16. Fakta Mengejutkan

315 33 0
                                    

Setiap manusia punya masa lalu.
Jangan terpuruk, biarkanlah berlalu bersama waktu.
-
Mila Setyaningrum

"Gue tau lo di sana! Keluar!" kata Devano dengan nada dingin.

'Haduh, ketahuan deh.'
Mila merutuki dirinya. Ia memilih bangkit dari persembunyiannya.

Ia berjalan lemah ke arah Devano yang masih setia pada posisinya.

Semakin dekat dengan tubuh cowok tampan itu, semakin nampak jelas lebam yang menghiasi pipi kanannya. Entah mengapa hati Mila seakan teriris, perih. Bahkan, kedua kelopak matanya tak kuasa membendung air mata. Pipinya kini telah banjir.

Mila berjongkok di samping cowok itu. Ia terlihat mendekatkan wajahnya pada wajah Devano. Meneliti setiap inci luka lebam pada wajah cowok tampan tersebut.

"Devano gak apa-apa?" Gadis itu mengeluarkan suaranya dengan pelan.

Tak ada jawaban. Hanya tatapan mata saja yang menjadi respon pertanyaan Mila.
Tatapan yang seakan memberikan isyarat.

'I'm not fine!'

Melihat Devano yang nampak enggan menjawab kejujuran di hatinya membuat Mila memutar otak.
Seketika sebuah lampu pijar menyala di atas kepalanya. Ia pun membuka tangannya, lebar.

"Peluk?" Tawaran itu dengan manisnya menyapa indra pendengaran Devano.

Mendengar itu, Devano membalas dengan diam, membuat Mila berinisiatif untuk memeluk cowok tampan itu, erat.

Mila mengusap bagian punggung dan rambut abu-abunya secara lembut, memberikan seluruh kasih sayangnya untuk Devano.

"Gak apa-apa. Devano 'kan kuat. Masa dipukul begini gak mampu, iya kan?" Entah kenapa, Mila berani mengatakan hal itu padanya. Namun ternyata, Mila tak mengetahui bahwa cowok itu merasa tersentuh saat mendengarnya.

"Devano 'kan jagoan, jagoan itu gak pernah kalah, kan?" lanjutnya.

Devano tetap bergeming. Karena sekali lagi, saat ini ia sedang tidak baik-baik saja.

Setelah merasa cukup, Mila melepaskan pelukannya. Membiarkan tatapan Devano memburunya, memperhatikan gadis polos itu dalam diam.

Seakan mengumpulkan keberaniannya untuk mengeluarkan isi hatinya. Nampaknya, Mila mengetahui gelagat si cowok es ini. Jadi, gadis itu hanya menunggu waktu yang tepat untuk mendengar curhatan cowok tampan di sampingnya.

"Lo gak mau nanya. Kenapa gue bisa dipukulin sama bokap gue?"
Akhirnya, keheningan yang menghiasi suasana terpecah saat suara Devano terdengar, pelan.
Mila nampak mengalihkan perhatiannya menatap cowok tampan itu dengan penuh ekspresi polosnya.

Beberapa detik berikutnya, Devano menghela napas kemudian mengembuskannya secara perlahan.

"Nyokap gue udah meninggal tiga tahun lalu." Devano menjeda. Ia harus kembali membuka luka lama yang tak pernah ia ceritakan pada orang lain selain sahabatnya. Entah darimana ia mendapat keberanian sehingga ia bisa bercerita pada Mila.

Mendengar fakta mengejutkan itu, Mila bungkam. Ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Ia lebih memilih mendengarkan.

"Meninggal karena sakit jantung. Pas tau bokap gue selingkuh. Parahnya, bokap gue udah punya anak seumuran gue!" Perih, hati Devano kembali teriris.

Lagi, fakta baru kembali Mila ketahui. Ekspresinya menunjukkan keterkejutan yang luar biasa.

"Mulai dari sana, bokap gue nelantarin gue. Ia lebih milih ngurusin selingkuhannya daripada gue."
Di sela-sela ceritanya, Devano tertawa rapuh.
"Dan lo harus tau. Anak selingkuhan bokap gue itu ... si Fero Alvaro!"

Deg!

Tenggorokan Mila tercekat. Kini ia menunduk dalam.

"Jadi, Fero itu saudaraan sama Devano?"

"Sayangnya, iya!" jawab Devano dengan nada pelan.

Mila memilih bungkam. Fakta yang baru ia ketahui benar-benar membuatnya sedikit syok.
Cerita cowok tampan itu benar-benar membuatnya terharu. Ia tak berani membayangkan jika ia pada posisi Devano. Apakah ia akan tetap bertahan hidup?

"Devano!" Mila kembali membuka suara setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri, membuat perhatian cowok itu beralih padanya.

"Devano sekarang gak boleh nyimpen semuanya sendiri! Mila siap dengerin semua cerita Devano!" Mila berucap mantap. Matanya berbinar-binar.

Devano nampak tak percaya. Lagi, gadis itu menarik tubuhnya dalam pelukan, hangat.
Membiarkan tubuh atletisnya tenggelam dalam larutan kasih sayang dari gadis polos tersebut.
Entah kenapa, Devano tak menolak sedikit pun karena yang ia inginkan sekarang adalah seorang penguat.

Next ....

Huaa ... author sedih nulisnya. Cowok tampan nan dingin itu punya masa lalu yang kelam, gaess ....

Terima kasih sudah mau baca cerita saya.
Kalau ada pertanyaan, silakan di kokom. Eh, jangan lupa vote.
Ohiya, krisannya jangan lupa yah.

Salam dari author aka Dev.

Story About MilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang