6. Rumah Devano

566 44 2
                                    

Cowok tampan akan selalu tampan
Biarpun tengah terlelap
-
Mila Setyaningrum

"Udah 'kan makannya?" tanya Rangga melirik Mila.

"Udah."

"Yuk, sekarang gue anter pulang!" Rangga menggandeng tangan halus Mila keluar dari restoran.

Mila menggeleng, "gak mau, Mila takut!"

Rangga mengusap wajahnya, kasar.

"Ya udah, sekarang lo ikut gue!" ucapnya kemudian menarik Mila menuju parkiran.

"Rangga gak bayar makanannya?"

"Udah!" jawab Rangga menaiki kuda besi miliknya.

"Kapan? kok Mila gak liat?"

"Tadi waktu ke toilet. Ayo naik!" tukasnya.

Mereka berdua menyusuri jalanan kota dengan suara knalpot yang bising menuju rumah Devano.

Setelah sampai, mereka berdua pun masuk ke dalam rumah.
Alvin dan Revan yang tengah bermain PS di ruang tengah berbalik menatap keduanya.

"Eh, Ga. Lo kok bawa nih anak ke sini?" tanya Alvin kembali menatap layar di depannya.

"Gue ngajak dia nginep. Gak masalah kan?" Rangga bertanya balik.

"Serah lo deh, gue mah gak masalah!" jawab Revan asal sambil mengerling. Namun, ucapannya barusan dihadiahi pukulan oleh Rangga.

"Jangan mikir yang macem-macem, ntar gue bunuh lo!"

"Wih, sadis!" sahut Alvin.

Tanpa memperdulikan kedua sahabatnya, Rangga mengajak Mila duduk di sofa.

"Ya udah, Mila duduk di sofa sana dulu. Gue mau nyari baju Devano yang cocok buat lo!" kata Rangga sambil berjalan masuk ke dalam kamar milik Devano.

Mila mengangguk lalu duduk sambil memangku tas yang sedari tadi dibawanya.
Matanya tak melihat batang hidung pemilik rumah tersebut.

"Nih, lo ganti baju. Sekalian tidur, udah jam satu, nih." Rangga membawa kaos oblong berwarna hitam dan celana jogger berwarna cokelat dan menyodorkannya ke Mila.

"Iya, makasih yah, Rangga."

Mila beranjak masuk ke dalam kamar Devano.
Kamar itu cukup luas dan bersih.
Setiap orang yang melihatnya pasti akan mengira bahwa itu bukan kamar laki-laki.
Di sudut kanan, ada sebuah meja rias berwarna hitam yang diisi Devano dengan berbagai majalah tentang tekhnik permesinan.

Setelah berganti pakaian, Mila kemudian duduk di sisi ranjang bersprei gambar grup sepakbola Chelsea sembari merapihkan rambut hitam lurus panjangnya.
Tubuhnya kini terasa sangat lelah perlahan matanya mulai tertutup.
Ia telah menuju ke alam mimpi.

***

Mila terbangun dari tidurnya saat cahaya matahari menyapa indra penglihatannya. Sambil merenggangkan otot-ototnya, ia menuju jendela lalu membuka tirainya. Kemudian ia perlahan melangkahkan kaki indahnya berjalan ke luar.

Matanya melotot tatkala dihadapannya kini, keempat cowok tampan yang sepertinya habis berpesta semalaman terlihat masih tertidur lelap di tempat yang berbeda-beda.

Di atas sofa, terlihat Rangga yang tertidur dengan posisi duduk, di sampingnya, Alvin yang tengah terlentang dengan kaki di atas paha Rangga sambil memegang botol minuman keras dengan dengkuran keras yang terdengar dari mulutnya.
Sosok yang tengah tengkurap di atas karpet berwarna abu-abu dengan bungkus snack, kulit kacang dan puntung rokok di samping kiri kanannya, dialah Revan.
Hanya Devano yang terlihat tertidur dengan anggun, kepalanya di atas meja dengan tangan kiri yang menopangnya.

Mila melangkah ke arah Devano, ditelitinya wajah tampan cowok itu yang tengah menutup matanya. Dari rambut abu-abu hingga dagunya, tak ada cacat sedikit pun.

"Ngapain liat-liat?" Perlahan mata Devano terbuka.

Nyaris saja jantung Mila hampir copot dibuatnya.

"E--ehh, gak kok," ucap Mila gelagapan.

"Ohh," balas Devano datar dengan wajah tanpa ekspresi.

Kini dia bangkit menuju kulkas tak jauh darinya dan mengambil sebuah botol berisi wine lalu hendak meneguknya sebelum tangan Mila merampas minuman tersebut.

"Devano pasti masih pusing, jangan minum ini dulu," kata Mila melihat ekspresi tidak suka Devano ke arahnya.

Mila kemudian mengambil segelas air putih dan menyodorkannya ke arah Devano.

"Ini, minum air putih dulu. Biar pusingnya hilang," ucapnya kemudian.

Devano mendengus kesal melihat tingkah Mila. Namun, tetap menghabiskan air putih pemberian Mila.

"Bangsat! pala gue sakit banget!" umpat Alvin bangkit dari duduknya sembari memegangi kepalanya.

Mila kemudian menghampirinya setelah mengambil segelas air putih dan memberikannya kepada Alvin.

"Nih, Alvin minum yah, biar pusingnya juga hilang," kata Mila lembut.

Tanpa berkata apa-apa, Alvin kemudian meneguk habis air putih tersebut.

"Lemah lo, Vin! emang abis berapa botol?" tanya Revan seraya mengusap kedua bola matanya.

"Tiga atau empat. Gue gak inget," jawabnya.

"Dikit itu, mah!" sahut Rangga mengacak rambut cokelatnya.

"Rangga sama Revan minum air putih juga, yah," sela Mila kembali menyodorkan air putih kepada kedua cowok tampan itu.

"Makasih, yah," balas Rangga sambil tersenyum

"Sama-sama."

"Oh iya, lo gak ke sekolah?" tanya Rangga kemudian. Air di gelas sudah ludes.

"Ini Mila mau pulang ganti baju," jawab Mila.

"Oke, tunggu gue bentar," pinta Rangga sambil beranjak.

"Rangga mau ke mana?"

"Mau ke toilet cuci muka sama sikat gigi dulu. Abis itu anterin lo pulang!"

"Rangga gak ke sekolah?" tanya Mila lagi.

"Gak,"

"Kenapa?"

"Lo cerewet banget ternyata!" sela Alvin.

Mendengar ucapan Alvin, Mila pun menutup mulut dengan kedua tangannya. Melihat tingkah lakunya yang polos, Alvin dan Revan tak kuasa menahan tawanya.

Devano hanya diam di tempat ternyamannya dan tak menghiraukan tingkah Mila beserta kedua sahabatnya. Dimana lagi kalau bukan di kursi depan mini bar.

Beberapa menit kemudian, Rangga kembali dengan wajah yang sudah terlihat lebih segar.

"Yuk!" ajaknya dengan memakai jaket kulit berwarna hitam sambil mengambil kunci motornya yang tergantung di dinding.

Mereka berdua pun meninggalkan rumah Devano.

Setelah kepergian keduanya, Alvin membuka suaranya, "tuh anak kesambet kali, yah?"

Revan hanya menggeleng sambil bangkit menuju toilet.

___

Next ....

Hai readers, suka sama cerita ini?
Jangan lupa vote dan commentnya.
Vote kalian, semangat bagiku.

Terima kasih.

Tunggu kisah dari Mila selanjutnya yah.
Oke??

Salam dari author aka Dev.

Story About MilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang