hilangnya kepercayaan

20 0 0
                                    


Kali ini langit terlihat gelap walau tanpa hujan. Semua orang menunduk menyaksikan penurunan peti jenazah Derly. Derly meninggal sesaat setelah ikut aksi, kronologinya aku tak begitu paham, yang pasti kami sekelas merasa kehilangan sosok ketua kelas yang begitu humoris ini.

"Ar.. aku antar kamu pulang?" Seseorang berbisik disampingku.

Aku hanya menggeleng, masih terpaku melihat Derly yang kini sudah tertutup tanah.

"Ar.. please.."

Aku menolak ajakan Ardian dan memilih pulang sendiri.

-

Aku tau sepanjang jalan Adrian terus mengikuti ku. Sampai beberapa kendaraan membunyikan klakson karna ulah Ardian yang membawa motor lambat ditengah keramaian.

"Ck... Itu anak gimana si, sudah saya persilahkan nyelip ko gamau nyelip nyelip" supir angkot yang aku tumpangi ikut mendumel melihat Ardian yang terus membuntuti angkotnya.

"Hoaallaah nyari mati itu anak pak, nyusahin pengendara lain tuh liat" Seru salah seorang penumpang angkot.

"Pak, saya turun disini aja" ucapku akhirnya.

"Makasih pak"aku turun dari angkot, begitupun Ardian yang sudah berhenti di depanku.

-

"Ayo naik"ajak Ardian

Sepanjang jalan yang ada hanya saling diam. Aku menatap kaca sepion melihat Ardian yang begitu serius menatap jalanan.

"Aku gamau kamu kaya Derly, aku mohon kamu jangan ikut demo lagi"aku mulai memeluknya, Ardian hanya diam.

Sesaat sampai dikos, Ardian masih diam.

"Kita putus aja"

Aku langsung menoleh, menatap Ardian yang masih menunduk.

"Apa kamu bilang?" Tanyaku memastikan ucapan Ardian.

"Aku mau kita udahan aja, prinsip kita udah beda"

Bremmm....

Suara motor itu menghilang bersama dengan sosok pengendaranya yang mulai tak terlihat.

Aku menunduk lesu, berjuang sejauh ini dan inilah endingnya. Shit!

-

"Lo kenapa dek? Cerita sama gue?" Mba Sarah menyambutku didepan pintu kosan.

"Gue gapapa mba" aku mengusap air mataku yang jatuh begitu saja.

"Ar??"

"Izinin gue sendiri ya" aku masuk ke kamar kosan dan kembali menangis.

-

Maafkan aku #terlajurmencinta by Tiara Andini mode on !

Aku menangis sejadi-jadinya, Ardian tak hanya menyakitiku ayah ibu keluargaku pun semuanya kecewa dengan harapan-harapan bullshit Ardian.

Aku kemasi barang-barang kosku, aku memilih pindah kosan, setidaknya aku sedikit melupakan kenangan bersama Ardian disini.

Aku memeluk mba Sarah lama.

"Maafkan aku mba, aku gamau berhubungan dengan orang yang dekat dengan Ardian. Aku mau memulai kehidupan baru tanpa dia. Makasih udah baik sama aku selama ini mba"

Mba Sarah ikut menangis dan memelukku.

"Apa kita gabisa berteman seperti biasa Ar?"

"Maaf mba, mungkin aku juga akan pindah univ. Aku pamit mba"

Benar ini sulit Ardian, terima kasih telah menciptakan luka yang sudah ku duga.

CINTA RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang