Tahta dan Harta menindas Rakyat Jelata.

14 0 0
                                    

Bullying itu real ada guys. Ga cuman di TV. Ga cuman settingan. Faktanya itu beneran ada, cuman para korban yang gak semuanya berani speak up.

Contohnya...

Gue-°

Sudahlah aku pasrah kali ini. Semua cemoohan cewe cewe kurang bahan berbody goals ini ku terima dengan lapang dada.

"Udikk banget sih ya ampuunn!! Pake rok lempeng gitu... Ga malu apa ya?? Berhijab juga tau style Kali mbak?!"

Aku menelan ludah susah payah. Hampir 10 menit mengantri peminjaman buku di perpustakaan. Dan di setiap itulah ocehan ocehan gapentingnya keluar. Semua seolah diam tak bergeming. Iyalah Melyandra siapa yang gakenal dia. Cuma aku yang gakenal dia pada awalnya ya kan aku udik. But pada akhirnya dialah wanita yang gambarnya terpampang paling besar di baliho depan kampus. Jadi model Benner dan brosur kampus. Yang wajahnya nemplok paling besar. Duh jadi keinget brosur kampus gue sobek buat nyolek tai ayam di teras rumah  pas banget kena mukanya Melyandra lagi.wkwk

"Dik udik udikk!!"cerocosnya terus menerus.

Aku keluar barisan antrian. Dan memilih keluar perpustakaan.

"Wahh dasar udik antri aja gamau!!"

Cukup sudah aku kena bully seperti ini. Cuma omongan sih.. tapi itu bakal berbekas dihati.

Bughh

"Hati hati kalau jalan!!"

"Maaf mas!!"

"E-eh sebentar.. kamu anak sastra 18 kan?"

Aku mengangguk.. melihat pipi tembem milik cowok di depanku ini.

"Iya mas kenapa?"

"Kenalin aku Rasya"

"Arsy"

Kami bersalaman. Dan memilih berbincang di gazebo depan gedung bahasa.

"Jadi gini..  awalnya saya pengikut akun wattpad kamu.. saya suka dengan cerita kamu.. well ternyata kita satu kampus.. dan kamu jadi Adek tingkat saya..."

"Ouhh Rasya Kusuma??? Ya ampun kak?? Kakakkan yang penulis novel terkenal itu... Masa sih kakak baca cerita abal abalku?"

"Hahahaha... Bagus ko.. saya suka"

Aku tersipu malu. Laki laki bertubuh agak tambun dengan lesung pipi dikedua sisi pipinya ketika tersenyum terlihat begitu ramah dan rendah hati.

"Wahh ka Rasya kuliah disini juga ternyata ya hahaha.."

Rasya mengangguk sambil tersenyum.kakinya terayun kebawah.

"Saya ada projects work shop. Rencananya kaya semacam talk show sama penulis gitu.. bisa tanya tanya sama berbagi ilmu juga tentang kepenulisan. Kamu bisa ya bantu saya dikepanitiaan?"

"Loh kak?? Saya ini kan masih Maba... Belum tau apa apa"

"Jangan merendah Ar, besok ikut rapat ya.. saya tunggu!?"

*

Hari ini suasana kelas cukup tenang. Saking tenangnya bahkan sampai ada yang terbawa ke dunia mimpi.

"Ar, bangunin gue kalo pak Samuel udah selesai ngomong" tepuk Reihan yang duduk persis dibelakangku.

"Dasar!! "

"Sumpah gue ga dong banget sama apa yang dijelasin pak Sam. Ngajar linguistik udah kaya pidato kepresidenan"

Emang ya. Semakin tua seorang pengajar. Semakin bosan dan ngantuk suasana bawaannya. Entah kenapa? Padahal justru mereka lah pengajar yang paling berpengalaman dan ilmu yang sudah tidak bisa diragukan lagi. Tapi mengapa penyampaiannya rata-rata selalu monoton.

"Lo ikut Pantia work shop?"

Aku tersentak dengan celutakan Derly secara tiba-tiba.

"Iya kenapa?"

"Aishhh sama.. gue juga.. setiap ketua kelas disuruh jadi perwakilan kepanitiaan. Btw dalam rangka apa Lo ikut? BEM juga bukan Lo!!"

"Berkat kepopuleran gue hiyaaa"

"Bersyukur loh dideketin  Adrian yang hits nya sejagat. Jadi berguna kan idup Lo!"

Jadi apa semua orang kenal aku. Gara gara Adrian (?)

***

Selepas kelas pak Samuel. Grup WA kepanitiaan workshop sudah berbunyi berulang kali. Yap peringatan suruh rapat.

Sudah dari tadi Derly mengajakku berangkat. Ku pikir lagi? Buat apa? Toh mereka kenal aku cuma gara gara Adrian. Bukan kemampuanku. Yang ada aku bakal dicap, cewe yang suka memanfaatkan keadaan pansos!

Ka Rasya
Kamu dimana? Ko ga kumpul?

Oke. Ini demi ka Rasya. Kalo bukan karena dia, aku ga kumpul.

"Permisi! Maaf saya telat. Apakah saya diperbolehkan ikut bergabung?"

"Waahh ga on time ya dek?"

Aku menoleh ke sumber suara. Ck! Ardian. Kenapa dia ikut rapat ini juga sih...

"Oh iya gapapa. Sini masuk.. silahkan duduk" Ka Rasya dengan ramah mempersilahkan ku duduk.

Sial! Sisa satu kursi samping Ardian.

"Duduk Ar !"

"Eumm iya ka. makasih"

"Gue keluar rapat dulu bentar. Udah sono duduk!"Ardian keluar ruangan. Barulah aku duduk.

"*))

"Oke jadi untuk biaya. Kita bakal nyari seponsor. Ga usah munafik lah ya. Kalo jadi seponsor ship tuh harus yang good looking.minimal enak dilihat lah . Gue pilih Ardian dan buat Ardian silahkan pilih siapa buat jadi partner Lo!"

Ardian mengunyah tusuk giginya. Sambil seolah berfikir.

"Harus yang good looking ya?"tanyaku disela-sela rapat.

"Ya gitu"jawab salah satu peserta rapat.

"Kalo kemampuan kecakapan dan keterampilan berbicara. Misal kemampuan meyakinkan para perusahaan buat nyediain seponsor tapi ga good looking gimana? Good looking tapi judes kan enek juga dilihatnya"

Semua mata menoleh ke arahku. Ada yang mengangguk setuju. Ada juga yang berbisik bisik aneh.

"Maksud Lo?? Gue judes?? And than gue ga pantes jadi seponsor ship dan Lo adek Maba baru netes ini merasa punya kemampuan?? Woooowww" tepuk tangan riuh Ardian yang terlihat mengejek.

"Maaf Arsy. Tapi Ardian memang sudah menjadi langganan seponsor ship disetiap acara. Dan pasti dia berhasil... Kami memilih Ardian bukan semata-mata karena good looking nya saja ko"jelas mbak Shintia yang ternyata juga ikut kepanitiaan.

"Ohh begitu.. lagipula saya tidak menyalahkan keputusan pemilihan Ardian ko. Cuma ya ga setuju aja kalau semua dinilai dari fisik"

"Jadi Lo ngerasa jelek?"celetuk salah seorang peserta rapat,yang gue yakin itu termasuk gerombolannya Melyandra.

"Maaf. Saya izin keluar rapat. Terimakasih!"

**((

Kenapa sih Ardian itu bermuka dua. Kenapa diluar kampus dia baik tapi dikampus dia seolah berubah jadi monster bertampang ganteng. Sumpah busuk banget kalo dikampus. Sok tebar pesona. Apa ini triknya biar menang jadi Presma. Demi jabatan harus berubah jadi orang lain kah?

Atau mungkin Ardian baru sadar bahwa aku ga selevel dengan dia.



CINTA RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang