endgame.

19 0 0
                                    


Ini bukan akhir.

Aku ga mungkin menerima lamaran Adrian begitu saja. Aku memilih untuk kita backstreet.. walau aku ga tau rasa ini bertahan sampai kapan.

Terserah kalian bilang aku bodoh atau apa. Ini rasaku! Biar aku yang rasa!

.

Hubungan apa ini sebenarnya..
Dikampus aku dan Adrian sepakat untuk tidak saling mengenal lagi!

Adrian sudah menjadi Presma yang diidamkan seluruh  mahasiswa.

Adrian peraih nilai tertinggi, aktivis yang disegani..

Sedangkan aku, hanya mahasiswa biasa yang ada dan tidaknya, tidak berarti.

.

Seseorang memelukku erat dari belakang. Aku tau ini pasti Adrian..

"Besok aku mau ke solo..."

"Jangan bilang kamu mau ikut aksi demo Adrian!"

"Kamu kan tau aku ini siapa?"

Aku menarik nafasku perlahan... Beralih menatapnya penuh harap.

"Aku kira waktu 2 tahun. Cukup buat kamu mengerti siapa saya?"

"Bisa ga sih.. berhenti menjadi pahlawan kesiangan!"

Praak..

Gelas yang terletak dimeja jatuh dan pecah..

"Aku gasuka kamu kaya gitu Ar !"

"Sekalipun kamu yang melarang jangan harap aku gentar Arsy!"

"Kamu berangkat.. kita putus!"

"Putus..putussss... Terus di otak kamu!! Aku ini bukan penjahat Arsy ! Aku ini membela kebenaran!"

"Pembuat onar!"

.

Setelah pertengkaran itu, aku dan Ardian tidak saling berkomunikasi. Aku tau Ardian memilih pergi ke solo malam itu juga.

Rombongan bus yang mereka sewa lewat di depan kosku. Aku sempat melihat Ardian bersandar pada kaca jendela bus yang ia tumpangi.

Dia sama sekali tak menengok, sekedar melambaikan tangan perpisahan mungkin. Oh ya aku lupa kita kan cinta rahasia.

Keesokannya, kampus terlihat sepi. Hampir semua anak pergi ke solo untuk ikut aksi. Tersisa anak anak kutu buku dan apatis disini.

"Arsyyy!!" Seseorang beralmet berbeda dengan universitas ku menerobos masuk kedalam ruang kelas yang hanya berisi 5 mahasiswa dan satu dosen.

Dia terlihat kacau, dengan keringat dan ikat kepala berwarna putih. Dia pasti salah satu mahasiswa yang ikut demo.

"Adriannn"

Aku terpaku saat itu juga, yang aku takutkan terjadi. Air mata melolos begitu saja membasahi pipi. Aku berlari keluar menghampiri lelaki itu.

"Aku antar"

.

Aku tiba di warung pojok tempat mereka berkumpul. Ada yang berdarah dikepala, lecet lecet, meringis kesakitan. Semua mata lelah mereka aku tatap satu persatu.

"Arsy?" Satu suara itu membuatku menoleh kearahnya.

Ardian terduduk lemah, kepalanya sedikit robek dan mengeluarkan darah. Matanya masih berair mungkin terkena gas air mata.

"Derly meninggal"

Sesaat setelah perkataan itu keluar, tubuhku terasa lemah.

"Ardian kamu jangan bercanda!"

"Aku ga bercanda, kita pergi melayat malam ini. Aku antar kamu"

"Gausah! Aku mau pergi sama anak kelas!" Aku mengusap air mataku cepat dan pergi meninggalkan Ardian.

CINTA RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang