Bab Empat

194 47 2
                                    

 sebelum baca, pencet bintang dulu^^

-××××××-

      Laviska mengedarkan kembali pandangannya. Tatapannya berhenti tepat ke arah pelayan paruhbaya yang melihatnya sambil berjalan kearah meja mereka. Laviska mengerutka dahinya, sang pelayan itu tersenyum ke arahnya dan berhenti tepat di depan meja mereka.

Jisung yang melihat hanya diam saja, ia tampak tak mengerti kenapa pelayan ini datang pada meja mereka. Padahal sang nyonya sama sekali tak memanggilnya. Bahkan makanan yang tersaji di atas meja ini masih belum habis.

"Nyonya Laviska?" Tanya pelayan paruhbaya tersebut, yang diangguki oleh laviska, dia tak mengerti ada alasan apa dia datang kepadanya, apa ingin memberi bonus atau semacam hadiah paket gratis karna ia adalah model terkenal yang mau berkunjung ke kaffe ini.

"Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan nyonya" ucapnya yang semakin membuat dahi laviska mengerut. Ia tampak bingung.

"Siapa?" Tanya nya penahsaran.

"Orang yang ada di masa lalu nyonya"

Laviska tercengang, apa maksud dari masa lalu, pikirnya.

"Tuan mengatakan dia sangat merindukan nonya dan ingin bertemu dengan nyonya" katanya yang membuat laviska kaget, Rindu? Padanya?

"Apa maksud anda bu? Rindu? Merindukanku? Tuan? Siapa yang kau bicarakan?" Tanya laviska bertubi tubi.

"Aku tak bisa menjelaskannya lebih nyonya, aku hanya menyampaikan, bahwa tuan sangat merindukan nyonya"  tak bisa dikatakan, jantung laviska saat ini sedang berdetak dua kali lebih cepat, bukan, lebih dari kata dua kali lipat. Rasanya ia ingin menangis saat ini. Laviska merasakan ada sesuatu, apalagi saat ini dia ada di tempat yang pernah membuatnya bersyukur bertemu dan pernah memilikinya. Laviska merasakan penantiannya selama ini akan berakhir dengan bahagia. Apa dia telah kembali? Tanyanya kembali dalam hati.

"Dia meninggalkan ini untuk nyonya" pelayan tersebut menyerahkan sebuah kotak berwarna biru. Kemudian permisi untuk melanjutkan pekerjaannya.
Laviska yang menerima kotak itu hanya bisa meneteskan air matanya. Dia sangat berharap apa yang ada di pikirannya benar.

"Paman? Apa kau berfikir apa yang tengah aku pikirkan?" Tanyanya menatap kotak itu dengan sebuah harapan penuh.

Jisung mengangguk. " iya nona, aku merasa penantian mu cukup sampai disini" ujarnya ikut menatap kotak yang ada di atas meja itu. Tak terlalu besar, taoi mamou membuat dua orang tersebut bingung.

"Nona sebaiknya kira pulang" tawar jisung yang langsung diangguki oleh laviska.

-××××××××-

Laviska berlari ke arah tangga rumahnya. Ia ingin ke atas menuju kamar nya berada. Untung keluarga nya belum pulang, jadi dia bebas berlari seperti itu di dalam rumah megah itu. Laviska tak sabar lagi ingin membukanya. Menaruh sepatunya sembarangan, begitu juga dengan tas dan jaketnya yang ia lempar ke sembarang arah. Begitu banyak pertanyaan yang ada di benak gadis itu.

" aku merindukan dirimu Yohan " ucapnya lirih. Kemudian memfokuskan pandangannya ke arah kotak tersebut. Sederhana. Itulah tanggapannya terhadap kotak berwarna biru itu. Hanya saja kotak itu terkunci. Perlahan ia mencari lubang kunci untuk membuka penutup kotak itu, dengan jantung yang berdegup kencang tak memgerti kenapa pengaruhnya sampai seperti ini.

Sama sekali tak ada, lalu bagai mana caranya dia untuk mengetahui isi kotak tersebut. Ia kembali meneliti kotak tersebut. Di tengah tengah kotak tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang membuatnya curiga. Seperti detektif yang ada di film film, ia mencoba mencari tau, untuk apa bulatan itu diletakkan di tengah tengah kotak.

M.A.P.L.E  ||  Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang