Bab Tujuhbelas (awas typo)

151 33 9
                                    

Berapa kali mengingatkan Vot dulu baru baca. Auto capek wkwkwk. Tetap aja yg vot orangnya itu itu aja. Aku nandain sahabat readersku yg rajin vot apalagi koment wkwkwk.

Vot dulu baru baca^ // again :'((

jangan lupa follow akun wattpad ku ya^

¤×¤×¤×¤

Laviska menatap bingkai yang ada di dinding kamarnya dengan kemarahan dan kesedihan. baru saja ia masuk ke kamarnya dan melihat Nara, sahabatnya itu sedang menatap bingkai fotonya dengan yohan kekasih lamanya. Oh ayolah! Laviska tak tau bagaimana ia menyebut hubungannya ini. Kekasihnya? Atau mantan kekasih?

Laviska membentak sahabatnya itu karena Nara berusaha mengganti posisi bingkai foto itu dengan bingkai foto dirinya dengan hangyul. Ia tak suka bila ada orang yang menyentuh bingkainya termasuk sahabatnya sendiri.

Bukannya bermaksud untuk marah ataupun membenatak. Ia reflek karna terkejut melihat perbuatan sahabatnya.

"Maafkan aku Laviska." Bujuk Nara yang sedari tadi duduk di sampingnya. Mara nara berkaca kaca karena tak kunjung mendengar balasan dari laviska.

"Hiks." Isakan tangis nara akhirnya keluar. Mendengarnya menangis laviska terkejut dan lantas memeluk tubuh nara yang ada di sampingnya.

"Aku tak tau jika kau akan semarah ini padaku, hiks. Hiks." Ujarnya terisak isak.

"Maafkan aku, nara. Aku tak bermaksud marah dan membentakmu, aku hanya terbawa perasaan, maafkan aku." Balas laviska. Air mara yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh. Dalam diam laviska menangis, ia begitu kesal pada dirinya sendiri dan merasa bersalah pada sahabatnya.

"Kau tak perlu meminta maaf, disini aku lah yang lancang menyentuh dan mengganti foto itu." Jelas nara dengan isakannya lalu mendongak menatap wajah laviska. Ia kembali terkejut mendapati wajah laviska yang di penuhi air mata.

"Kau menangis?" Tanyanya dan mengahapus air mata laviska.

"Aku tak tau mesti bagaimana, nara. Hidupku telah kacau, yohan bukan lagi yohan yang ku kenal, wooshin sedang mengejarku, dan aku berada dalam hubungan tanpa cinta dengan hangyul, sedangkan steven? Entah lah aku tak tau." Katanya dan kembali memeluk sahabatnya itu.

"Aku tak sanggup menghadapi pria pria itu seorang diri." Lirihnya lagi. Nara menatap bingaki bingkai itu. Ia mengerti bagaimana perasaan dan ketakutan sahabatnya terhadap masalah masalah yang telah terjadi padanya. Nara berhenti menangis dan menepuk pelan punggung laviska, agar sahabatnya itu merasa tenang.

"Aku memang tak tau dan tak pernah berada dalam posisi mu saat ini. Tapi aku mengerti dengan perasaan mu, laviska."

Laviska melepaskan pelukan mereka dan tersenyum menatap sahabatnya itu.

"Kau yang terbaik." Ujarnya lalu kembali berpelukan dan memutuskan untuk tidur.

¤×¤×¤×¤

Pagi hari yohan telah sampai tepat pada pukul 10 dan melangkahkan kakinya ke arah lokasi syuting. Semua orang menatapnya dengan berbagai macam ekspreksi. Ada yang tercengang, menutup mulutnya, mebelalakan matanya, bahkan ada yang tak sempat menghirup nafas.

pria itu tersenyum menanggapi mereka yang ada di sana. Ia menghampiri sahabatnya yang sedang berbincang ria dengan atasannya.

M.A.P.L.E  ||  Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang