8. Gara-gara Kucing

484 45 0
                                    

Ketika hati mulai memilih,
Maka kau harus hati-hati!
-
Devano Anggara

Di dalam kelasnya, Mila tengah sibuk membereskan buku tugas ekonomi milik teman-temannya yang akan dia bawa ke ruang guru. Entah kenapa Pak Ardi sering menyuruhnya, padahal dia bukan siswi yang terkenal di kelasnya.

Mila kemudian beranjak keluar, tiba-tiba ....

"Aww," pekiknya.

Seseorang yang menabrak tubuh mungilnya itu berhenti.

"Ehh, maaf ya!" ucap seorang cowok sambil membantu membereskan buku yang berserakan.

"Alvin?" tanya Mila melihat cowok yang menabraknya ternyata adalah Alvin.

Mendengar namanya disebut, Alvin pun menoleh.

"Eh, lo!"

"Alvin udah sembuh?" Pertanyaan bodoh keluar dari mulut mungil gadis itu.

Alvin tak menggubris pertanyaannya, ia sibuk membereskan buku yang berceceran di lantai.

Mata Alvin melotot melihat di balik punggung Mila, terlihat Pak Edi dengan kacamata bulatnya yang berjalan penuh amarah ke arah mereka berdua.

"Haduh! Mati deh gue!" umpatnya.

"Alvin mau kemana?" tanya Mila melihat ekspresi ketakutan Alvin.

"Ada macan mau gigit gue! Eh Mila, gue nitip tas Devano, yah!" pinta Alvin bergegas sambil menyerahkan tas ransel hitam.

"Tapi--" Sebelum ucapannya selesai, Pak Edi kini telah menarik telinga Alvin.

"Aduh duhh, sakit, Pak!" rengek Alvin.

"Dasar bocah tengik! kamu kira saya gak tau kalo kamu yang lakuin itu!" murka Pak Edi sambil menyeret Alvin.

"Saya kan cuma bercanda, Pak. Lagian saya gak tau kalo itu motor punya Bapak!" elak Alvin seraya sesekali meringis.

"Bercandaan kamu gak lucu. Ayo ikut saya ke ruangan khusus!" gertak Pak Edi membuat cowok itu terkekeh pelan.

Mila menggeleng menyaksikan kejadian tersebut.

***

Sepulang sekolah, Mila memilih berjalan kaki kembali ke rumahnya. Kakinya melangkah gontai di atas trotoar jalan yang lengang.
Seketika langkahnya terhenti melihat seekor kucing berbulu agak kecokelatan berjalan tertatih-tatih menyebrang di hadapannya.

Mila kemudian berjongkok melihat apa yang terjadi pada kucing tersebut.
Wajahnya berubah sendu melihat kaki depan kucing itu terluka.
Terlihat seperti habis tertabrak.

"Mpuss, kamu kenapa? Sakit ya?" tanya Mila sedih pada hewan imut itu.
Si kucing mengeong.

"Kamu kasihan banget. Pasti anak-anak kamu nungguin di rumah," kata Mila sedih, tak terasa air matanya kini tumpah.

Kucing yang ditanyainya hanya mengeong kesakitan.

"Kamu aku obatin, ya!" Mila merogoh tasnya. Namun, nihil. Obat merah yang selalu dibawanya tak ada dalam tas.

Story About MilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang