Kesembilan

415 141 457
                                        

[Gambar yang baru, kehapus mel :")]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Gambar yang baru, kehapus mel :")]

Blurb : Berawal dari kisah kehidupan Faza yang mengalami ketidakharmonisan. Bisa dikatakan, Faza termasuk anak broken home. Namun, itu tidak membuat dirinya menyerah. Ia berusaha mencari tahu siapa yang sudah merencanakan semua hal ini tanpa sepengetahuannya. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang gadis bernama Amora. Perlahan kehidupannya sedikit berwarna. Tapi, kedatangan Tara seperti membawa malapetaka. Lalu, mungkinkah semuanya bisa kembali normal?

Yuk cek di playstore dan play book🙏
Karya myname_lia

BURUAN DI BELI, NGGAK BAKAL NYESEL KOK^___^

***

“Sayang, ih! Bangun!” rengek Kanya menarik guling di pelukan Adit.

Adit berdecak, ia mengubah posisinya menjadi membelakangi tunangannya.
Melihat tunangannya yang seperti itu, Kanya menarik keras baju yang dikenakan oleh Adit, “Bangun, nggak?!”

Adit mengeraskan suara dengkurannya.

“Adit! Bangun, nggak?! Kalau nggak bangun, aku pulang!” ancam Kanya.

Tak ada jawaban, Kanya duduk di kasur Adit sembari melipat tangannya di dada, “Satu,” hitung Kanya.

“Dua.”

Tak ada pergerakan dari belakang punggungnya, ia melanjutkan hitungannya, “Dua setengah.”

“Ti—”

Tubuh Kanya terdorong dari belakang dengan tangan Adit yang memeluk erat pinggangnya dari belakang.

“Sana pulang,” kekeh Adit, mengeratkan pelukannya.

Kanya mencebik, “Kamu semalem begadang ya?”

Adit berdeham, menghirup ceruk leher tunangannya. Harum favoritnya.

“Nggak sengaja,” jawabnya dengan suara serak.

“Kan aku udah bilang, jangan begadang, Adit!” kesal Kanya sembari menjambak rambut Adit dari belakang.

“Iya-iya, janji yang semalem terakhir. Lepasin dulu jambakannya!” Adit menepuk pelan lengan Kanya.

Kanya melepas jambakannya, “Ayo, bangun!”

“Ini nggak bisa lepas,” ujar Adit, menggoyangkan kedua tangannya yang sedang memeluk erat pinggangnya.

Kanya mendesah kesal, menarik kedua tangan Adit agar terpisah. Adit yang mengerti, langsung mengeratkan pelukannya. Dia terkekeh saat mendengar umpatan dari Kanya.

“Lepas, nggak!”

“Nggak.”

“Adit!” teriak Kanya.

Merci BeaucoupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang