Sudah dua hari yang lalu, semenjak Adit mengenalkan Irena kepada dirinya, ia terus menghindar setiap kali Adit mengajak untuk berkumpul bersama teman-temannya. Ia juga tidak pandai menyembunyikan rasa ketidaksukaan ketika berada di dekat Irena.
Biasanya Kanya tidak seperti ini. Ia welcome setiap kali diajak Adit berkenalan dengan teman perempuannya. Tetapi kali ini, ah rasanya ia ingin menarik Adit agar menjauh dari Irena. Sialan. Kanya jadi gemas sendiri.
A. Gananda: mau jalan-jalan sayang? Hari ini aku pulang sore
Ayok! Aku pengen beli kado buat sin
A. Gananda: ke mall?
A. Gananda: nanti abis maghrib aku kerumahmuSiap sayang❤
A. Gananda: nanti kita sholat isya sama-sama ya? Biar nggak canggung waktu udah jadi imam buat kamu😝
Kanya terkekeh saat membaca balasan dari Adit. Jantungnya berdetak lebih cepat membayangkan bagaimana kehidupan mereka setalah menikah nanti. Ia jadi tidak sabar untuk menyandang status sebagai istri Aditya Gananda.
***
"Ibu, aku keluar dulu ya," ucap Kanya,setelah keluar kamar.
Ibu yang saat itu sedang menonton TV bersama sang Ayah langsung menoleh. "Kemana? Sama Adit?"
Kanya mengangguk, menghampiri orang tua nya lalu duduk di tengah-tengah antara Ibu dan Ayahnya. "Ke mal, nyari kado buat Sin,"
"Sin aja yang di kasih? Ayah enggak?" sahut Ayah melirik kearah anaknya. Anak satu-satunya. Yang akan menjadi milik orang lain. Bukan lagi milik dirinya.
Kanya yang mendengar nada merajuk dari Ayahnya langsung merangkul lengan beliau. "Ayah mau hadiah? Nanti waktu Ayah ulangtahun, Kanya bakal beliin apa aja yang Ayah mau, tapi yang murah aja ya," kekeh Kanya diakhir kalimat.
Ayah terkekeh sembari mengelus lembut rambut putrinya. Menggeleng, "Ayah nggak mau hadiah dari kamu, cukup melihat kamu bahagia, Ayah sama Ibu udah seneng,"
Kanya terharu. "Ayah, jangan bikin nangis ih!" Kanya tertawa serak.
Ibu terkekeh melihat komunikasi antara suami dan anaknya. Anaknya sudah besar. Dan sebentar lagi, anaknya akan menikah. "Udah sana, kali aja Adit udah nungguin di depan."
"Nanti juga Adit ketok pintu kalau udah nyampe, Bu." Kanya menyenderkan kepalanya di bahu sang Ayah dan menatap layar TV yang menampilkan informasi tentang pemilu.
Bertepatan dengan itu, suara ketukan pintu terdengar. Kanya yang semula sudah merasa nyaman langsung berdiri dengan malas lalu menyalami orangtua nya. "Ayah, Ibu, Kanya pergi dulu sama Adit, yaaaa.."
"Pulangnya jangan malam-malam!" teriak Ayah dari ruang TV.
"Oke, Pak Bos!"
****
"Mau nyari kado yang gimana?" tanya Adit saat mereka sudah memasuki kawasan mall.
"Nyari-nyari dulu ya, takutnya pas beli yang ini eh dia nya udah punya. Kan sayang duitnya," ucap Kanya sambil memperhatikan setiap toko yang mereka lewati.
Adit mengangguk lalu menggenggam erat tangan Kanya. Sudah lama mereka berdua tidak menghabiskan waktu seperti ini, semenjak ia sibuk bekerja. Sesekali Adit mengecup punggung tangan Kanya dengan keras, sampai terdengar suara kecupan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Merci Beaucoup
Fiksi RemajaMenjalin hubungan selama empat tahun sudah cukup bagi Kanya. Selama mereka bersama, banyak lika-liku yang harus mereka hadapi. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bertunangan. Sanggupkah mereka untuk tetap setia hingga ke tahap pernikahan?