahkan mulai berani sama gue sekarang!" geram Audy melihat tatapan Naya yang masih berani menatapnya. Tidak seperti biasanya.

Naya menatap Audy, menyembunyikan rasa takutnya. Ia mengingat kata-kata Naura. Jika ia terus diam, ia tidak akan pernah lepas dari Audy.

"Biarin gue pergi!" ujar Naya meski sedikit bergetar.

Audy yang mendengar itu terkekeh sinis. Tangannya secepat kilat bergerak menampar Naya, tapi terhenti di udara. Lebih tepatnya ada yang menahan tangannya.

Audy berbalik dan langsung bertatapan dengan Naura.

Naya membuka matanya dan terkejut.

"Lo jangan ikut campur!" tekan Audy menarik tangannya kasar.

"Gue nggak berniat ikut campur urusan lo! tapi disini ada teman gue. Bukankah sebagai teman harus saling membantu satu sama lain?" tanya Naura tenang.

"Teman? Lo bicara soal pertemanan disaat yang tidak tepat Naura. Lo mendapatkan teman baru disaat teman lama lo udah mulai jauhin lo!" balas Audy tersenyum sinis.

Naura tersenyum,

"Pertengkaran dalam pertemanan itu hal yang biasa Audy. Apalagi jika ada yang menciptakan ke salah pahaman diantara kami berdua. Sebenarnya masalahnya bisa diselesaikan dengan baik. Hanya saja anginnya bertiup terlalu kencang hingga kobaran apinya semakin besar" jawab Naura membuat Audy menatapnya datar.

Audy maju selangkah hingga berhadapan dengan Naura.

"Api yang sudah besar, sulit untuk dipadamkan Naura. Ingat itu!" tekan Audy berlalu begitu saja.

SADEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang