Sure Thing
Chapter 7
----------
Author pov
Myungsoo tersenyum tipis memperhatikan Soojung yang tengah membuat sandwich untuknya. Sebenarnya mereka bisa saja memesan makanan, namun Myungsoo menolak. Tidak ingin ada seorangpun yang datang ke apartemennya. Dan disinilah Soojung berada. Didapur mewah milik Myungsoo, sibuk membuat sandwich.
“Nah, sudah selesai. Ini, makanlah. Kau terlihat sangat menyedihkan oppa”. Soojung meletakkan sandwich yang terlihat lezat itu dihadapan Myungsoo.
“Sepertinya kau pandai memasak, Soo.”
“Ah, tidak juga. Aku hanya bisa membuat sandwich dan ramen. Kau tahu, aku memang perempuan, tapi membuat makanan adalah kelemahanku”.
Myungsoo terkekeh kemudian mulai menggigit sandwichnya. Menatap Soojung sambil terus mengunyah, “Lumayan. Tidak terlalu buruk. Setidaknya aku tidak akan kelaparan. Gomawo”.
“Dasar bodoh. Kenapa bersembunyi seperti ini, hah? Kau ingin mati kelaparan?”
“Biarkan saja. Kau akan datang begitu aku telfon. Maka aku tidak akan mati kelaparan”.
“Tidak. Aku tidak akan datang lagi. Kenapa kau harus menelfonku padahal ada Nayoung unnie. Kau tidak takut jika dia tahu aku ada disini?”
Myungsoo melahap habis sandwich buatan Soojung. Meneguk segelas air putih, “Apa yang harus aku takutkan. Aku akan sendirian nantinya”.
“Apa maksudmu?” Mata Soojung menyipit. Otaknya berputar mencerna maksud dari laki-laki yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu.
“Ini terakhir kalinya aku memanggilmu. Kau tenang aja Soojung”.
Soojung berdecak kesal. Menyandarkan punggungnya disofa dengan kedua tangan yang menyilang didepan dada, “Kau akan bunuh diri?”
Seketika Myungsoo tertawa keras mendengar perkataan dari Soojung. Tidak lama, hanya beberapa detik ia tertawa lalu kembali terdiam. Memperlihatkan senyum manisnya.
“Aku tidak sebodoh itu untuk mengakhiri hidup. Aku sangat berterima kasih padamu Soojung. Aku tidak akan melupakanmu. Kau tenang saja, ara?”
“Ish. Apa yang kau maksud oppa. Aku bahkan tidak mengerti sama sekali”.
Tanpa menjawab perkataan Soojung, Myungsoo melangkah mendekati jendela kaca besar yang menghadapkannya pada pemandangan jalanan kota Seoul. Sangat indah dimalam hari.
Soojung terpekik saat Myungsoo melemparkan ponselnya begitu saja diudara. Membiarkan benda persegi itu terbang dan jatuh berkeping-keping dibawah sana. Ia segera beranjak, mendekati Myungsoo. Matanya masih menatap ngeri ke arah bawah. Dimana benda persegi itu sudah berada.
“Oppa, apa yang kau lakukan?”
Myungsoo menatap Soojung dari samping. Matanya lekat memandang Soojung yang masih terkejut. Hingga saat perempuan itu mengalihkan pandangannya, mereka berpandangan.
“Hanya kau yang langsung datang padaku saat aku menelfon, Soo. Ibuku berada di Singapura. Ayahku bahkan tidak peduli. Nayoung? Dia terlalu sibuk. Aku juga tidak ingin membuat member khawatir”.
“Jadi tidak apa kalau aku yang khawatir?” Soojung menyela. Menatap kesal laki-laki didepannya. Ia kesal, tapi tidak bisa dipungkiri. Ia juga sangat khawatir pada keadaan Myungsoo.
“Kau akan menginap?”
Soojung mengalihkan pandangannya. Semakin kesal karena laki-laki itu selalu mengalihkan pembicaraan. Jika tidak ingin menceritakan masalahnya kenapa harus memberinya teka-teki seperti ini.
“Kau bisa tidur dikamar. Aku akan tidur di sofa”.
“Aku akan ke apartemen Jessica unnie. Tidak masalah kan jika aku tinggal?”
Myungsoo tertawa kecil seraya mengacak rambut Soojung, “Aku akan lompat dari atas sini jika terjadi sesuatu”.
“Ish oppa, berhentilah bercanda. Apa kau tidak tahu aku merasa sangat cemas?”
Mereka terdiam. Saling berpandangan dengan tatapan yang sulit diartikan.
Perlahan Myungsoo meraih tubuh Soojung. Memeluknya erat.
Untuk sejenak Soojung terdiam. Namun ia mulai membalas pelukan dari laki-laki itu. Mengangkat tangannya untuk mengelus punggung Myungsoo. Ia memang tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia yakin jika keadaan laki-laki ini sedang buruk.
“Sekesal apapun aku, aku tidak akan menyerah dengan membunuh diriku sendiri, Soojung. Tidak perlu secemas ini. Kau harus mencemaskan dirimu sendiri, ara? Maafkan aku sudah membuatmu repot seperti ini. Kau tumbuhlah jadi perempuan yang kuat”.
“Aku memang kuat oppa. Bahkan aku debut diusia 15 tahun”.
“Haha, baguslah. Kau memang hebat Soojung”. Myungsoo melepaskan pelukannya, “Sudah malam. Perlu aku antar ke apartemen Jessica?”
Soojung mundur satu langkah seraya menggeleng kuat, “Tidak perlu oppa. Aku bisa memesan taksi. Kau istirahat dengan benar. Jangan pernah sekalipun berpikir untuk membunuh dirimu sendiri. Atau aku akan marah padamu”. Ia mulai melangkahkan kakinya ke arah pintu apartemen milik Myungsoo. Ponselnya sudah ia taruh didalam tas.
“Ara. Hati-hati dijalan. Terima kasih Soojung”.
Soojung berbalik. Menatap Myungsoo dengan tersenyum lalu mulai membuka pintu.
“Aku antar sampai depan”. Myungsoo berlari kecil mengejar Soojung dan berjalan beriringan.
----------
Amber pov
Ah, sial. Aku tidak bisa tidur nyenyak semalam. Berkali-kali melirik jam dinding dan pintu kamar bergantian. Keluar masuk kamar untuk memastikan apakah Soojung sudah pulang atau belum. Tapi sampai pagi ini ia belum juga menampakkan batang hidungnya. Bukankah ia bilang hanya sebentar? Ponselnya juga tidak aktif. Apa yang mereka lakukan tadi malam? Apa Soojung dengan Myungsoo melakukan hal yang tidak senonoh?
Aku menggeleng kuat-kuat. Tidak mungkin Soojung seperti itu. Aku mengenalnya sangat baik. Tapi aku tidak tahu apapun tentang Myungsoo. Bagaimana jika laki-laki itu mabuk lalu berbuat sesuatu pada Soojung? Dalam posisi seperti ini Soojung tidak akan mampu melawan Myungsoo.
“Kau masih mencemaskan Soojung?”
“Memangnya kau tidak mencemaskannya?”
Luna hanya mengangkat bahunya, “Entahlah. Tapi sepertinya Soojung baik-baik saja. Myungsoo laki-laki yang baik, aku mengenalnya. Jangan berpikiran yang tidak-tidak tentang mereka”.
“Mungkin Soojung menginap di apartemen Jessica unnie”. Sulli ikut bergabung diruang santai denganku dan Luna. Vic-omma masih ada didalam kamarnya sejak sarapan selesai.
“Yah kau benar juga. Tapi kenapa tidak menghubungiku?”
“Bisa saja ponselnya mati Amber. Sudahlah kau tenang saja. Tidak perlu secemas ini”. Sulli berkata santai sambil sesekali melahap makanan ringan yang dibawanya.
Aku hendak saja membuka mulut untuk membalas perkataan Sulli namun suara pintu terbuka disusul sosok yang sedang kami perbincangkan muncul tiba-tiba membuatku kembali menutup mulut. Bergegas menghampiri perempuan itu. Ia sudah mengganti pakaiannya, tidak seperti semalam yang mengenakan jeans panjang dengan atasan kaos putih.
Author pov
“Darimana saja kau?”
Soojung terkesiap. Menatap ngeri sosok Amber yang sudah berdiri didepannya dengan tatapan tajam. Hei, apa ada yang salah dengannya?
“Kenapa baru pulang? Kau bilang hanya sebentar. Tapi kenapa kau baru pulang pagi-pagi seperti ini?”
“Maaf..”
“Aku tidak membutuhkan maafmu. Aku butuh penjelasanmu”.
Sulli dan Luna bergidik melihat Amber yang terlihat sangat marah pada Soojung. Ia tahu, jika Amber sudah marah maka tidak ada yang bisa menghentikannya. Keluarganya sekalipun. Hanya Soojung yang mampu meredakan amarahnya. Tapi sekarang Soojung lah yang membuat perempuan tomboy itu marah. Tidak ada yang bisa dilakukan.
“Aku hanya menemani Myung oppa”.
“Sampai pagi? Apa yang kalian lakukan, hah?”
Soojung meringis, “Tidak. Aku tidak lama bersamanya. Aku menginap di apartemen Jessica unnie”.
“LALU KENAPA TIDAK MENGHUBUNGIKU? PONSELMU BAHKAN TIDAK AKTIF”.
Sulli dan Luna benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Mendengar teriakan dari Amber membuat nyali mereka menciut. Mereka takut jika ikut campur malah akan membuat Amber semakin marah. Maka mereka hanya duduk canggung, menatap Soojung prihatin sembari berdoa dalam hati semoga Amber tidak lagi marah.
“Ponselku mati jadi aku tidak bisa menghubungimu. Amber, maafkan aku”.
“KAU BISA MENGGUNAKAN PONSEL SICA UNNIE. APA AKU TIDAK PENTING BAGIMU SOOJUNG?”
Soojung terdiam. Menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap mata Amber yang terlihat sangat marah ini. Bahkan buku jarinya sudah memutih karena menggenggam ujung kemejanya kuat-kuat.
“Amber, tenanglah. Kita bisa bicarakan baik-baik”. Victoria datang dengan wajah tak kalah paniknya dengan Luna dan Sulli. Setelah mendengar teriakan dari Amber rupanya ia segera keluar dari kamar dan mendapati Soojung yang tengah berdiri ketakutan dihadapan Amber.
Suasana masih memanas. Amber tidak hentinya memandang tajam ke arah Soojung yang masih menundukkan kepalanya. Victoria membawa Soojung ke dalam pelukannya. Menatap Amber dengan penuh permohonan agar berhenti berteriak pada Soojung.
Soojung terisak pelan dipelukan Victoria.
Deg.
Apa yang kulakukan. Aku sudah membuat Soojung menangis.
“Ada hal yang lebih penting. Jika kau masih marah, keluarlah. Aku tidak ingin membuat Soojung semakin tertekan”.
Perlahan Victoria menuntun Soojung agar duduk diatas sofa. Sulli segera menghampiri Soojung, menggenggam tangannya erat. Sedangkan Luna bergegas ke arah dapur mengambil air putih untuk Soojung dan juga Amber.
“Maaf Vic-omma. Aku hilang kendali tadi”. Amber duduk diseberang sofa Soojung. Tidak melepaskan pandangannya dari perempuan yang kini sudah lebih tenang. Tidak terisak lagi. Tapi matanya masih memerah dan berkaca-kaca.
“Princess, kumohon maafkan aku. Aku benar-benar marah tadi”.
Soojung mengangkat kepalanya. Membalas tatapan Amber sendu, “Tidak apa”.
Victoria beranjak dari sofa, melangkah masuk kedalam kamarnya dan kembali dengan membawa laptop. Ia membuka laptop itu didepan Soojung. Menatap cemas ke arah perempuan yang kini tengah membaca salah satu artikel di portal berita.
