18. Tak Terduga

305 34 1
                                    

Mungkin ini terlalu cepat,
Tapi aku tak mau terlambat!
-
Rangga Arnoldi

Rembulan malam ini tak menampakkan sinarnya, hanya pekat. Bintang pun tak tertangkap berkilau, hadirnya tergantikan oleh awan hitam menggumpal.

Sementara, di dalam kamarnya, Mila tengah duduk menghadap meja belajar. Kelihatannya ia sibuk berkutat dengan tugas sejarah dari Pak Edi.
Ia nampak membolak balik buku paket tebal di sampingnya.
Padahal, besok adalah hari minggu. Namun, gadis itu tetap saja sibuk dengan tugas.

"Akhirnya selesai juga!" Ia berseru riang. Ia kemudian membereskan alat tulisnya ke dalam tas abu-abunya.

Sesaat setelah mengatakan itu, dering handphone bercase doraemon miliknya memecah suasana. Ia bangkit lalu berjalan menuju meja rias tempat benda pipih itu bergetar.

"Halo." Suara bariton terdengar setelah ia mendekatkan ponselnya ke arah telinga kanan.

"Iya, Rangga. Ada apa?" jawab Mila.

"Gue di depan rumah lo!" jawaban yang membuat ekspresi terkejut Mila.

"Hah? Rangga ngapain?" Mila bertanya heran. Ia melangkahkan kakinya ke arah jendela lalu menyingkap tirai berwarna hijau muda. Benar, di depan gerbang terlihat sebuah mobil rover ronger sport berwarna putih tengah terparkir.

"Lo keluar sekarang! Kita jalan!" ucap Rangga di luar sana.

"Kemana?"

"Udah, lo keluar aja!" tegasnya. Ia pun memutuskan sambungan telepon.
Membiarkan Mila yang menggerutu sambil melangkah menuju lemari pakaian.

Kaki indah Mila yang dibalut sneakers perlahan menuruni satu persatu anak tangga. Tubuh mungilnya nampak imut dengan mengenakan sweater pink dan rok mini di atas lutut. Rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja. Tak lupa tas slempang yang selalu ia bawa jika bepergian.

Gadis mungil itu menghampiri Rangga yang sedang bersandar di pintu mobil. Tak biasanya Rangga membawa mobil.

"Rangga mau kemana, sih?" tanyanya saat dirinya sampai di sebelah mobil sport putih itu.

Cowok tampan itu melirik ke arahnya.
Mata beriris birunya terhalangi oleh kacamata hitam yang bertengger di sana.

"Ada, deh. Ayo masuk!" titah Rangga membukakan pintu mobil.

Mila menurut, ia masuk ke dalam mobil itu dengan bibir yang ia majukan beberapa centi.

Rangga pun mulai menyalakan mesin mobil. Sepanjang perjalanan, Mila terlihat diam saja. Maniknya sibuk memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Ia tak menghiraukan tatapan aneh cowok di sebelahnya.

"Mil!" panggil Rangga tetap fokus pada jalanan.

"Apa?"

"Mau dengerin lagu?"

"Gak!" Mila berucap ketus.

"Mil!" Rangga kembali bersuara.

"Apa?" Akhirnya gadis itu menyerah, memutuskan untuk bersuara. Ia tak tahan melihat perlakuan cowok itu.

Rangga nampak mengerutkan keningnya. Melirik gadis di sebelahnya sekilas lalu kembali fokus menyetir.

"Lo kenapa diem aja?" sahut Rangga.

"Mila kesel sama Rangga!" ucapnya melipat tangan di dada.

"Udahan deh manyunnya. Kita udah hampir sampe kok!" tukas Rangga membelokkan mobilnya ke arah sebuah tempat di atas bukit.
Mobil sport berwarna putih itu pun berhenti.

Story About MilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang