21. About All

259 28 0
                                    

My family is power

Mila Setyaningrum

Tak terasa sudah pukul 18:23 WIB, Mila sedari tadi sudah pulang sekolah tetapi seragamnya masih melekat di tubuhnya.

Sosok gadis mungil itu tengah terlentang di atas ranjang bersprei hello kitty nampak terdiam dalam kekosongan. Manik beriris cokelat miliknya mengedarkan pandangan pada langit-langit kamar yang berwarna putih polos. Hanya ada sebuah lampu yang menghiasi.

Dalam keheningan, pikirannya tertuju pada dua sosok manusia tampan yang bersikap 'manis' padanya.
Rangga, si tampan yang beberapa hari lalu menyatakan cinta padanya. Sementara Devano, si dingin yang menunjukkan kejujuran terhadapnya.

Tok! Tok! Tok!

Saat pikirannya sedang berkelana, seseorang mengetuk pintu kamar.

Mila tak menggubris, mungkin itu asisten rumah tangga yang menyuruhnya untuk makan, pikirnya.

"Kesayangan Mama kok diem aja? Lagi mikirin apa nih?" tanya seseorang wanita paruh baya memasuki kamar Mila yang tak dikunci. Rupanya ia Santi, mamanya.

Mila tersentak. Rona bahagia terpancar dari wajah imutnya. Dengan segera ia bangkit menghampiri sosok tersebut.

"Mama ...,"--Mila memeluk tubuh Santi--"Mila rindu sama Mama!"

"Mama juga rindu, Sayang!" Santi mengusap ujung kepala anaknya dengan lembut.

Keduanya saling melepas rindu.
Mereka larut dalam kehangatan pelukan masing-masing.
Bayangkan saja, hampir sebulan kedua ibu dan anak itu tak bertemu.

"Mama kok gak ngabarin Mila kalau udah pulang!" tanya Mila, mukanya cemberut.

Mereka berdua melepas pelukan.

"Kan biar suprise, Sayang!" jawab Santi, lembut.

"Kalo sama Papa gak rindu?" Andre memunculkan tubuhnya dari balik pintu.

Pandangan Mila tertuju ke arah lelaki berusia empat puluh tahunan yang telah bekerja keras untuknya.

"Issh, Papa! Tentulah Mila rindu sama Papa!" Senyum bahagia ia tunjukkan.

Mila menghampiri Andre kemudian memeluk tubuhnya. Erat.

"Sayang, peluknya udahan, yah. Ntar Papa gak bisa napas!" ucapan Andre dibalas dengan cekikikan dari Mila.

"Heheee, maaf yah, Pa." Mila meringis sambil melepas pelukannya.

"Iya Sayang, tidak apa-apa. Gimana kabar kamu, sehat?" tanya Andre meneliti anak semata wayangnya.

"Mila sehat kok, Pa. Nih liat, segar bugar!"

"Syukurlah!" ujar Sinta.

"Urusan di Singapura udah kelar kan, Pa?" tanya Mila pada Andre.

"Sudah dong, Sayang."

"Janji gak bakal tinggalin Mila lagi?"
Mila mengulurkan jari kelingkingnya.

"Papa gak janji, Sayang."

Wajah Mila yang tadinya ceria seketika berubah murung.

"Kenapa?" Ia menjatuhkan bokongnya di atas ranjang.

"Mila sayang, Papa sama Mama 'kan kerja buat kebahagiaan Mila. Jadi, Mila tolong ngertiin, yah." Sinta berusaha membuat Mila mengerti. Tangan kanannya mengusap punggung Mila. Lembut.

Mila bergeming. Ia menundukkan wajahnya.

"Iya, Sayang. Mama kamu benar. Kalau kami gak seperti ini, kamu gak bakalan sekolah di sekolah elite seperti sekarang," jelas Andre.

Story About MilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang