Chapter 2

3.4K 283 4
                                    

Sure Thing
Chapter 2

----------
Amber pov
Setelah pergi ke salon aku dan Soojung langsung pulang ke dorm. Sebenarnya aku masih ingin menghabiskan waktu bersamanya. Sekedar menonton film thriller kesukaannya di bioskop. Tapi melihat wajah lelahnya membuatku tidak tega. Dia juga sempat memarahiku karena tidak bergegas pulang padahal aku masih dalam kondisi yang kurang baik. Dia selalu menjadi yang pertama memberiku ceramahnya ketika aku sakit. Aku bersyukur akan itu. Artinya dia peduli padaku kan?
“Ah kalian sudah pulang. Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita. Sulli baru saja pergi untuk melakukan shooting CFnya jadi dia makan duluan.”
Suara Vic-omma menyambut kedatanganku bersama Soojung. Ia masih menata meja makan rupanya. Aku bergegas membantunya meletakkan piring dan sendok disetiap meja untuk kami berempat. Hal ini sudah biasa kami lakukan. Meskipun awalnya Vic-omma menolak untuk dibantu tapi aku tetap saja tidak tega padanya. Ia sudah seperti ibu bagi F(x). Bukan hanya Leader bagi kami, di belakang hiruk piruk dunia hiburan pun ia masih mempedulikan kami. Kami menyayanginya, tentu saja. Kami saling menyayangi dan melengkapi satu sama lain.
Soojung menyandarkan tubuhnya dikursi. Menatap Vic-omma intens. Apa yang ia pikirkan sekarang?
“Vic-omma”. Bisiknya dengan suara lirih. Hey, apa yang terjadi padanya.
“Wae Soojungie? Kau sakit?”
Perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Wajahnya semakin muram. Apa ia mendapat serangan dari haters lagi? Soojung cenderung akan murung jika ada haters yang menyerangnya. Tapi saat bersamaku tadi dia baik-baik saja. Tidak terlihat murung sedikitpun. Bahkan ia terus mengeluarkan lelucon yang membuatku tertawa.
Vic-omma duduk dikursinya setelah sebelumnya memanggil Luna untuk ikut bergabung.
“Aku lelah”.
Sontak kami bertiga menatap Soojung mengernyitkan kening. Apa sesuatu yang buruk memang terjadi padanya? Dia hanya lelah setelah melakukan Comeback atau lelah dengan dirinya?
“Besok aku mulai shooting My Lovely Girl. Ah eottohke. Aku harus bersikap bagaimana nanti. Aku bahkan tidak bisa membayangkannya”. Dia memainkan sendoknya diatas piring. Seolah makanan itu hanya sebuah benda tak berguna. Hash dasar anak kecil ini.
“Apa yang kau bicarakan Soojung? Kau takut jatuh cinta pada Rain oppa? Aigoo, bahkan dia sudah memiliki kekasih tercantik di Korea. Tidak akan ada skandal dating antara kalian berdua. Ara?”
Soojung menatap Luna malas. Mencibikkan bibirnya lalu kembali menyandarkan punggungnya pada kursi, “Arasso, tapi masalahnya tidak se-sederhana itu unnie. Sejujurnya aku tidak menyukai salah satu pemain. Kau tahu? Yah walaupun dia tidak terlalu menonjol dan tidak selalu muncul dalam setiap episode tapi tetap saja aku sebal”.
“Nugu? Siapa orang yang tidak kau sukai? Apa dia seorang namja?”
Soojung kembali menggeleng, menatap Luna dengan wajahnya yang memelas, “Aku tidak mungkin memberitahukannya pada kalian. Sudahlah aku tidak ingin membahas ini lagi. Kajja kita habiskan makan malam kita. Vic-omma sudah repot memasak untuk kita.”
Aku dan Luna saling berpandangan. Berkomunikasi lewat tatapan mata seolah saling bertanya ada apa dengan Soojung. Kenapa sikapnya sangat aneh. Perempuan itu sudah melahap makanannya dengan semangat sesekali memuji makanan itu yang sangat lezat. Sedangkan Vic-omma hanya mengedikkan bahu. Tidak terlalu peduli pada tingkah Soojung.
Tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu.
Aku tidak bisa menahan untuk tidak tertawa. Aku memukul meja merasa lucu atas apa yang terjadi. Aku yakin mereka sedang bertanya-tanya kenapa aku tiba-tiba saja tertawa. Tentu saja ini aneh. Melebihi tingkah aneh Soojung. Tapi sungguh aku tidak bisa berhenti.  Terus memegangi perutku yang mulai terasa kaku akibat tertawa keras tanpa henti.
“Llama kenapa kau tertawa seperti itu?” Suara Luna terdengar menuntut penjelasan.
Siapapun tolong hentikan tingkah konyolku ini. Eh tunggu, aku atau Soojung yang konyol hari ini? Sekilas aku melirik ke arah samping, menatap Soojung yang juga tengah menatapku dengan tatapan bingungnya.
Mereka masih terdiam. Menatapku menunggu penjelasan mengapa aku bisa tertawa tiba-tiba seperti itu. Oh God ini benar-benar menyiksa perutku. Tapi aku benar-benar tidak bisa menghentikan tawa ini mengingat sesuatu yang sangat lucu. Astaga Soojung kau harus membayar ini nanti.
Aku masih berusaha mengatur nafasku yang semakin tidak beraturan. Memejamkan mata mencoba lebih rileks dan berhenti tertawa. Untuk sejenak aku bisa terdiam. Namun sedetik kemudian aku kembali meledakkan suara tawaku persis setelah aku membuka mata.
“Yak! Stupid”. Kurasakan tangan Soojung sudah menutup mulutku rapat hingga aku kesulitan bernafas karena tanpa sadar hidungku pun tertutup. Tapi syukurlah aku sudah berhenti tertawa sekarang. Melihat itu Soojung segera menjauhkan tangannya dariku. Luna yang berada didepan menatapku dan Soojung bergantian.
“Apa yang terjadi pada kalian berdua? Sepulang dari salon kalian benar-benar aneh. Princess yang tiba-tiba merasa tidak semangat dan Servantnya yang tertawa tanpa henti.” Luna memicingkan matanya semakin tajam menatapku.
“Ehm”. Aku menegapkan tubuhku. Membalas tatapan Luna dengan senyum menghiasi wajahku, “Tidak apa. Kalian lanjutkanlah makan.” Mengacuhkan Luna yang masih menatapku dengan tatapan intimidasi. Tapi aku tidak bisa menjelaskan pada mereka sebab aku tertawa seperti itu. Dan akhirnya perempuan itu menyerah. Tidak lagi menuntut dan kembali menyantap makanannya.
Aku melirik Vic-omma yang fokus pada makanannya. Mungkin dia sudah terlalu lelah hari ini dan tidak peduli dengan keanehan yang terjadi padaku dan Soojung. Jelas sekali ada rasa ingin tahu diwajah lelahnya.  Ah aku jadi merasa tidak enak padanya. Ini semua karena Soojung.
Aku melirik ke arah Soojung yang berada di sebelah kananku. Wajahnya lucu sekali. Hidungnya sangat mancung dilihat dari samping. Aku bahkan sempat mengira dia melakukan operasi pada hidungnya pada awal pertemuan kami.
“Ara. Arasso.” Bisikku mendekat ke arah Soojung. Dia terkejut. Menatapku heran dengan sendok yang masih ada di tangannya.
“Mwo? Apa yang kau tahu?”
Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya. Beranjak dari kursi, “Vic-omma aku akan ke kamar duluan. Tidak usah mencuci piring. Akan ku lakukan nanti setelah beristirahat sebentar”.
Vic-omma hanya mengangguk. Dia benar-benar kelelahan rupanya. Biasanya dia selalu menasihati kami sebelum pergi tidur. Tapi lihatlah dia benar-benar diam sekarang. Sekilas aku melirik Soojung yang menatapku dingin. Aih ada apa dengan tatapannya itu. Perempuan itu ikut beranjak dan melangkah mendahuluiku masuk ke dalam kamar.

Soojung pov
Bukankah ini sangat aneh? Tiba-tiba saja Amber tertawa tanpa sebab seperti itu. Lalu setelah kami sudah tenang dia mengaku sudah tahu. Apa yang ia tahu memangnya? Aku membalikkan tubuhku. Menghadap Amber yang sudah tertidur menghadapku. Lengannya digunakan untuk menjadi bantal kepalaku. Ya, lima  tahun hidup bersama member membuat aku dan Amber semakin dekat. Aku tidak tahu apa hubungan kami. Dia memang orang yang friendly. Dia sangat baik pada siapapun yang dijumpainya. Tapi hanya bersikap sangat manis seperti anak kecil didepanku.
Seutas senyum tipis tanpa sadar menghiasi wajahku. Menatap wajahnya yang tertidur pulas membuatku sangat nyaman. Aku mengarahkan telunjuk tanganku mengelus wajah Amber perlahan. Mengabsen setiap inci wajah tampannya. God, kenapa dia bisa setampan ini untuk ukuran seorang perempuan?
Amber membuka matanya tiba-tiba. Membuatku mengerjap dan salah tingkah. Dengan segera aku menarik tanganku dari wajahnya dan berbalik. Mencoba menjauh dari tubuhnya. Namun lengan hangatnya menarik leherku membuat aku semakin mendekat ke arahnya. Punggungku benar-benar menyentuh tubuh bagian depannya sekarang. Aku menutup mataku rapat-rapat mencoba fokus. Oh ayolah, ini sudah sering terjadi. Amber sudah sering memelukku. Begitu juga sebaliknya. Tapi kenapa aku merasa sangat gugup? Tertangkap basah sudah menyentuh wajahnya diam-diam dan berakhir dengan backhug yang ia berikan padaku.
Detak jantungku semakin berpacu dengan cepat. Tidak terkontrol. Aku yakin wajahku sudah memerah saat ini. Nafas beratnya menusuk rambut kepalaku membuatku semakin gugup.
“Mian sudah membuatmu kesal”.
Aku terdiam. Berpura-pura sudah terlelap dan segera meninggalkan malam yang berat ini.
“Aku tahu kau tidak menyukai Dani. Jangan murung lagi. Maaf sudah membuatmu membenci Dani dan merasa tidak nyaman”.
Aku masih tidak mengucapkan apapun. Mataku masih terbuka lebar. Wajahku semakin memanas. Seketika aku ingin sekali melompat dari atas kasur dan berteriak sekencang mungkin. Tangan besar milik Amber menyentuh antara pinggang dan perutku. Aku rasa sebentar lagi aku akan pingsan dalam dekapan Amber.
“Berhentilah bersikap seperti ini padanya. Kalian bahkan tidak pernah bertemu langsung. Kenapa kau tidak menyukainya, heum? Kau tahu? Aku yakin saat kalian bertemu besok, dia akan terkejut dan selalu memujimu. Kau terlalu cantik Soojung. Berhentilah merasa kesal. Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan kau. Jangan membanding-bandingkan kau dengannya lagi. Kau berada di level yang sangat berbeda dari orang lain, termasuk dirinya. Ara?”
Tanpa sadar aku mengangguk pelan. Dasar bodoh. Aku sedang berpura-pura tidur tapi kenapa mengangguk menanggapi pertanyaannya. Sh.. aku meringis dalam hati.
Lihatlah, bahkan sekarang aku bisa merasakan ia tengah tertawa kecil sekarang. Tangan kanannya yang tadi memegang pinggangku kini terarah menggenggam tanganku. Dan lagi-lagi tanpa sadar aku balas menggenggamnya.
“Ternyata aktingmu sangat buruk dibelakang kamera, Princess.”
Hening. Dia tidak mengeluarkan suara lagi. Apa dia sudah tidur?
“Tidurlah. Udara semakin dingin. Kau beruntung aku memilikki tubuh yang hangat”.
Amber semakin mengeratkan dekapannya.
Aku bisa merasakan bibirnya menyentuh rambut belakangku, “Good sleep Princess. Nice dream”.
‘Nde. Amber.’ Balasku dalam hati dengan senyum yang masih mengukir indah diwajahku.
Ku genggam erat tangannya yang terasa sangat menghangatkan. Memejamkan mata dan mencoba untuk terlelap bersama Amber.
Bersambung.
Review :
“Benarkah? Wah cepat sekali perasaanmu berubah Soo”.
“Aku tidak membencinya. Hanya sedikit kesal. Bukan. Aku hanya tidak suka. Tapi bukan berarti benci. Aku kesal padanya. Tapi hanya sedikit. Aku... aish apa yang aku katakan hah”.
“Please take care our Princess. Jangan biarkan dia terlalu lama bersama Dani. Akan ada perang dunia ketiga nanti”

Sure Thing (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang