Bab Sebelas (awas ada typo)

243 34 50
                                    

Vot sebelum baca^

×××××××

"Maafkan aku," ucap pria itu lagi, tubuh laviska menegang, ia merasakan hembusan nafas dipipi kirinya.
Laviska ingat betul bagaimana rasanya dipeluk seperti ini. Orang yang sama seperti tiga tahun yang lalu.

"Aku bukanlah pria yang dengan mudahnya meninggalkan seorang wanita di tempat seperti ini," ucapnya lembut. Kata katanya sama persis saat yohan bercanda akan meninggalkannya di jalanan dulu, saat pertama kali mereka di pertemukan, ia merasa kejadian itu terulang lagi.

"Kau pergi bersamaku, tentu kau pulang juga bersama denganku," Laviska menutup matanya merasakan angin sore yang menerpa di wajahnya.

"Aku mungkin tak mengingatmu dan mungkin juga tidak mengenalimu, tapi saat kau mengatakan itu semua, ada perasaan yang membuatku menjadi sedih," ujarnya. Ia melepaskan tangannya di pinggang laviska. Lalu membalikkan badan perempuan itu untuk menghadap tepat ke arahnya.

Pria itu tersenyum. "Aku merasakan sesuatu," laviska yang mendengarnya kembali meneteskan air matanya. Ia memeluk pria itu dengan erat.

"Yo-hannn," lirihnya sambil terisak isak.

"Aku disini," balas yohan membalas pelukan laviska. Laviska menangis sejadi jadinya di dalam pelukan yohan. Yohan mengelus kepala laviska lembut, berusaha untuk menenangkan wanita yang ada dalam pelukannya.

"Maafkan atas kelancanganku tadi," ucapnya lagi. Laviska berhenti menangis, untuk sesaat hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Laviska merenggangkan pelukannya, ia memundurkan tubuhnya selangkah.

"Yohan tidak akan pernah berkata bahkan berfikir dan menuduhku seperti itu," lirih laviska. Yohan terdiam, Ia kehabisan kata-kata tak tau harus menjawab apa.

"Kau bukan yohan, kau hanya orang yang mirip dengan kekasihku!" lanjut nya dan menghapus air mata yang kembali menetes. Yohan tak bisa berbuat apa apa dan hanya memperhatikan setiap gerak gerik laviska.

"Aku ingin pulang," ucapnya, yohan mengerutkan dahinya.

"Aku akan mengantarkanmu," balas yohan lama Karna sepertinya wanita yang ada di hadapannya ini tak suka dengan tolakannya nanti.

××××××

"Disini?" Tanya yohan mengedarkan pandangannya pada gedung bertingkat yang ada di depan mereka. Laviska mengangguk, ia melangkahkan kaki nya ke arah pintu masuk hotel.

Saat di perjalanan sedari tadi yohan mencoba membuka pembicaraan, tapi laviska sama sekali tidak berbicara, paling tidak ia hanya mengangguk jika itu penting yang di katakan yohan.

Yohan mengerti kenapa laviska seperti ini padanya, itu sendiri karna mulutnya yang menuduh laviska yang belum tentu di lakukan oleh laviska.

Dia merutuki dirinya yang bersikap lancang. "Kau tidak ingin mengucapkan sesuatu?" Tanya yohan ketika laviska akan masuk ke dalam gedung besar itu.

Laviska menghentikan langkah kakinya dan membalikkan tubuhnya. "Terimakasih," balasnya. Yohan mengangguk dan tersenyum. Laviska menunggu yohan pergi dari hadapannya tapi yohan sama sekali tidak bergerak, dia hanya tersenyum diam di tempat. Laviska mengerutkan dahinya.

"Apa ada lagi? Apa kau mau menagih ongkosnya?" Tanyanya dengan nada sinis.

Yohan mangangkat sebelah alisnya.
"Tidak, aku ingin bertanya, Bisakah kita bertemu besok?" Tanya yohan mendekat ke arah laviska. Jantungnya saat ini sedang berdisko di dalam sana. Dasar jantung tak tau diri.

M.A.P.L.E  ||  Kim YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang