Ketujuh

398 154 624
                                    

Btw, ada perubahan ya. Kanya bukan jurusan sastra indo, tapi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) ada yang tau jurusannya?

***

Zura : besok bisa anter ke kampus?

Sudah satu jam yang lalu pesan itu masuk dan sang pemilik ponsel masih memandang lekat isi pesan tersebut. Hatinya bimbang sejak insiden kemarin. Berulang kali dirinya mengacak rambut sembari berdecak kesal. Tolol, tolol, tolol.

Adit masih belum puas merutuki sikapnya yang terkesan sangat ceroboh. Ck, andai waktu dapat berputar kembali, Adit tak akan mengulang insiden seperti kemarin. Adit mengetik beberapa pesan untuk tunangannya, dengan harapan tunangannya membalas pesan yang ia kirim. 

Belum selesai mengetik, layar sudah menunjukkan adanya panggilan masuk. Melihat nama yang tertera disana, Adit menghembus napas lalu dengan terpaksa ia mengangkat telepon dari seseorang.

Halo?” sapa Adit, malas.

“.......”

“Aku nggak bisa nganter,” alibinya.

“......”

“Mobil kamu emang ke mana?”

“......”

Ck, yaudah naik gojek aja, apa susahnya sih,” decak Adit, menahan emosi.

“......”

Please, jangan manja!”

“.......”

“Ngancem aja terus!”

“.......”

“Iya-iya! Aku anter besok,” jawab Adit, terpaksa.

“.......”

“Hm.”

Tanpa menunggu, Adit segera memutuskan sambungan teleponnya dan mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggu. Adit meraih guling di sampingnya, memeluknya erat sembari memejamkan mata membayangkan kejadian-kejadian menyenangkan yang sudah ia lalui bersama tunangannya. Hingga akhirnya terlelap dengan mulut yang sedikit terbuka.

***

Irena memasuki kawasan salah satu Universitas Swasta guna mencari seseorang yang ingin dia temui saat ini. Berbekal informasi dari salah satu temannya yang berkuliah di sini, dia segera menuju ke gedung FIP sembari menoleh ke kanan dan ke kiri.

“Udah belum? Kalau udah, gue lihat dong. Lagi males mikir nih.”

“Sejak kapan lo bisa mikir?”

“Waktu ujian juga gue mikir kali, Nad,” jawab Kanya sembari tertawa pelan.

Raut wajah Nadiya yang semula kesal semakin kesal kala melihat tingkah tak tau diri dari Kanya. Untung aja temen, kalau enggak, udah gue jauhin ini anak dari ospek, batin Nadiya.

“Em... Kanya?”

Serempak Nadiya dan Kanya menoleh.

Merci BeaucoupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang