22. Sebuah Rasa

261 25 4
                                    

Rasa ini gak akan salah
Walau datang di waktu yang salah

Devano Anggara

Setelah kepergian Fero dan kawan-kawannya, Mila segera mengampiri Alvin yang tergeletak tak berdaya di aspal. Ia begitu khawatir.

Dalam sorotan lampu jalan, samar-samar Mila meneliti wajah cowok itu dipenuhi memar, sudut bibirnya juga terlihat mengeluarkan darah.
Sesekali ringisan terdengar dari mulutnya.

"Alvin gak apa-apa?"
Pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja. Jelas-jelas Alvin terlihat tak berdaya.

Menit berikutnya, deru knalpot bising dari tiga motor ninja memecah keheningan. Para pengemudinya menghentikan kendaraannya di samping motor Alvin.

"Lo kenapa?" tanya Devano sesaat setelah melepaskan helm yang bertengger di kepalanya.

"Mila." Rangga menghampiri mereka.
Kini ia berjongkok di hadapan 'gadisnya'.

Mila yang tertunduk perlahan mengangkat wajahnya. Wajah Rangga jelas mengisyaratkan kekhawatiran.

Samar-samar maniknya melihat pipi Mila yang memerah.
Ia lalu menjulurkan tangannya menyingkirkan anak-anak rambut yang menghalangi penglihatannya.

"Ini kenapa?" Mata Rangga melotot saat melihat memar kebiruan yang terpampang jelas di balik anak-anak rambut Mila.

Mila terdiam, maniknya kembali berkaca-kaca.

"Siapa yang lakuin ini?!" Nada bicara Rangga meninggi. Terlihat jelas kalau ia tengah dikuasai amarah.

Tak ada respon, ia lalu mengalihkan pandangannya pada Alvin yang sedang dipapah Revan.

"Siapa, Vin?" tanyanya penuh penekanan.
"Siapa anj*ng yang berani mukulin dia?!" murka Rangga.

"Nyet!" Devano mengeluarkan suara. Ia berusaha untuk meredam emosi yang juga hampir menguasai dirinya.

"Apa?"

"Lo tenang dulu!" ucap Devano mengusap pundak sobatnya.

"Gue gak bisa tenang! Sekarang gue bener-bener mau bunuh tu orang!"
Ia melepaskan tangan Devano dari pundaknya, kasar.

"Diem dulu!"

Rangga bergeming, ia menghela napas kasar. Tatapan tajam ia berikan pada Devano.

"Fero--" Alvin menjeda, "Fero yang ngelakuin ini!"

Kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya membuat pandangan tertuju pada Alvin.

"Beneran?" tanya Devano.

Alvin mengangguk lemah.

"Bangsat!" umpat Rangga.
Ia lalu bangkit menuju motornya yang terparkir.

"Lo mau kemana?" tanya Devano.

"Gue mau ngasih pelajaran sama tu anj*ng!" jawab Rangga.

"Gak perlu!" ujarnya dingin.

"Kenapa? Dia udah mukulin Mila, juga sobat gue!" Nada bicaranya penuh penekanan.

"Lo anterin dia pulang dulu!" Devano menunjuk Mila dengan dagunya.
"Kasian tuh, kedinginan."

Mata Rangga menoleh pada Mila yang masih setia duduk di aspal.
Rangga mengusap wajahnya kasar.

"Mila!"-Rangga memegang pundak Mila-"balik, yuk!"

Mila mengangguk lemah. Ia berjalan beriringan di samping Rangga.

***

"Apa?!" teriak Gea. Seketika semua pandangan di penjuru kelas mengarah padanya.

Story About MilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang