Sure Thing
Chapter 21
----------
Author pov
Jessica sudah berjanji untuk menjemput, tapi Soojung langsung datang ke apartemen. Ia hanya merasa khawatir jika Jessica harus mengemudikan mobil dalam pikiran yang kacau. Ia tidak mau terjadi hal buruk pada kakaknya.
Soojung melangkahkan kakinya tergesa-gesa. Menyusuri setiap lorong apartemen dengan perasaan tidak karuan. Apa Jessica sedang meringkuk di dalam selimut sekarang? Apa kakaknya itu sedang mabuk berat? Tidak. Jessica tidak akan mabuk jika ada masalah. Keluarga Jung tidak kuat minum.
Ia menghela napas sebelum membuka pintu kayu besar di hadapannya. Suasana dingin menusuk kulitnya begitu ia masuk ke dalam apartemen. Keningnya mengernyit mendapati ruangan itu kosong.
“Unnie? Kau dimana?” Soojung mengedarkan pandangannya. Kakinya tidak berhenti melangkah menyusuri setiap sudut apartemen Jessica.
Ia berhenti sejenak untuk menatap pintu ruangan yang masih tertutup. Itu kamar Jessica. Apa ia berada di sana?
Soojung membuka pintu dengan tulisan ‘Jess’ itu. Menghembuskan napas lega setelah melihat Jessica tengah duduk menonton televisi di depannya. Perlaha. Ia melangkah menghampiri Jessica setelah sebelumnya menutup pintu lebih dulu.
“Kenapa tidak menelepon? Aku sudah bilang akan me jemputmu”
Soojung menggelengkan kepalanya. Ikut duduk bersandar di sebelah Jessica, “Ponselku mati tadi jadi tidak bisa menghubungimu”
“Bohong. Kau bisa menggunakan ponsel Amber seperti biasanya kalau memang ponselmu mati”
Soojung tersenyum masam mendengar kalimat Jessica. Kakaknya itu belum tahu bahwa ia dan Amber sedang bertengkar dan saling mengabaikan. Atau sebenarnya Amber lah yang mengacuhkannya.
“Kenapa? Kalian bertengkar?”
Soojung menoleh terkejut mendapati Jessica tengah menatapnya dalam. Mereka sangat dekat hingga Jessica bisa dengan mudah membaca isi pikirannya.
“Yah. Hal seperti itu sudah biasa terjadi unnie. Sudah makan? Aku lapar” Soojung menjatuhkan kepalanya di bahu Jessica. Dengan gemas ia menggerakkan kepalanya membuat Jessica tertawa kecil.
Di usapnya kepala Soojung lembut, “Mau keluar? Unnie ingin makan yang pedas. Kau tahu? Selama di Girls Generation kami tidak boleh makan makanan yang pedas. Aku menginginkannya sekarang”
Soojung terdiam mendengar perkataan Jessica. Seolah bahagia karena sudah terlepas dari Girls Generation dan bisa melahap apapun, namun sebenarnya ia sedang mengejek dirinya sendiri yang tidak berdaya seperti ini. Ironis tapi itulah kenyataannya. Alih-alih menyalahkan takdir dan menangisinya, bukankah tertawa dan bersikap seolah bahagia lebih baik bagi Jessica? Tapi sepertinya tidak bagi Soojung.
“Ayo. Aku juga sedang kesal unnie jadi aku ingin makan pedas” Soojung berseru semangat. Namun jelas sekali tangis tertahan dalam suaranya.
Ada begitu banyak kata yang tak bisa ia ungkapkan. Begitu banyak kesedihan yang ingin ia tumpahkan. Tapi ia tidak punya tempat untuk itu. Dan untuk melampiaskan perasaannya sekarang, ia akan menjadi tempat yang nyaman untuk Jessica.
----------
“Amber unnie? Kau baik-baik saja?”
Amber menoleh sekilas lalu kembali fokus ke jalanan di depan. Tangannya masih memegang stir mobil.
“Aku baik-baik saja. Ada apa?”
Tia menggelengkan kepalanya. Masih setia menatap Amber yang tampak fokus mengemudi mobil, “Sepertinya Sulli unnie tidak menyukaiku”
“Kenapa berpikir seperti itu?” Tanya Amber pelan.
“Hanya merasa seperti itu. Sulli unnie berubah dingin saat aku menemuimu. Jadi aku pikir mungkin aku sudah membuat kesalahan”
“Kami sedang ada masalah jadi sedikit sensitif akhir-akhir ini. Bukan berarti Sulli tidak menyukaimu”
Tia terdiam sejenak. Seolah ragu untuk mengeluarkan suara lagi.
“Kenapa? Ada yang ingin kau katakan lagi?”
“Ehmm bagaimana dengan Soojung unnie?”
Amber terdiam. Entah karena tidak mendengar karena suara Tia yang teramat pelan atau memang ia tidak ingin menjawab.
“Aku lihat kalian sangat dekat sebelumnya. Tapi setelah beberapa kali bertemu aku merasa kalian tidak sedekat itu. Atau kalian memang sebenarnya-“
“Bisakah kau tidak membahasnya?” Sela Amber cepat sebelum perempuan itu melanjutkan kalimatnya. Ia benar-benar masih kecewa pada Soojung ternyata.
“Ah, iya. Maafkan aku unnie”
Amber tidak menjawab. Lebih memilih fokus pada kemudi yang di pegangnya. Membiarkan perempuan di sebelahnya merasa menyesal karena sudah membuat suasana menjadi tegang.
“Aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja aku sedang tidak ingin membahas grup kami sekarang” Ucap Amber setelah membiarkan keheningan terjadi cukup lama.
Tia menganggukkan kepalanya mengerti. Memilih diam karena merasa suasana masih tegang. Ia sendiri tidak tahu kenapa suasana menjadi seperti ini. Setelah mengisi acara bersama Grupnya F(x), Amber berubah murung. Atau lebih tepatnya setelah berbicara serius dengan Soojung. Setidaknya itu yang ia pikirkan sekarang karena ia sempat melihat Amber dan Soojung tadi.
Ia ingin menanyakan apa yang ia lihat pada Amber, tapi melihat perempuan tomboy itu yang terlihat tidak mood membuat ia mengurungkan niatnya. Memilih memendam rasa penasarannya daripada membuat Amber semakin tidak mood.
----------
Soojung dan Jessica saling berpandangan dengan mata berbinar setelah Bibi Song menyajikan Jjamppong ke atas meja di depan mereka.
Mereka berdua memang datang ke tempat makan milik Bibi Song, tetangga rumahnya yang dulu ketika mereka belum menjadi trainee di SM. Saat itu Bibi Song belum memiliki tempat makan yang ramai seperti ini.
“Terima kasih Bibi. Ini terlihat sangat lezat sampai air liurku terasa keluar” Ucap Jessica membuat Bibi Song tersenyum lembut.
“Sudah lama kalian tidak datang kemari. Hari ini kalian tidak perlu membayar. Anggap saja hadiah dari penggemar”
Jessica dan Soojung sama-sama tersenyum menatap Bibi Song. Mengucapkan terima kasih sebelum wanita paruh baya itu masuk ke dalam dapur lagi.
“Wah ini terlihat sangat pedas. Apa unnie kuat?”
Jessica membalas tatapan Soojung, “Lebih merah dari terakhir kali kita kemari. Tapi tak apa, akan lebih baik kalau rasanya benar-benar pedas. Ayo siapa yang habis lebih dulu dia yang menang”
“Ada hadiah untuk yang menang?”
“Yang menang akan mendapat Sari anggur dari yang kalah”
Soojung mengangguk setuju, menatap Jessica dengan penuh semangat, “OK. Setuju. Aku akan membuatmu membeli anggur untukku unnie”
“Hanya dalam mimpimu Soojung”
Dan benar perkataan Jessica. Hanya dalam mimpi Soojung saja ia akan membelikan anggur. Bukan karena Jessica yang memenangkan perlombaan makan ini, tapi karena mereka yang tidak kuat lagi melanjutkan makan Jjamppong yang terasa membakar mulut mereka begitu menyuapkan sesendok Jjamppong.
“Aku tidak kuat lagi unnie. Ini sangat pedas. Aku tidak bisa menghabiskannya” Soojung kembaki menenggak air putih di depannya. Ini sudah ke sekian kali ia mencoba melawan rasa pedas itu namun kali ini ia seperti sudah akan mati. Ia menyerah.
“Tapi ini sangat enak Soo-ah. Kita harus menghabiskannya”
Soojung menggelengkan kepalanya pelan, “Tidak unnie. Sudah cukup. Unnie akan sakit perut nanti”
“Tidak akan Soojung. Ini sangat enak”
Jessica terus memasukkan sendok berisi Jjamppongpedas itu ke dalam mulutnya membuat sensasi terbakar kembali ia rasakan. Matanya tampak merah dan berkaca-kaca. Keringat sudah membanjiri pelipisnya.
Soojung tahu. Jessica tidak sepenuhnya menikmati Jjamppong di depannya. Itu hanya pengalihannya saja supaya bisa menangis dengan puas tanpa seorang pun tahu.
Jessica sengaja memilih makanan yang sangat pedas untuk bisa mengeluarkan perasaannya. Amarah, kesedihan, kekecewaan dan ketidak berdayaan. Membuatnya dengan senang hati membuat mulutnya terbakar rasa pedas.
“Unnie aku bilang cukup. Sudah ayo kita pergi” Soojung berusaha menghentikan tangan Jessica yang hendak memasukkan sendok itu ke dalam mulutnya. Namun lagi-lagi tangannya di hempas kuat oleh Jessica dengan tatapan tajamnya.
“Kau tidak mengerti Soojung. Aku sangat menyukainya. Aku tidak akan melepaskannya begitu saja”
Soojung meringis. Mengerti akan maksud dari ucapan Jessica. Ia tahu, impian terbesar kakaknya adalah membangun sebuah bisnis fashion.
Dan sekarang Jessica telah berhasil mendapatkannya. Tapi ia juga harus melepaskan keluarga yang sudah bertahun-tahun bersamanya. Girls Generation. Ia tidak bisa mendapatkan keduanya. Dan itu membuatnya benar-benar merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Dan tidak berdaya.
Soojung menutup wajahnya dengan menggunakan tangan. Ia tidak bisa lagi menahan air matanya agar tidak keluar. Melihat Jessica seperti ini benar-benar membuat dadanya sesak. Luka di hatinya bertambah besar.
“Aku yang menghabiskan Jjamppong ini dan kau yang menangis? Ada apa? Kenapa? Apa Amber menyakitimu?”
Soojung menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Masih dengan tangan yang menutup wajahnya. Bukan Amber yang menyakitiku Unnie. Tapi aku yang telah membuat Amber sakit. Dan aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Aku terluka melihatmu kesakitan.
Ingin sekali Soojung mengutarakan perasaannya pada Jessica, namun bibirnya terkatup rapat. Tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Hingga akhirnya isakan pelan yang keluar dari mulut Soojung.
Jessica terdiam. Tertegun melihat Soojung yang semakin terisak. Mau tidak mau isakan yang sedari tadi ia tahan mulai terdengar.
“Unnie kenapa harus seperti ini”
Jessica beranjak. Berpindah tempat duduknya hingga kini sudah di sebelah Soojung. Membawa adiknya itu ke dalam pelukannya. Terisak bersama.
Beruntungnya mereka karena memilih ruangan privat hingga hanya ada mereka berdua di dalam. Tanpa seorang pun yang akan tahu bahwa sepasang kakak adik ini tengah menangis bersama.
-----------
Amber menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Membuat Victoria dan Luna yang tengah menonton televisi mengalihkan pandangannya.
“Kau benar-benar datang Amber”
Amber melirik sekilas ke arah Victoria dengan senyum tipis lalu memejamkan matanya rapat, “Aku selalu menepati kata-kataku”
Victotia tersenyum lembut menatap Amber, “Kau sedang ada masalah apa dengan Soojung, Amb?”
“Tidak ada. Aku hanya kelelahan dan sedikit tidak fokus”
“Aku melihatmu berbicara serius dengan Soojung. Setelah itu kalian seperti tidak saling mengenal dan yah kalian membuat kami curiga” Penjelasan dari Luna membuat Amber membuka matanya cepat. Menatap dalam mata Luna yang juga tengah menatapnya.
“Hanya bertengkar seperti biasanya. Nanti juga akan kembali akrab lagi”
“Tidak terlihat seperti itu” Ucap Victoria membuat Amber mengernyit heran, “Tidak biasanya kalian seperti ini. Semarah apapun kau, tidak akan tega membiarkan Soojung menanggung beban sendirian. Tapi hari ini yang kami temui seolah bukan dirimu Amb. Maaf” Lanjut Victoria.
“Begitu ya? Aku tidak merasa seperti itu. Mungkin karena aku lebih sibuk sekarang dan jarang berkumpul dengan kalian jadi sedikit terasa berbeda”
Luna menyipitkan matanya, “Apa yang membuat kalian bertengkar?”
“Hanya masalah kecil” Ucap Amber singkat disertai senyuman mengembang di wajahnya.
Namun Luna tetap tak bergeming. Masih menatap Amber dengan tajamnya, “Soojung berbuat apa padamu hingga kau mengabaikannya?”
“Ck. Kenapa kau sangat penasaran Lu. Kau tahu aku dan Soojung segera membaik. Ini tidak seperti dirimu yang ku kenal Lu”
“Aku melihatnya sendiri Amber. Setelah bertengkar dengan Soojung kau langsung pergi dan Soojung menangis di tempatnya. Aku belum pernah melihat caramu menatap Soojung penuh kemarahan seperti tadi jadi itu sedikit menggangguku” Jelas Luna.
Amber tampak menghela napasnya, menatap Luna dan Victoria secara bergantian sebelum berucap, “Soojung sudah membuatku kecewa. Hanya itu yang bisa aku katakan pada kalian”
“Kenapa? Ada apa ini? Apa yang dilakukan Soojung?”
Amber menggeleng pelan membalas tatapan penuh ingin tahu Victoria, “Aku janji ini tidak akan berdampak pada F(x). Aku lelah dan ingin segera tidur. Selamat malam Vic-omma. Selamat malam Lulu” ucapnya kemudian beranjak dan berlalu dari hadapan Victoria dan juga Luna.
----------
“Kenapa kalian bertengkar?”.
Soojung mengangkat kepalanya menatap Jessica. Setelah puas berkeliling mereka berdua kembali ke apartemen Jessica jam 9 malam. Kini mereka tengah berbaring bersama di tempat tidur.
“Aku dengan Amber?”
Jessica mengangguk kecil. Tangannya masih mengelus rambut Soojung dengan sayang. Sedangkan matanya fokus menatap layar televisi di depannya tanpa berniat berpaling darinya.
Soojung menghembuskan napas berat. Mengalihkan pandangannya ke layar televisi sembari mengeratkan pelukannya pada Jessica, “Amber sudah tahu hubunganku dengan Kai hanya settingan dan dia sangat marah”
“Oh benarkah? Bagaimana Amber bisa tahu? Apa kau memberitahunya?”
“Aku juga tidak tahu unnie. Tiba-tiba saja Amber mengabaikanku lalu setelah aku memaksa berbicara dia langsung marah padaku”
Jessica menganggukkan kepalanya mengerti, sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk menggenggam tangan Soojung yang berada di perutnya, “Hal ini sudah biasa bagi kalian kan? Unnie yakin besok kalian akan akrab lagi”
Soojung hanya berdehem menanggapi Jessica. Masalahnya dengan Amber tidak se sederhana yang orang lain pikirkan. Ia tidak pernah melihat Amber semarah itu padanya. Terlebih Amber selalu menepati kata-katanya. Dan ia takut Amber bersungguh-sungguh saat memintanya untuk tidak saling mempedulikan lagi. Apa Amber benar-benar kecewa padanya?
Tapi bukankah Amber begitu egois padanya? Bukankah seharusnya Amber mendengarkan penjelasannya dulu? Atau setidaknya Amber tidak perlu mengatakan bahwa mereka tidak perlu saling mempedulikan satu sama lain lagi. Itu sangat tidak masuk akal. Semua orang pernah berbuat salah, seperti berbohong. Amber dan juga member grupnya pernah berbohong mengenai masalah Jessica. Dan ia berusaha menerima alasan mereka berbuat demikian.
Seharusnya Amber juga berusaha mengerti bukan? Tidak langsung menghakimi dirinya dan marah begitu saja. Mereka tidak tahu alasan mengapa Soojung harus seperti ini. Tidak seharusnya Amber marah padanya. Dan sekarang Soojung merasa Amber begitu egois ia merasa marah dengan sikap Amber.
“Unnie...”
“Iya?”
“Apa Tyler oppa pernah mengatakan hal buruk padamu saat kalian sedang bertengkar?”
Jessica terdiam sejenak. Mengalihkan pandangannya menatap Soojung, “Tidak pernah sekalipun”
“Apa Tyler oppa pernah memintamu untuk tidak ikut campur dalam urusannya”
“Setiap orang punya privasinya masing-masing Soo-ah. Kalau orang itu meminta untuk tidak di campuri urusannya, unnie rasa itu hal yang wajar. Tyler juga pernah memintaku untuk tidak ikut campur, tapi hanya dalam beberapa hal yang memang menjadi urusannya”
“Bagaimana kalau Tyler oppa memintamu untuk tidak lagi peduli padanya?”
Jessica mengernyitkan keningnya, “Kau sedang membicarakan Amber ya?”
Soojung terhenyak. Menggeleng dengan panik, “Tidak. Hanya penasaran dengan hubunganmu dengan Tyler oppa”
“Soojungie. Unnie mengenalmu lebih dari dirimu sendiri. Kau tidak bisa berbohong pada unnie”
“Baiklah aku mengaku. Aku memang membicarakan Amber”
“Apa masalahnya seserius itu Soojung?”
“Kurasa”
“Kau belum berbicara dengannya lagi?”
“Tentu saja belum. Pagi tadi dia sangat marah padaku. Bukankah seharusnya Amber mendengar penjelasanku dulu? Aku juga sangat marah padanya sekarang”
“Apa unnie perlu bicara dengan Amber?”
Soojung menggeleng cepat, “Tidak perlu unnie. Kenapa harus melakukan itu. Kami akan baik-baik saja”
“Baiklah. Kalau butuh sesuatu bicara saja pada unnie”
“Aku sangat menyayangimu unnie”
Jessica membawa Soojung ke dalam pelukannya. Membawa adiknya itu dalam ketenangan. Meskipun dirinya sendiri sekarang sedang dalam keadaan yang benar-benar buruk dengan berbagai pikiran berkecamuk.
----------
Ini sudah satu minggu setelah pertengkaran Soojung dan Amber. Satu minggu pula Soojung tidur di apartemen Jessica.
Member F(x) tengah menikmati waktu santai mereka dengan menonton televisi di dorm.
Pintu dorm terbuka membuat mereka semua menoleh dan memekik senang melihat kedatangan Soojung. Memang selama satu minggu ini Soojung tidak pulang ke dorm meski hanya sebentar.
“Soojungie kenapa kau baru kemari” Keluh Sulli begitu Soojung menjatuhkan tubuhdi sebelahnya.
“Keadaan unnie semakin memburuk jadi aku tidak tega untuk meninggalkannya”
“Jessica unnie sakit?” Tanya Luna.
Kini pandangan mereka sepenuhnya tertuju pada Soojung. Tentunya kecuali Amber. Perempuan tomboy itu masih fokus pada laya besar di depannya. Seolah kehadiran Soojung bukanlah sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya.
“Unnie tidak sakit secara fisik. Tapi mentalnya sekarang sedang tidak baik. Dia selalu melamun dan tidak fokus”
“Unniemu pasti sangat tertekan. Girls Generation adalah hidupnya dan sekarang ia harus melepaskannya. Itu sesuatu yang sangat sulit di lakukan”
Soojung mengangguk menanggapi perkataan Victoria. Tidak berniat membuka suara lagi. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Amber yang berada di sofa lain.
“Kau sudah makan?” Tanya Victoria begitu merasakan suasana tegang di sekitarnya.
“Sudah Vic-omma”
Dan kembali hening. Victoria tidak tahu lagi harus mengatakan apa untuk mencairkan suasana. Begitu pula dengan Luna dan Sulli. Selama bertahun-tahun mereka bersama, tidak pernah sekali pun merasa suasana yang benar-benar aneh seperti sekarang hanya karena Soojung dan Amber yang tak kunjung membaik.
“Sore ini agensi akan merilis pernyataan keluarnya Jessica unnie dari SM dan juga Girls Generation”
Mereka terhenyak. Serentak menatap Soojung. Perkataan Soojung kali ini membuat Amber mengalihkan pandangannya dan menatap perempuan yang kini tengah melihat layar televisi dengan datar.
“Aku kira masalah ini masih bisa di selesaikan dan SM akan memikirkan kembali keputusan unnie. Tapi ternyata mereka benar-benar melakukan ini pada unnie”
Ya, benar. Itulah yang ada di pikiran mereka semua. Mereka kira dengan agensi menunda perilisan keluarnya Jessica karena masih akan berdiskusi karena itulah mereka sangat terkejut mendengar penuturan dari Soojung.
“Soojung, kalian pasti bisa melewati ini” Luna mengelus lengan Soojung lembut. Matanya tak lepas memandang Soojung yang entah sejak kapan sudah berkaca-kaca.
“Aku takut ini juga akan terjadi padaku” Bisik Soojung dengan suara tertahan.
“Apa yang kau takutkan Soojung? Jessica unnie ada dalam keadaan harus memilih antara bisnisnya atau grupnya. Sedangkan kau, tidak ada yang perlu di takutkan. Maksudku, kau tidak ada alasan untuk memilih sesuatu atau F(x)”
Soojung terdiam. Membernya tidak tahu apa yang tengah di hadapinya. Membernya tidak mengerti bagaimana perasaan takut itu datang bahkan disaat Soojung tidak memikirkannya.
“Apa ada yang kau sembunyikan Soojung?”
Soojung menoleh menatap Sulli, “Aku hanya takut suatu saat aku harus pergi”
“Apa yang kau bicarakan hah? Kau ingin keluar? Ada masalah apa dengan agensi? Atau diam-diam kau juga membangun sebuah bisnis di belakang kami?”
“Tidak Luna unnie. Seperti yang aku bilang, beberapa hari ini aku hanya memikirkan Jessica unnie dan itu membuatku takut”
Victoria tersenyum lembut, menyeka air kata yang perlahan jatuh di pipi Soojung, “Tidak akan ada hal buruk padamu Soojung. Kau hanya harus fokus pada apa yang sudah kami miliki sekarang dan jangan cemaskan sesuatu yang tidak terjadi. Kau tahu F(x) akan selalu bersamamu”
Hati Soojung menghangat. Kalimat yang dilontarkan oleh Victoria membuatnya sedikit tenang untuk saat ini. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman kecil.
----------
‘Jessica Jung Resmi Akhiri Kontrak dengan SM ENTERTAINMENT & GIRLS GENERATION’
Soojung terdiam. Matanya nyalang menatap layar televisi di depannya. Tidak ada sedikitpun suara yang keluar dari mereka. Hanya layar besar di depan yang memecah keheningan.
Tatapan mereka terpaku pada Soojung. Jelas sekali perempuan itu menahan diri untuk tidak meluapkan emosinya. Meskipun ia sudah tahu kondisi kakaknya, namun melihat berita itu dengan cepat menyebar bahkan di televisi membuat Soojung begitu terpukul. Sedih. Kecewa dan amarah.
Bukan karena keputusan Jessica, tapi karena orang-orang berpikir keluarnya Jessica karena lebih memilih menjalin bisnis dengan Tyler, kekasihnya. Mereka berpendapat Jessica tidak bersikap profesional dan lebih memilih Tyler yang baru ia kenal daripada SM yang sudah bertahun-tahun dengannya.
Dan itu membuat Soojung benar-benar merasa ketidak adilan yang terjadi pada kakaknya. Jessica sudah banyak merasakan penderitaan, bahkan ketika harus dihadapkan pada dua pilihan. Perempuan itu sudah berada dalam keputus asaan. Dan berharap ketika ia sudah memilih apa yang menjadi impiannya sejak kecil, ia bisa merasakan ketenangan. Namun ketenangan yang ia harapkan tidak berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang berusaha menjatuhkan Jessica memanfaatkan kesempatan ini untuk semakin menyebar kebencian pada Jessica dan juga Soojung.
“Kau ingin ke apartemen Jessica?” Victoria bertanya pelan.
Soojung menggelengkan kepalanya pelan, “Jessica unnie sedang ingin sendiri. Aku juga tidak mau membuatnya semakin sedih kalau aku menemani dan malah meluapkan perasaanku”
Victoria mengangguk mengerti. Di usapnya punggung Soojung lembut. Sedikit berharap maknae grupnya itu akan mengeluarkan perasaannya pada mereka. Setidaknya perasaan Soojung akan lega setelah menangis.
“Aku akan tidur. Jangan khawatirkan aku dan makan malamlah dulu” Ucap Soojung lalu beranjak.
Mereka terkejut ketika Soojung masuk ke dalam kamar yang ditempati Sulli dan bukannya kamar miliknya dengan Amber. Apa Soojung sedang menghindari Amber. Atau karena ia memang sedang ingin tidur bersama Sulli. Entahlah tidak ada yang tahu bagaimana perasaan Soojung yang sesungguhnya.
“Kau tidak berniat untuk berbicara dengan Soojung?”
Amber menoleh. Membalas tatapan Sulli, “Kenapa harus aku? Kalian bisa memulainya lebih dulu”
“Dasar bodoh. Aku tidak sedang membicarakan kita maupun Jessica unnie. Tapi kau dan Soojung. Sampai kapan kalian akan saling mengabaikan seperti ini?”
“Sampai Soojung mengerti kesalahan yang sudah ia perbuat”
“Disaat seperti ini?” Sulli menatap Amber tidak percaya, “Kau tidak lihat bagaimana keadaan Soojung? Dia tidak ada waktu untuk memikirkan kesalahannya. Bukan berarti ia tidak mau. Tapi kau tahu sendiri Amb, Jessica unnie sedang ada masalah dan itu membuat Soojung tertekan. Bagaimana kau bisa bersikap seperti ini”
“Lalu aku harus apa? Aku juga sakit melihat Soojung seperti ini. Tapi di lain sisi aku juga terluka mengingat apa yang dilakukan Soojung”
“Memangnya apa yang sudah Soojung lakukan? Apa benar-benar menyakitimu hingga kau tega mengabaikan Soojung seperti ini?”
Dan sekarang keluarlah amarah yang sejak beberapa hari Sulli tahan. Memang semenjak hubungan Amber dengan Soojung merenggang, Sulli yang paling terganggu.
“Ya. Soojung sudah menyakitiku sampai aku benar-benar kecewa dan tidak peduli padanya. Kau puas?”
“Apa yang Soojung lakukan, hah?”
“Aku percaya pada Soojung sepenuhnya. Tapi lihatlah, bahkan Soojung tidak peduli pada perasaanku. Tidak peduli apa aku terluka atau tidak, Soojung tetap melanjutkan hubungan palsunya dengan Kai. Tanpa memberitahu padaku sebelumnya. Dia membiarkan aku terluka”
Mereka tersentak mendengar penuturan Amber. Jadi, selama ini perkiraan mereka yang menduga bahwa hubungan Kai dan Soojung palsu benar adanya?
“Kenapa? Kenapa hal itu sampai menyakitimu? Soojung pasti punya alasan mengapa harus menyembunyikannya. Aku juga terluka karena dibohongi seperti ini. Tapi itu tidak membuatku lantas kecewa dan tidak mempedulikan Soojung lagi. Kenapa kau benar-benar mengabaikan Soojung? Kenapa?”
“Karena aku mencintainya” Seru Amber dengan napas memburu.
Hening seketika. Tidak ada yang mengucapkan sepatah katapun setelah Amber berseru. Mereka terkejut. Tentu saja. Meskipun mereka sudah tahu bagaimana perasaan Amber pada Soojung, tapi mendengar sendiri bagaimana Amber berkata mencintai Soojung dengan amarah yang membuncah membuat mereka benar-benar terkejut. Dan terlebih lagi Soojung berada di dorm. Apa perempuan itu mendengar perkataan Amber?
Tanpa sepatah kata Amber berlalu dari hadapan mereka. Keluar dari dorm dengan amarah yang masih menguasai dirinya.
“Amber..” Bisik Sulli.
Luna dan Victoria segera menghampiri Sulli dan menuntunnya agar duduk di atas sofa ketika perempuan itu akan limbung karena badannya yang lemas.
“Aku akan ambil minum. Istirahatlah di kamar kami” Ucap Luna lalu beranjak ke dapur.
“Aku akan tidur bersama Soojung saja Vic-omma. Tidak apa” Ucap Sulli begitu selesai menenggak air yang dibawa oleh Luna.
“Kau yakin?”
Sulli mengangguk yakin menatap Victoria dan Luna bergantian, “Aku akan masuk sekarang. Kalian juga istirahatlah. Besok aku akan bicara dengan Amber” Ucapnya dan berlalu menuju kamarnya. Meninggalkan Victoria dan Luna dengan perasaan tidak karuan.
Bersambung
Preview:
“Kau jahat Soojung. Kau benar-benar jahat”
“Tidak mungkin. Maksudmu, aku dan Soojung berciuman?”
“Itu tidak sebanding dengan teriakanmu semalam. Kau bahkan mengucapkan kata-kata kotor. Aish. Aku masih kesal mengingatnya”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure Thing (Lengkap)
FanfictionLove you like a brother Truth you like a friend Respect you like a lover