Bab Duabelas

191 30 1
                                    

Vot dulu baru baca^

××××

    Kondisi cuaca yang ada di pulau jeju tidak memungkinkan untuk mereka mengadakan syuting di tempat yang terbuka, hujan sedari tadi mengguyur daerah itu. Tapi jadwal mereka disini hanya berlangsung dalam kurung waktu satu minggu, ini adalah hari ke 6 mereka syuting disini lalu keesokannya mereka akan kembali ke negara daun Maple itu.

Terpaksa mereka mengambil tempat syuting di dalam ruangan. Saat ini laviska tengah memperagakan aktingnya dengan mimik wajah yang sedih, ia duduk di kursi seorang diri dengan di temani secangkir teh hangat, berharap memulihkan hatinya yang terasa kedinginan, laviska menatap tetesan air yang menempel di jendela, mengalir turun bagaikan air mata yang  jatuh di pipi.

Laviska mengarahkan telunjuknya mengikuti turunnya air yang ada di kaca. Lalu ia tersenyum memandangnya. Semua staf yang melihat tampak puas akan ekting yang di berikan laviska, mereka semua tersenyum senang. Hingga telunjuk laviska tiba diujung kaca, senyumannya seakan memudar, tatapan laviska jatuh pada luar jendela, tepat pada arah telunjuknya berhenti muncul sebuah kaki yang memakai setelan formal, sepatu hitam yang biasa di gunakan oleh orang penting.

Laviska mengarahkan tatapannya ke atas, terus ke atas lalu ke atas dan sampai lah, ia menatap wajah seorang pria yang amat tampan. Pria itu tersenyum, ia mendongakkan kepalanya ke atas, melihat ribuan titi titik hujan yang jatuh, Membuat payung yang di gunakan berbunyi. Laviska masih berdiam diri menatap pria yang memakai stelan formal itu, seperti ada rasa rindu yang tersirat di dalam hati dan matanya. Laviska berdiri begitu pria itu kembali tersenyum padanya. Air mata laviska lolos begitu saja. Dengan cepat ia beranjak dari tempat duduknya, kemudian berlari melangkahkan kakinya ke arah pintu dan membukanya dengan sekali hentakkan. Ia berhenti sejenak, menarik nafasnya lalu mengeluarkannya. Dadanya terasa begitu sesak. Melihat wajah yang benar benar dekat dan ada dihadapannya. Pria itu melemparkan payung transparannya kesembarang arah, tubuhnya seketika menjadi basah kuyup, seperti tak perduli ia tersenyum seraya merentangkan kedua tangannya. Laviska meneteskan air matanya kembali, ia berlari sambil menyeka air matanya, ia menubruk badan kekar yang berotot itu, memeluknya cukup erat dan terisak isak saat pria itu membalas pelukannya. Si pria tersenyum lega, ia menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu, lalu memiringkan kepalanya ke arah leher laviska. Ia menghirup dalam dalam aroma tubuh gadis itu, seperti melampiaskan rasa rindu di antara mereka berdua. Tubuh mereka basah. Air mata laviska tak dapat lagi di bedakan dengan air hujan.

CUTTTT......

Mereka semua bertepuk tangan menyaksikan adegan mengharukan dan romantis itu. Nara yang melihat tersenyum sambil menyeka air matanya yang keluar. Jungmo yang ada di sampingnya memegang bahu gadis itu dari samping.

Betapa indahnya kisah cinta yang berakhir dengan penantian yang panjang itu. Ia tersenyum miring, melihat laviska melepaskan pelukan hangyul, begitu pulq dengan hangyul, ia terpakasa melepaskan pelukan itu dengan tersenyum kecut.

"Menyedihkan," desis jungmo. Nara mendongakkan kepalanya menatap ke arah wajah pria tampan itu.

"Apa? Bukankah itu romantis?" Tanyanya memasang ekspresi bodoh lalu mengembangkan senyumannya. Jungmo tersenyum. Tangan kanannya yang sedari tadi ada di saku celana, tiba tiba mencubit hidung Nara dengan gemas.

"Kau masih kecil, jadi akan ku maafkan," ujarnya. Nara mendengus kesal.

"Ayolah, jangan mentang mentang umur ku lebih muda dari mu, lalu kau seenaknya menyebutku masih kecil." Ucap nara kesal dan melepaskan tangan kiri jungmo yang ada di bahunya. Jungmo kembali tersenyum, bibir nara maju sepanjang lima senti. Membuat jungmo gemas dan dengan cepat ia merenggutnya, ia mengecup bibir nara secara cepat, membuat si empu terkaget dan membelalakkan matanya. Jungmo tertawa melihat reaksi gadis tercintanya.

M.A.P.L.E  ||  Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang