Sure Thing
Chapter 1
----------
Author pov
“Kau masih sakit?”
Soojung menempatkan dirinya disebelah Amber. Matanya lekat menatap perempuan tomboy yang kini tengah memejamkan matanya rapat. Hanya helaan nafas berat yang keluar dari mulut perempuan itu. Perlahan tangan Soojung terangkat menyibak poni Amber. Masih nampak keringat membasahi dahinya.
“Kau akan memanjangkan rambut? Ponimu sudah mengenai mata dan rambutmu sudah bisa diikat. Lucu”.
Amber membuka matanya. Tanpa sepatah kata ia menjatuhkan kepalanya dipangkuan Soojung. Senyum tipis nampak terukir diwajah tampannya. Well, dia memang seorang perempuan, sama seperti Soojung. Hanya saja penampilannya hampir mirip dengan laki-laki. Dengan rambut yang dipotong cepak dan bentuk tubuhnya serta suaranya yang agak berat, membuatnya memiliki kesan manly seperti laki-laki.
“Setelah ini temani aku ya? Sudah lama aku tidak potong rambut bersamamu”.
Soojung hanya menampilkan senyum tipisnya tanda setuju dengan ajakan Amber. Tangannya bergerak mengelus rambut Amber yang masih sedikit basah. Grup mereka –F(x) baru saja melakukan comeback stage di M Countdown. Penampilan yang cukup memuaskan mengingat mereka baru saja melakukan comeback setelah satu tahun. Membayar kesabaran MeU –sebutan untuk fans mereka, setelah menanti comeback yang tak kunjung tercapai. Hari ini mereka sangat bahagia melihat para fansnya masih setia memberi mereka dukungan.
Pintu ruangan terbuka menampilkan wajah cantik Victoria dengan tas yang dijinjing ditangan kanannya. Senyum indah terukir diwajah lelahnya, “Kalian disini. Luna dan Sulli sudah menunggu di mobil. Mereka ingin langsung pulang ke dorm dan beristirahat. Bagaimana dengan kalian?”
“Aku akan menemani Amber potong rambut. Kalian pulang saja dulu”.
Victoria menganggukkan kepalanya mengerti. Masih dengan senyum diwajahnya menatap Amber yang menutup matanya.
“Baiklah. Jangan sampai kelelahan. Amber masih sakit sepertinya. Aku akan memasak makan malam untuk kita.”
Soojung hanya memberikan senyum tipisnya menanggapi perkataan dari leader grupnya itu. Victoria menutup kembali pintu ruangan dan melenggang pergi meninggalkan Soojung dan Amber didalam.
“Amber, kau dengar? Ayo kita bergegas. Jangan membuat mereka menunggu lama di dorm.”
Soojung berusaha membangunkan Amber. Entah perempuan tampan itu benar tertidur atau hanya pura-pura, ia tidak tahu. Yang jelas sekarang mereka harus segera pergi agar bisa cepat beristirahat. Jujur saja, Soojung sudah merasa sangat lelah. Persiapan untuk comeback kali ini rupanya menguras banyak tenaga dan pikirannya.
“Eung..” Amber nampak menggeliat masih dengan mata terpejamnya. Menenggelamkan wajahnya diperut Soojung. Memeluk pinggang perempuan cantik itu.
“Ya! Stupid. Aku menyuruhmu bangun bukan malah tidur. Hentikan akting burukmu ini. Aish dasar stupid”.
Amber malah semakin mengeratkan pelukannya. Namun belum sampai lima detik rambutnya ditarik keras. Membuatnya memekik dan segera bangun. Mengusap kepalanya dengan wajah meringis. Tarikannya masih saja menyakitkan. Batin Amber.
Tanpa menghiraukan wajah memelas Amber, Soojung melangkahkan kakinya menjauh dari perempuan tampan itu. Tanpa berbalik ia membuka pintu lebar-lebar dan berucap keras, “Stupid”. Lalu melangkah semakin jauh meninggalkan Amber yang tengah tersenyum.
Amber pov
“Stupid”.
Lucu sekali. Dia ini marah atau tidak? Lagaknya saja marah padaku. Tapi lihatlah suaranya saja tidak membuatku takut sedikitpun. Yang ada aku malah tersipu melihat tingkahnya. Astaga Soojung kenapa kau selalu membuatku tersipu hanya dengan tingkah sederhanamu?
Yah, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Aku hanya merasa nyaman berada didekatnya. Bukan hanya nyaman kurasa. Aku merasa sangat bersemangat jika bersamanya. Seakan semua beban dihidupku hilang untuk sejenak.
Komentar-komentar miring para haters memang membuatku terusik, nyaris kehilangan akal saat menghadapi kata pedas dari mereka. Atau tingkah sasaeng fans yang mudah sekali mendapatkan nomor ponselku dan menerorku setiap saat. Lebih ekstrem dari itu, bahkan beberapa dari mereka berhasil menyelipkan hidden camera di dorm kami. Sangat memuakkan bukan?
Tapi Soojung selalu bisa membuatku tenang. Membawaku kembali ke kesadaran. Entahlah hanya ia yang mampu membuatku tenang. Bukan Manajer hyung, bukan pula Victoria yang notabene leader kami. Hanya Soojung. Bukan yang lain. Tidak seorangpun.
Aku ingat saat kami sedang melakukan siaran Live ada seorang yang berkomentar miring tentangku. Jika bukan karena Soojung yang menggenggam tanganku mungkin aku sudah mengeluarkan umpatan kasar. Sesederhana itu ia mampu membuatku tenang.
Ting!
Lamunanku seketika buyar ketika ponselku berbunyi nyaring. Hanya sebentar menandakan ada pesan masuk. Bibirku terangkat membentuk senyum tipis melihat pengirim pesan.
From: Princess
‘kau jadi potong rambut atau tidak? Jangan sampai aku berubah pikiran’
Aku semakin tersenyum membaca pesannya. Hanya membaca pesannya saja sudah membuatku senang. Tanpa pikir panjang aku langsung menghubungi nomor Soojung. Meraih jaket yang tersampir dikursi, lalu melangkah keluar dari ruangan.
Soojung pov
Aku menyandarkan punggungku di tembok parkiran. Sial. Aku lupa kami hanya membawa satu mobil dan sudah dipakai Manajer oppa untuk mengantar Vic-omma, Luna-unnie dan juga Sulli. Tahu begini aku tidak mau menemani Amber memotong rambutnya. Aku makin kesal dibuatnya. Bukankah Amber yang mengajakku? Tapi kenapa dia malah asik di ruang tunggu? Apa dia tidur lagi? Bahkan pesanku tidak dibalas sama sekali. Oh gosh, aku harus menarik rambutnya lagi. Ah tidak, aku akan menyuruhnya tidur di sofa malam ini.
Drrt.. Drrt..
Ponselku bergetar. Dengan segera aku melihat siapa yang menghubungi. Stupid itu rupanya. Dengan perasaan kesal aku menggeser layar untuk mengangkat panggilannya.
“Wae? Tidak jadi? Ya sudah aku akan meminta manajer oppa menjemputku”.
‘Lalu kau akan meninggalkanku diparkiran sendiri?’
Mendengarnya berbicara seperti itu membuatku berdiri tegap. Menatap sekeliling mencari Amber. Dan benar saja, ia baru keluar dari gedung. Berdiri dengan senyum lebar diwajahnya. Lihatlah wajah tanpa dosanya itu setelah membuatku kesal. Aku menjauhkan ponsel dari telingaku lalu mengakhiri panggilan. Perlahan dia melangkah menghampiriku. Sangat tampan. Aish apa yang ku pikirkan. Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat. Mencoba bersikap tenang saat dia sudah berada tepat didepanku.
“Sudah berubah pikiran? Hmm aku harus naik motor sendiri”. Ia melenggang pergi begitu saja tanpa menunggu jawabanku.
Sontak aku berjalan cepat menghampirinya. Berdiri tepat didepannya dengan menyilangkan kedua tangan didada.
“Wait. What? Kau naik motor? Bagaimana bisa? Kapan kau membawa motor kemari?”
Bukannya menjawab ia malah tersenyum meledek. Ingin sekali aku menarik rambutnya yang kini mulai panjang. Namun urung ku lakukan, aku balas menatapnya tajam. Namun tampa sadar senyum lembut mengembang dalam wajahku.
“Jadi kau mau ikut denganku atau tidak? Sebenarnya aku bisa saja pergi dengan Dani. Dia sempat memintaku untuk bertemu. Tidak masalah kan?”
Apa tadi katanya? Dani? Ah ternyata ia masih berhubungan baik dengan perempuan itu. Ya ku akui Dani memang perempuan yang cantik. Tapi tidak sebanding dengan kecantikanku kan? Aish kenapa aku malah membandingkan diriku dengannya? Apa yang terjadi padaku? Astaga aku sudah tidak waras sekarang. Apa aku cemburu? Tidak mungkin kan? Ya. tentu saja itu tidak mungkin terjadi. Amber adalah teman kerjaku di dunia hiburan. Tidak lebih. Lagipula dia perempuan sama sepertiku. Aishh...
Pukk
“Aww. Kenapa kau memukul keningku?” Aku meringis mengusap kening bekas sentilan jarinya.
“Kau tidak mau ikut? Okey aku akan pergi bersama Dani saja”. Lagi, ia melenggang menjauh dariku.
Aku menarik tangannya kasar. Membuatnya berbalik dan mengikuti langkah cepatku. Astaga kenapa aku bisa sekesal ini hanya mendengar bahwa Amber akan pergi bersama perempuan lain?
“Hey, Stop”. Ia menarik tanganku kuat membuatku berhenti melangkah. Berbalik, menatapnya dengan nafas terengah. Sedangkan Amber? Dia hanya menampilkan wajah dorkynya setelah berhasil membuatku kesal untuk yang kesekian kalinya.
“Wae? Wae? Kau tidak jadi memintaku ikut? Kau akan pergi dengan Dani? Atau siapapun itu, hah? Lalu kenapa kau mengajakku tadi? Aku bisa saja pulang bersama Vic-omma dan yang lain. Kenapa mempersulitku seperti ini? Ishh..”
“Motorku ada disebelah sana. Kenapa kau membawaku masuk ke gedung lagi?”
Untuk beberapa saat aku terkesiap. Lalu tersadar akan tingkah bodohku, “Sepertinya ponselku tertinggal didalam. Kita harus mengambilnya dulu”.
Bodoh. Tentu saja bodoh. Kenapa aku mengeluarkan alasan itu? Lihat saja, si stupid itu tengah menahan tawanya. Beberapa kali berdeham agar bisa tenang kembali.
“Kau punya berapa ponsel? Atau benda yang kau pegang itu adalah remote”.
Aku menundukkan kepala merutuki kebodohanku yang sudah melewati batas. Bagaimana aku bisa sebodoh ini?
Tiba-tiba saja ia berdiri dibelakangku. Melingkarkan tangannya melewati tubuhku. Menuntun tanganku untuk mengikutinya keluar dari gedung menuju parkiran. Oke aku semakin tidak waras disini.
“Kau menyebutku stupid tapi kau sendiri lebih bodoh. Pabooo”. Amber berbisik pelan. Aku menelan ludah susah payah merasakan kepalanya disandarkan ke pundakku. Apa Amber tidak sulit berjalan dengan poisi seperti ini?
Aku mengedarkan pandangan setelah keluar dari gedung. Takut-takut ada seseorang yang iseng memotret aku dan Amber yang masih bertahan dengan posisi seperti ini. Terang saja, Sulli sudah sering memelukku dari belakang seperti ini didepan banyak orang dan tidak terjadi apa-apa. Tapi bersama Amber, itu akan menjadi berita yang sangat menarik bagi para awak media.
“Sudah sampai. Ini, kau juga harus memakai helm dan masker agar tidak ada yang mengenalimu. Dan kau juga akan aman selama perjalanan”.
Ah, ternyata sudah sampai didepan motor Amber. Aku bisa bernafas lega sekarang. Kembali mengedarkan pandangan untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada orang selain aku dan Amber.
“Tidak ada yang melihat. Tidak perlu cemas”.
Aku menoleh, mendapati Amber tengah menatapku lembut dibalik helm full facenya. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Lalu memakai masker. Amber mendekat, membantuku mengaitkan kancing helm.
‘Amber kenapa kau selalu bersikap seperti ini padaku. Hentikan atau aku akan jatuh padamu’
“Siap berpetualang Princess?”
Aku mengerjap. Mengatasi kegugupanku lalu mengangguk antusias. Mengikuti jejaknya menaiki motor. Amber mulai melajukan motornya meninggalkan area parkir gedung M Countdown.
Bersambung
Review :
“Aku lelah”.
“Mian sudah membuatmu kesal”.
“Tidurlah. Udara semakin dingin. Kau beruntung aku memilikki tubuh yang hangat”.-----------
Anyeong para readers, ini pertama kalinya aku bikin cerita tentang Kryber. Sebelumnya bikin cerita tentang couple lain. Jadi mohon maklum kalau ada yang kurang berkenan😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure Thing (Lengkap)
FanfictionLove you like a brother Truth you like a friend Respect you like a lover