“Sudah ku duga”. Soojung menghela nafas pelan. Jelas sekali raut kecemasan diwajah cantiknya.
“Apa yang akan kau lakukan Soojung?” Victoria membuka suara.
“Aku akan menunggu untuk tahu apa yang harus aku lakukan nanti, Vic-omma. Aku akan ke kamar”.
Victoria mengangguk dengan senyum diwajahnya. Mencoba menenangkan hati Soojung yang ia yakini tengah diliputi kecemasan luar biasa. Ia mengalihkan pandangannya. Melihat Amber yang mengamati kepergian Soojung.
“Kau tidak berniat minta maaf padanya, Amber?”
Suara Sulli seakan mengawali apa yang ada di pikiran Luna dan Victoria.
“Apa boleh?”
“Tentu saja bodoh. Setelah membuatnya menangis kau akan diam saja?” Luna mulai melempar bantal ke arah Amber dengan gemas.
Tanpa pikir panjang Amber segera beranjak, menyusul Soojung yang sudah masuk ke dalam kamarnya.
Amber membuka pintu perlahan. Mendapati Soojung tengah berdiri membelakanginya dengan menghadap keluar jendela. Dengan pelan-pelan Amber menutup pintu kembali agar tidak menimbulkan suara berisik. Ia mulai melangkahkan kakinya mendekati Soojung.
Diulurkan tangannya untuk memeluk Soojung. Perempuan itu tersentak, lalu sedetik kemudian menggenggam tangan Amber yang berada diperutnya.
“Kau sudah tidak marah?”
Amber menggeleng, menjatuhkan dagunya diatas bahu Soojung. Semakin mengeratkan pelukannya.
“Princess..”
“Heum”.
“Princess..”
“Ya Amber, wae?”
“Maaf sudah membuatmu menangis, Princess”.
Soojung tersenyum, “Tidak. Aku yang harusnya minta maaf.” Ia melepaskan pelukan Amber. Kemudian berbalik. Keduanya saling menatap dalam diam. Masuk ke dalam mata masing-masing.
“Maaf tidak menuruti perkataanmu. Seharusnya kau yang mengantarku pergi. Maka aku tidak akan membuatmu marah”. Soojung berhambur ke pelukan Amber. Memeluknya erat sambil menghirup kuat-kuat aroma tubuh Amber.
Amber membalas pelukan Soojung. Sesekali mencium ujung kepala perempuan berwajah dingin itu.
“Ada masalah apa dengannya? Kenapa memanggilmu tiba-tiba?”
“Aku tidak tahu. Dia tidak menceritakannya. Hanya menyuruhku untuk menemani dan membuatkannya makanan”.
“Apa? Jadi kau membuatkannya makanan? Bagaimana denganku? Aku sudah bersamamu selama 5 tahun tapi kau tidak pernah membuatkan makanan unttukku”.
“Hei, jangan marah. Aku hanya membuat sandwich untuknya. Lagipula aku tidak bisa memasak. Tapi kau tenang saja, aku akan belajar memasak agar bisa membuatkanmu makanan yang enak”.
“Kau janji?”
Soojung mendongak. Menatap Amber terseyum, “Tentu saja oppa”. Ucapnya lalu terkekeh. Kembali menenggelamkan wajahnya didada Amber. Bahkan dadanya saja terasa seperti dada laki-laki.
Mereka kembali berpelukan dengan senyum menghiasi wajah mereka. Tanpa sadar bahwa ketiga member tengah mengintip dibalik pintu yang terbuka sedikit dengan senyum menggoda mereka.
Bersambung
Preview:
“Amber oppa? Sejak kapan kau memanggilnya oppa?”
‘Jaga dirimu Soo. Jangan sampai sakit. Maaf sudah membuatmu sulit seperti ini’
“Berjanjilah untuk tidak terluka, Princess. Karena itu membuatku sakit”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure Thing (Lengkap)
FanficLove you like a brother Truth you like a friend Respect you like a lover