Kedua

624 324 913
                                    

Ini... Pendek, jadi jangan sampe bosen ya buat bacanya :"3 hehe
Makasih udah mampir=))

****

Matahari mulai menampakkan diri, dan Kanya masih tertidur di atas kasurnya setelah begadang mengerjakan tugas kuliah. Tentu saja dengan sedikit bantuan dari Adit semalam. Ingat, sedikit.

Bunyi getaran dari ponsel terasa begitu mengganggu. Dengan malas, Kanya menggapai ponsel nya yang ia taruh di samping bantal. Menggeser tombol hijau yang tertera di layar ponsel tersebut.

"Hai? Udah bangun?" sapa Adit di seberang sana.

Kanya hanya bergumam. Memaksa matanya agar tetap terbuka.

"Bangun, sayang. Ini udah jam berapa, hm?"

Kanya masih bergumam.

"Mau aku antar kuliah?" Sepertinya pagi hari ini, Adit kebanyakan bertanya. Menyebalkan.

"Serah," jawab Kanya dengan suara khas orang mengantuk.

"Oke, aku kerumahmu sekarang ya."

"Hm," gumam Kanya lalu mematikan telepon secara sepihak. Ia melemparkan ponselnya ke kasur dan melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.

Selama waktu terus berjalan, Kanya masih belum terbangun dari tidurnya. Hingga suara ketukan pintu kamarpun tidak membuat si pemilik kamarnya terbangun.

Adit menggelengkan kepalanya saat melihat kondisi kamar tunangannya yang jauh dari kata rapi. Ia memungut semua kertas yang ada di lantai, lalu dijadikan satu. Mengambil selimut yang terjatuh dibawah kasur dan melipatnya menjadi dua bagian.

Adit menghampiri Kanya yang masih bergelung di dunia mimpinya. Mengamati wajah tunangannya lalu mengusap lembut kelopak mata Kanya. "Sayang..." panggil Adit berbisik.

Kanya menggeliat sebentar, kemudian melanjutkan tidurnya lagi. Adit tersenyum tipis, memang sangat susah jika membangunkan tunangannya. Apalagi dalam keadaan Kanya yang habis begadang itu.

Mendekatkan mulut ke pipi Kanya, lalu Adit menggigitnya perlahan hingga dengan gemasnya ia sampai tidak tersadar bahwa Kanya meringis kesakitan.

Kanya membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali. Dan menoleh kearah samping-bertepatan dengan Adit yang melepaskan gigitannya. Ia berdecak kesal melihat siapa yang mengganggu tidurnya.

"Kapan kesini?" suara serak Kanya mewakili percakapan kecil mereka.

Adit mengusap pipi Kanya yang terdapat sedikit ludahnya. Dia tersenyum memandang cetakan giginya di pipi tunangannya itu.

"Barusan," jawab Adit singkat. "Ayo bangun, kamu kuliah kan hari ini?"

Kanya menarik tubuh Adit agar mendekat kepadanya, memeluknya erat dan menjadikan Adit sebagai guling. "Males," ujar Kanya saat merasakan matanya tidak bisa diajak kompromi.

Adit merapikan sehelai rambut tunangannya yang menutupi wajah cantik itu. "Malesnya nunggu skripsi udah ya." dia kecup pipi tunangannya.

Kanya menggeleng, tidak mau. Ia lebih memilih melanjutkan tidurnya. Biar saja ia membolos sehari, toh tidak akan berpengaruh ke skripsi.

"Bener kamu mau bolos?" Adit menatap mata Kanya yang masih tertutup rapat.

"Ck, iya," balas Kanya kesal, karena sedari tadi ia tidak bisa tertidur dengan tenang.

"Emang kamu nggak kasihan sama Ibu? Ibu udah biayain kuliah kamu loh, tapi kamu suka bolos kayak gini."

Dasar. Mentang-mentang dia bekerja, seenak jidat mengancam dirinya.

Kanya mengerjap lalu duduk dengan terpaksa, ia pandangi wajah manis tunangannya-yang hari ini terasa menyebalkan. Kanya berdecak. "Suka bolos? Aku bolos cuma hari ini ya Dit, mending kamu kerja aja sana. Aku ngantuk!" dumel Kanya. "Ganggu aja!"

"Ayo, bangun! Kamu kuliah cuma setengah hari, gitu aja kok males." Adit menarik paksa tangan Kanya, agar dia beranjak dari kasur.

"Dit, ih! Aku ngantuk," rengek Kanya sambil berusaha melepas tangannya yang ditarik oleh Adit.

Kemudian Adit mendorong tubuh Kanya ke dalam kamar mandi dan menguncinya dari luar tanpa peduli teriakan dari dalam kamar mandi.

***

"Nanti dijemput jam berapa?" tanya Adit setelah mereka sampai di kampus Kanya.

"Nggak tau," ketus Kanya sambil mengulurkan helm ke Adit. Adit terkekeh geli melihat tunangannya yang masih kesal karena insiden tadi pagi.

"Whatsapp aja ya," kata Adit, mengacak pelan rambut Kanya.

"Iya..."

"Yaudah, aku berangkat ya. Jangan lupa makan."

Kanya mengangguk. Sembari melihat motor Adit yang perlahan menghilang. Ia melangkahkan kakinya menuju kelas kuliahnya.

"Nya?" sapaan itu membuat Kanya menoleh kebelakang.

"Baru sampai?" tanya orang tersebut saat berada di hadapannya.

"Iya, lo juga Yan?"

Yan-Dean Luthfi Kamal, teman Kanya waktu SMA hingga sekarang. Entah bagaimana, ia bisa dipertemukan oleh temannya ini di kampus yang ia tempati. Dean mengambil jurusan Sistem Informatika, sedangkan dirinya mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Dean mengangguk. "Lo udah sarapan?"

"Belum, males sih sebenernya."

"Mau gue traktir nggak?"

Mata Kanya berbinar mendengar tawaran Dean. Ya bagaimana, ia harus bisa menghemat uang agar bisa mengikuti Ujian Akhir Semester.

"Mau!" jawab Kanya spontan yang membuat Dean tertawa kecil. "Ayok! Gue traktir, lo bebas makan apa aja. Mau bungkus juga gapapa." Dean menarik tangan Kanya menuju kantin.

Kanya tersenyum lebar, ia berjanji akan membalas kebaikan Dean berkali lipat. Tentunya, menunggu ia sukses.

***

Merci BeaucoupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang