13. Rumah Sakit

384 30 2
                                    

Apa cowok tampan selalu berantem?
Gak capek apa masuk rumah sakit?
-
Mila Setyaningrum

Pukul 06:22.
Mila sudah mengenakan seragam sekolah.
Di kamar yang cukup luas dan didominasi cat dinding berwarna hijau muda, Mila tengah berias di depan cermin, memakai bedak setipis mungkin, rambut hitamnya ia gerai begitu saja dengan bando ungu yang menghiasi. Menambah kesan imut pada wajahnya.

Setelah dirasa cukup dengan penampilannya, Mila melangkah ke luar kamar dengan menenteng tas abu-abu miliknya. Kaki mungilnya perlahan menuruni satu persatu anak tangga.

Kedua orang tuanya masih belum pulang dari Surabaya.
Mengharuskan Mila untuk terbiasa tak sarapan di rumah.
Mereka memang memiliki seorang asisten rumah tangga, tapi Mila tidak pernah mau sarapan di rumah kalau bukan mamanya yang memasak.

***

Mila melangkah ke luar dari gerbang. Kakinya berjalan di trotoar sambil menikmati udara segar yang jarang ia rasakan.
Udara pagi ini sangat segar, setelah semalam diguyur hujan.
Dedaunan terlihat masih basah, juga jalanan yang berlubang meninggalkan genangan.

Ketika tengah asyik menikmati sejuknya udara pagi, suara knalpot motor ninja berhenti tepat di sampingnya.
Seseorang yang mengenakan jaket kulit berwarna cokelat, celana jeans biru yang robek di bagian lutut membuka helm full face berwarna hitam. Dia Rangga.

"Pagi Mila!" sapanya tersenyum memperlihatkan gigi putihnya yang berjejer rapi.

Mila menengok ke kiri.

"Ehh, Rangga." Langkahnya terhenti.

"Muka Rangga kok lebam gitu? Abis berantem lagi?" tanya Mila menyelidik. Telunjuknya menunjuk pipi kanan Rangga.

"Hooh, udah gak usah dibahas. Lo mau ke sekolah?" Rangga mengalihkan pembahasan. Ia tak ingin Mila terlalu banyak bertanya.

Mila mengangguk.

"Rangga gak sekolah? Gak takut dihukum?" Mata Mila menyelisik pakaian yang dikenakan cowok tampan itu. Tak mengenakan seragam hanya kaos oblong yang dibalut jaket.

"Gak, gue mah udah biasa gak ke sekolah!" jawab Rangga santai.

"Trus Rangga sekarang mau kemana?" Mila masih penasaran.

"Gue mau ke rumah sakit. Lo ikut gak?"

Wajah Mila mengernyit. "Rumah sakit? Siapa yang sakit?" tanyanya.

"Alvin sama Revan. Lo mau gak?" ajak Rangga lagi.

Raut wajahnya terkejut
"Mau. Tapi sekolah Mila gimana?" Mila berucap. Bimbang.

"Jenguk temen gak salah 'kan? Kalo lo gak mau, ya udah." Rangga mulai menyalakan kembali mesin motornya.

"Ya udah, Mila mau."

"Nah gitu dong. Ayo naik!" perintah Rangga.

Mila pun naik membonceng di belakang Rangga. Perlahan, roda motor ninja berwarna merah itu menggilas jalanan kota yang becek.

***

Langkah kaki keduanya terdengar di koridor rumah sakit. Di dalam kamar yang pernah di tempati mereka beberapa hari lalu, kedua cowok tampan sedang terbaring di ranjang masing-masing. Sementara Devano tengah berdiri di samping Alvin memegang mangkuk berisi bubur.

"Hallo semua!" sapa Mila.

Ketiga pasang mata menangkap kedua sosok yang baru datang.

"Hai Mila! Aww ...." seru Revan disertai ringisan dari mulutnya. Kepalanya tampak diperban. Namun, ia masih terlihat sedikit baik.

Mila menghampiri ranjang keduanya, "Alvin sama Revan kok bisa begini?" Tangannya memegang wajah Alvin.

"Aww ... sakit! Ati-ati dong lo!" jerit Alvin kesakitan saat telapak tangan Mila memegang lebam biru keunguan di keningnya.

"Maaf, Mila gak sengaja!" kata Mila merasa bersalah.

"Gak papa!" ujar Alvin.

"Ini itu gara-gara genk a***ng itu!" kata Revan menyela.

"Hah? Anjing?" Mila melongo. "Anjing gigitin kalian?" Pertanyaan polos keluar dari mulutnya.

"Bukan. Ini tuh orang, tapi kelakuannya kayak anjing! Bego." Revan menjelaskan.

"Kok bisa? Pasti kalian mau mencuri yah? Kok bisa di kejar anjing?"

"Ampun dah nih anak. Cantik-cantik otaknya segaris!" Alvin berucap tak percaya.

"Udah. Mila gausah nanya-nanya lagi. Ntar mereka tambah sakit. Sini duduk!" Rangga berujar sembari menepuk sofa di sampingnya.

Mila pun diam. Pikirannya masih menyimpan banyak pertanyaan. Tapi tak ingin bertanya lagi, sebab kasihan melihat ekspresi keempat cowok tampan yang sepertinya capek mendengar kepolosannya.

"Lo ke mana aja sih, Ga? Tega banget ninggalin kita sama nih ibu tiri." Alvin mengadu sambil memanyunkan bibir. Dagunya menunjuk ke arah Devano yang dari tadi diam saja.

Cowok yang ditunjuk membalas dengan tatapan super tajam.

Mendengar perkataan Alvin, sontak ruangan dipenuhi tawa.

"Emang lo pada diapain?" tanya Rangga di sela tawanya.

"Gue di omelin, ntu bubur kan gak enak."

"Kalo lo gak makan, lo tambah sakit, Nyet." Devano membela diri.

"Whahaa ..., yaudah. Lo emangnya mau makan apa?" tanya Rangga lagi-lagi diselingi tawanya.

"Gue lagi pengen ... sushi!" ucap Alvin yang ditanggapi Revan.

"Gue juga mau!"

"Apa? Gak! Lo gak boleh makan itu. Bau banget, Njir!" Devano menolak mentah-mentah keinginan Alvin dan Revan sambil menutup hidung mancungnya. Ia mulai merasa mual mendengar makanan itu disebutkan. Padahal makanannya belum ada.

"Pliss, Ga. Gue kepengen banget!" rengek Alvin.

"Dev, lo biarin aja napa. Mereka pada 'kan lagi sakit!" ucap Rangga membujuk.

"Ogah."

"Yah."

Serempak keduanya terlihat lesu. Terlebih Alvin. Dari semalam ia sangat memimpikan betapa nikmatnya potongan sushi yang masuk ke mulutnya lalu melewati tenggorokannya. Namun, itu tak terjadi sebab di jalan mereka dihadang oleh genk Fero.

Awalnya Devano cuek. Namun, melihat kedua sahabatnya menekuk wajah masing-masing, hati Devano mengiba. Tak ingin keduanya kecewa. Walaupun ia agak gengsi mengatakannya. Ia akhirnya menyetujui.

"Ya udah, pesen!"

"Beneran?" Suara Alvin terdengar kembali semangat.

"Cepet sebelum gue berubah pikiran!"

"Oke! Makasih ibu tiri yang baik." Revan juga berucap tak kalah semangat.

Tak berapa lama kemudian, pesanan mereka sampai.
Keduanya tampak menikmati sushi segar. Berbeda dengan Devano, cowok itu terlihat sibuk menutupi hidungnya. Sekali-kali ia bergidik ngeri lalu melotot saat Alvin dengan tega menyodorkan sepotong sushi di hadapannya.

Ketiga sahabatnya tertawa menang melihat wajahnya.

Mila yang menyaksikan kejadian itu terkekeh pelan. Takut akan tatapan mata elang Devano yang super mematikan.

___

Next ....

Suka dengan cerita ini?
Vote, comment and share yah.
Vote kalian, semangat untukku.

Salam dari author aka Dev

Story About MilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang