Chapter 27

1.9K 166 10
                                    

Sure Thing
Chapter 27
----------
Author pov
Soojung membuka matanya lebar-lebar dengan nafas terengah. Jatungnya berdegup dengan ramai. Keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya. Ia melirik ke arah jam dinding yang menunjuk angka 3 pagi.
Tubuhnya gemetar dengan perasaan tidak karuan. Ia menolehkan kepalanya dan mendapati Amber masih terlelap dengan sebelah lengan yang dijadikan bantal untuk Soojung.
Matanya sudah memerah dan berkaca-kaca. Dia segera berhambur ke pelukan Amber. Menenggelamkan wajahnya di dada perempuan tomboy itu.
Amber melenguh pelan ketika merasakan tubuhnya direngkuh. Ia sedikit kesulitan bernafas karena rengkuhan dari Soojung begitu kuat. Dengan nafas yang sedikit tersengal ia mulai membuka matanya. Mengerjap pelan ketika melihat tubuh Soojung sudah gemetar.
Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, Amber menggerakkan tangannya untuk mengelus punggung Soojung.
“Hei, ada apa Soojungie?”
Alih-alih menjawab, Soojung semakin terisak dipelukan Amber.
“Katakan padaku apa yang terjadi. Kenapa kau menangis seperti ini”  Amber mengecup puncak kepala Soojung. Membiarkan hidungnya menghirup aroma shampo yang masih terasa dirambut kekasihnya itu.
“Kau meminta break denganku Amb. Kau meninggalkanku”
Amber terdiam sejenak. Lalu tersenyum. Perlahan ia mengangkat wajah Soojung agar berhadapan dengannya.
Wajahnya sudah memerah dengan air mata yang terus mengalir. Diusapnya air mata itu lembut. Mereka saling memandang dalam diam. Diam-diam Amber merasa sakit dihatinya melihat Soojung menangis seperti ini.
“Itu hanya mimpi buruk Princess. Aku masih disini. Untukmu”
“Berjanjilah padaku untuk tidak meminta hal seperti itu”
“Aku janji”
“Kau bilang kau ingin aku memastikan perasaanku padamu. Kau percaya padaku kan? Aku berani bersumpah aku sungguh mencintaimu. Ini bukan perasaan suka sesaat Amb. Aku berani jamin itu”
Amber tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Tangannya ia gunakan untuk mengelus pipi Soojung yang mulai chubby itu.
“Akan ku buktikan bahwa itu semua hanya mimpi buruk untuk kita Soojung. Aku percaya padamu. Dan kau juga harus percaya padaku. Aku akan tetap bersamamu”
“Aku benar-benar takut Amb. Mimpi itu terasa sangat nyata” Bisik Soojung dengan suara tercekat.
Amber mengecup kening Soojung lama. Membiarkan ciuman itu memberikan ketenangan bagi kekasihnya.
“Tiba-tiba saja aku melihatmu hanya berdiri. Kau hampir menangis dan kau mengatakan hal itu. Kau meminta break. Aku marah saat itu juga tapi tak bisa kutunjukkan padamu. Aku ingin menolak tapi aku hanya diam saja. Aku tidak mau Amb”
“Iya sayang. Lihat aku” Amber mengarahkan wajah Soojung agar kembali bertatapan dengannya. Ditatapnya lekat wajah Soojung dengan senyum terukir diwajahnya, “Sesulit apapun nanti, aku akan berada disampingmu. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku pun tidak bisa kalau harus berpisah darimu meski hanya sementara. Kau hanya harus percaya padaku. Jangan biarkan mimpi buruk itu mengganggumu. Princess mengerti?”
Soojung masih diam menatap mata Amber. Perlahan ia mengangguk pelan, “Aku percaya padamu. Aku sangat mencintaimu Amb”
“Aku lebih mencintaimu. Sekarang tidur lagi ya? Masih terlalu pagi untuk beraktivitas”
Soojung kembali mengangguk. Membiarkan tubuhnya direngkuh oleh Amber. Ia merasa lega sekaligus senang sekarang. Hal tak terduga yang terjadi padanya hanya mimpi buruk. Dan Amber sudah berjanji akan memastikan bahwa hal itu hanya akan jadi mimpi buruk yang akan segera terlupakan.
Matanya mulai terpejam bersamaan dengan sentuhan tangan Amber dikepalanya.
----------
Amber pov
Kenapa Soojung bermimpi seperti itu. Memang ku akui, aku sempat berpikir untuk break dengannya setelah percakapanku dengan Tia. Melihat komentar kebencian yang ditujukan untuk Soojung karena kedekatan kita berdua memang sempat membuatku ragu dan goyah. Tapi melihat bagaimana Soojung sangat terluka dengan mimpi buruk itu membuatku kembali yakin. Kami saling mencintai. Dan sebanyak apapun komentar kebencian dari orang lain tidak akan mampu mengurangi rasa cintaku padanya. Begitu pula sebaliknya.
Soojung, aku berjanji tidak akan membuatmu menangis karena keraguanku. Aku hanys mencintaimu. Dan aku percaya hanya aku yang kau cinta.
Aku kembali membuka mata ketika jam sudah menunjuk angka 5 pagi. Aku sudah merasa segar sekarang. Bahkan aku sangat bersemangat. Entah karena apa. Hanya melihat wajah Soojung di pagi hari saja membuatku merasa ada jutaan kupu-kupu terbang di perutku. Aku benar-benar bahagia Soojung.
Ku telusuri setiap inci wajah kekasihku. Dia benar-benar sempurna. Tidak ada sedikitpun kejelekan yang ada pada dirinya. Betapa beruntungnya aku memilikimu Soojung.
Tidak lama, Soojung melenguh pelan. Perlahan matanya terbuka dan mengerjap lucu beberapa kali. Aku sangat gemas melihatnya hingga dengan cepat memberikan kecupan singkat di bibirnya.
Untuk sejenak Soojung tampak terkejut. Seperti ingin memprotes tapi terhalang oleh rasa kantuk. Kekasihku sangat manis.
“Good morning” Bisikku.
Ia tampak tersenyum tipis lalu membalas kecupanku. Tentu saja aku terkejut. Ku kira Soojung masih belum sadar tapi dia sudah bisa membalas morning kissku sekarang.
“Morning. Jam berapa sekarang?” Tanyanya dengan suara parau.
Bahkan suara bangun tidurnya benar-benar menawan. Tidak ada yang kurang dari diri Soojung. Aku jadi iri padanya.
“Jam 5. Mau tidur lagi?” Tanganku bergerak mengelus rambutnya.
Soojung menggeleng pelan. Tangannya memeluk erat pinggangku, “Aku tidak mau tidur lagi. Ada jadwal apa hari ini?”
“Tidak ada. Mau pergi bersama? Kita bisa pergi ke pantai sekarang. Yah meskipun telat untuk melihat sunrise. Tapi udara pantai di pagi hari benar-benar sejuk”
“Aku akan bersiap-siap” Soojung beranjak. Mencepol rambutnya asal hingga wajah cantiknya lebih terekspos.
“Aku akan menyiapkan sarapan kecil untuk kita”
Soojung hanya mengangguk lalu berjalan ke arah kamar mandi yang berada di kamar kami. Sedangkan aku beranjak untuk keluar dari kamar untuk menyiapkan sedikit sarapan untukku dan Soojung. Sekaligus meminta izin pada yang lain agar mereka tidak mencari kami.
“Kau sudah bangun?”
Aku tersentak kaget. Sontak menoleh ke arah seseorang yang sedang berjongkok di depan kulkas yang terbuka. Siapa dia? Aku tidak terlalu mengenali suaranya karena terdengar serak.
“Tidak biasanya kau bangun pagi” Perlahan lampu dapur menyala. Diiringi dengan Luna yang ternyata sosok yang membuatku terkejut.
“Oh. Aku dan Soojung akan pergi pagi ini” Aku melanjutkan memanggang roti dan membuat susu hangat.
Luna duduk di depanku dengan menyangga dagunya, “Baguslah. Aku jadi tidak depresi karena harus melihat kalian bermesraan disini”
“Kalau begitu cepatlah cari pacar agar tidak kesepian”
“Tidak mau. Kasihan Vic-oma akan sendirian nanti. Sulli dengan Choiza, kau dengan Soojung. Dan aku bersama kekasihku. Bagaimana dengan Vic-omma. Aku tidak tega”
“Uwh anak yang baik”
Luna tampak mendengus lalu kembali terdiam. Tidak mengeluarkan suara lagi. Tidak seperti biasanya dia diam seperti ini.
“Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu”
Aku duduk di depannya setelah selesai menyiapkan eoti dan susu untukku dan juga Soojung. Luna tampak khawatir menatapku membuatku bingung. Ada apa sebenarnya.
“Amber”
“Ya?”
“Kalian benar saling mencintai?”
Aku menaikkan sebelah alisku bingung, “Kenapa tiba-tiba bertanya?”
“Hanya memastikan. Kau tahu aku, Sulli dan Vic-omma sangat menyayangi kalian. Kami sangat senang kalau kalian saling menjaga dan mencintai. Tapi aku sedikit takut dengan suatu hal”
“Apa yang membuatmu takut Lu?”
“Para penggemar. Aku takut kalau mereka tidak suka dengan hubunganmu dan Soojung, mereka akan berpaling. Sejujurnya, aku tidak terlalu berharap bahwa penggemar akan mendukung kita selamanya. Suatu saat mereka akan bosan dengan kita, jadi aku akan memaklumi itu. Tapi kalau seandainya mereka berpaling karena tidak suka hubungan kalian, apa kau sudah siap Amber?”
Aku terdiam. Hal yang selalu membuatku takut setiap saat ternyata juga menjadi momok menakutkan bagi member yang lain.
“Apa kau merasa takut mereka akan meninggalkanmu Lu?”
Luna menggeleng menatapku, “Tidak. Bukan seperti itu. Aku hanya khawatir denganmu dan Soojung. Aku takut mereka akan menjatuhkan kalian karena hal ini”
Tanganku bergerak menggenggam tangan Luna. Ku tarik sudut bibirku agar membentuk senyuman, “Aku sudah yakin sejak awal Lu. Akan aku pastikan bahwa Soojung juga bersiap dengan hal ini. Tidak perlu takut dengan semua ini. Aku dan Soojung akan baik-baik saja. Begitu juga dengan F(x). Kalau mereka memang penggemar kita, mereka pasti akan tahu tidak ada kebahagiaan yang bisa dipaksakan. Mereka akan mengerti Lu”
Perlahan senyum mengembang diwajah Luna, “Baiklah. Aku percaya padamu. Jaga Soojung baik-baik. Meskipun aku menyayangimu, tapi aku lebih menyayangi bayiku. Ingat itu”
Aku mendengus. Melepaskan tanganku dari tangannya, “Aku kakakmu. Bersikaplah lebih adil”
“Justru aku sedang bersikap adil. Adik yang harus dijaga daripada seorang kakak”
Luna tertawa pelan dengab ucapannya sendiri membuatku memutar bola mata malas.
“Cepatlah pergi sebelum jalanan padat. Hati-hati dijalan” Ucap Luna lalu beranjak. Tanpa menoleh lagi ia sudah kembali ke dalam kamarnya.
Aku masih duduk di atas kursi dengan senyum mengembang. Selain bersyukur karena memiliki Soojung sebagai kekasih, aku juga sangat mensyukuri keberadaan Vic-omma, Luna dan Sulli sebagai keluargaku yang lain. Mereka benar-benar mengerti diriku. Memberiku dukungan dan semangat. Tidak membebaniku dengan pendapat mereka. Justru mereka sangat menghormati apapun keputusan yang kuambil selama itu tidak merugikan.
“Hei kenapa melamun”
Aku merasakan sebuah tangan melingkar dileherku. Aku tersenyum dan menggeleng. Aku menundukkan kepala sedikit untuk mengecup punggung tangannya.
“Aku memikirkan kekasihku yang cantik”
Dia tampak terkekeh. Menjatuhkan dagunya dibahuku. Aroma harum langsung menusuk indra penciumanku.
“Siapa kekasihmu yang cantik itu? Aku ingin melihatnya. Seberapa cantik dia? Apa lebih cantik dariku?”
Aku mengangguk, “Dia sangat cantik. Benar-benar cantik. Dia seperti seorang Dewi. Sejujurnya aku benci melihat wajah cantiknya”
“Hem? Kenapa benci?”
“Karena membuatku cemburu. Banyak sekali yang menyukainya. Tidak laki-laki. Tidak perempuan. Mereka semua menyukai kekasihku. Aku harus bagaimana sekarang? Apa aku harus mengurung kekasihku itu supaya orang lain tidak bisa melihatnya? Bagaimana menurutmu?”
“Kau sudah mengurungnya dalam hatimu Amb”
Hatiku menghangat mendengar perkataan Soojung. Pipiku terasa memanas. Apa wajahku merah hanya karena perkataan dari Soojung? Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya.
Soojung. Kau membuatku gila di pagi hari ini.
“Kenapa hanya diam?”
“Aku sedang memikirkan cara supaya kekasihku tidak bisa keluar dari kurungan yang ku buat”
Soojung tampak terdiam. Terdengar helaan nafas dari mulutnya, “Bagaimana bisa dia berpaling darimu? Ku lihat kau sangat mempesona. Bolehkah aku merebutmu darinya?”
Astaga. Kenapa pipiku terasa semakin panas. Dan jantungku. Berhentilah berdegup dengan ramai. Kau bisa membangunkan orang-orang yang masih terlelap.
“Aku lapar”
Aku mengerjap. Mencoba berusaha setenang mungkin menghentikan degup ramai di jantungku. Aish kenapa tidak mau berhenti.
Aku tidak sadar jika Soojung sudah tidak memelukku lagi. Dia sudah duduk di sebelahku lalu mengambil sepotong roti yang sudah di beri selai coklat kesukaannya.
“Kau tidak makan?”
Aku menoleh lalu tersenyum menatap Soojung yang masih sibuk menikmati rotinya dengan lahap. Seperti seorang yang sedang kelaparan.
Tiba-tiba saja Soojung menoleh membuatku gugup. Tentu saja. Aku sudah tertangkap basah tengah memandangi wajahnya diam-diam. Seperti paparazzi. Aku benar-benar malu sekarang.
Tapi ternyata Soojung tidak masalah dengan itu. Atau tidak menyadari kalau sedari tadi aku memperhatikannya? Dia malah menyuapkan sepotong roti besar ke hadapanku. Menatapku seolah menyuruhku untuk membuka mulut.
Dengan segera aku melahap suapan roti darinya membuat ia tersenyum lalu melahap sisa roti dari gigitanku.
Aku mengambil sepotong besar roti berselai coklat lalu memasukkannya setengah ke mulutku. Aku mencolek pipinya agar melihat ke arahku. Tatapan kami bertemu dengan dirinya yang menatapku dengan bingung.
“Ini. Makanlah bersamaku” Ucapku dengan roti yang masih berada di mulutku.
“Ini bukan pepero kiss Amber” Dia terkekeh tapi tetap memasukkan sisa roti diluar mulutku hingga kini kami saling berhadapan dengan roti yang dimasing-masing mulut kami. Seperti sedang memakan pepero kiss. Bedanya kami menggunakan roti sebagai pengganti pepero.
Jantungku kembali berdegup dengan ramai. Ah sial. Kenapa aku selalu gugup jika didekatnya? Apa Soojung juga merasa gugup sepertiku? Tapi dia terlihat sangat tenang seperti biasa saja. Atau dia hanya memasang topeng supaya aku tidak tahu kalau dia sedang gugup? Bisa saja. Soojung selalu bisa menyembunyikan perasaannya dengan wajah dingin itu.
Roti kami semakin mengecil hingga jarak wajahku dengannya semakin dekat. Senyum yang tadi mengembang diwajahnya perlahan luntur. Digantikan dengan wajah tanpa eskpresi. Tapi pipinya sedikit merah. Nah, benar kan kataku. Soojung hanya menutupi rasa gugupnya dengan pura-pura tenang. Pandai sekali.
Semakin dekat. Hanya tinggal satu gigitan terakhir maka kami akan berciuman. Eh, apa aku akan melakukan itu dengan Soojung sekarang? Bagaimana kalau Soojung langsung menghindar saat roti sudah habis.
Dugaanku meleset. Soojung diam saja ketika roti yang menjadi penghalang bibir kami sudah habis tak bersisa. Membiarkan bibir kami saling menempel. Tanpa sadar bibirku sudah memagut bibirnya. Membuatnya memejamkan mata rapat. Aku pun melakukan hal yang sama. Entah sejak kapan kini tangannya sudah melingkari leherku. Dengan tanganku yang membelai pipinya.
Aku tidak sadar sudah berapa lama kami berpagutan. Ketika Soojung memukul pundakku pelan membuatku berhenti dan menjauhkan wajahnya yang sangat memerah. Mungkin aku juga tak kalah meronanya seperti Soojung.
“Aku kehabisan nafas” Ucapnya dengan suara pelan. Oh Soojungku sedang malu sekarang. Aku juga malu Soojung, sama sepertimu.
“Maaf” Aku mengusap lembut bibirnya.
“Sebaiknya kau cepat bersiap. Sudah mulai terang”
Aku mengangguk pelan seraya tersenyum lalu beranjak dari kursi menuju kamarku dan Soojung.
Sial. Pipiku semakin memanas.
Benar-benar menakjubkan. Apa seperti ini rasanya jatuh cinta?
----------
Author pov
Amber dan Soojung sampai di pantai jam setengah 7 pagi. Tidak terlalu ramai karena ini bukan hari libur. Waktu yang tepat untuk pergi ke pantai.
Amber menggandeng tangan Soojung. Mereka berdua menyusuri tepi pantai dengan alas kaki yang sudah dilepas. Ditinggalkan di sebuah tempat istirahat yang tidak jauh dari tepi pantai.
“Kau senang?”
Soojung yang sedari tadi memandang lautan disebelah kanannya kini menoleh. Tersenyum cerah menatap Amber, “Kenapa selalu bertanya setiap kali kita pergi?”
“Hanya takut kau merasa bosan. Pasti sudah banyak tempat yang kau kunjungi jadi aku bertanya padamu. Kalau ada tempat yang ingin kau kunjungi katakan saja. Kita bisa kesana kapanpun kita ada waktu”
“Aku selalu senang dimanapun berada. Asalkan bersamamu Amb. Jangan bertanya hal yang sudah kau tahu jawabannya”
Amber tersenyum lalu mengangguk. Semakin menautkan jari-jarinya dengan jari Soojung. Merasakan angin sejuk yang menerpa kulit mereka. Jika bisa, Amber ingin menghentikan waktu setiap kali bersama Soojung. Perempuan itu benar-benar membuatnya gila. Ia tidak tahu bagaimana jadinya jika Soojung meninggalkannya.
Amber tersentak ketika cipratan air mengenai wajah dan rambutnya. Ia segera menoleh ke arah Soojung yang tengah tersenyum menatapnya.
“Kita tidak bawa baju ganti Soojung. Jangan nakal”
“Kita bisa pulang dengan baju yang basah. Tidak masalah. Akan kering seiring berjalannya waktu”
Amber berdecak lalu tanpa pikir panjang ia mengangkat tubuh Soojung membuat perempuan itu memekik terkejut. Namun juga tertawa.
“Apa yang kau lakukan. Turunkan aku sekarang Amber”
Amber menggelengkan kepalanya. Semakin membawa mereka ke dalam air laut. Hingga Amber bisa merasakan dinginnya air asin itu.
“Hei. Cepat turunkan aku”
“Kau sendiri yang meminta. Servant hanya menjalankan perintah dari princessnya” Ucap Amber.
“Tidak. Aku hanya ingin bermain air sedikit saja. Kau tidak berniat melemparku ke laut kan?” Soojung menatap Amber panik. Terang saja, mereka memang tidak membawa pakaian ganti. Ia memang ingin bermain air tapi hanya saling melempar air melalui tangan. Dan tidak akan membuat pakaian mereka basah kuyup. Tapi sekarang Amber membawa semakin jauh dari bibir pantai.
“Amber cepat turunkan aku” Ucap Soojung seraya tersenyum manis. Menatap Amber seperti anak kecil berharap perempuan tomboy itu akan menurunkannya secara perlahan dan tidak melemparnya ke laut.
Amber tetap diam dan menggeleng. Meskipun ia sudah berhenti melangkah, tapi Soojung tetap saja merasa panik karena tubuh mereka sedikit terhuyung akibat terkena deburan ombak yang menerpa mereka.
“Stupid Llama”
Amber masih diam dengan menatap Soojung dengan menantang.
“Sayang. Aku mencintaimu”
Amber membeku. Hanya dengan bisikan kecil Soojung mampu membuat tubuhnya menegang seketika. Maka, buru-buru ia menurunkan tubuh Soojung. Dinginnya air laut menyambut kaki telanjang Soojung.
“Apa ini berhasil?” Soojung menoleh ke arah Amber membuat perempuan tomboy itu segera mengalihkan pandangannya.
“Sayangku Amber. Aku benar-benar mencintaimu” Bisik Soojung sedikit keras untuk mengalahkan suara deburan ombak yang terus datang ke arah mereka.
Amber perlahan menolehkan kepalanya. Ikut tersenyum menatap Soojung, “Kau pandai menggoda ya Soo-ah. Padahal kau masih kecil. Ck”
“Hei, aku sudah besar stupid Llama”
“Oh ya? Benarkah? Berikan aku bukti bahwa kau sudah besar”
Seketika pipi Soojung terasa panas. Merona. Buru-buru ia memalingkan wajahnya, menjauhi tatapan mata Amber. Ia tidak mau tertangkap basah sedang bersemu karena ucapan dari kekasihnya itu.
“Kenapa pipimu merah Soojung? Apa yang kau pikirkan, hah?”
Soojung tergagap. Ia mengedarkan pandangannya sambil memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan untuk Amber. Ia merasa malu sekarang.
“Kau berpikir yang macam-macam ya? Kau mesum sekali Soojungie”
“Tidak. Aku tidak seperti itu. Yang benar saja. Aku sangat polos. Kau tahu itu” Ucap Soojung cepat tanpa menatap Amber.
“Uwh kekasihku bertambah manis ketika sedang malu. Kau sangat mencintaiku ya?”
Soojung menggeleng, “Tidak. Aku sama sekali tidak mencintaimu”
“Apa tadi aku salah dengar? Atau yang berbicara padaku dan menyatakan cintanya adalah makluk tak kasat mata?”
Soojung memukul pundak Amber pelan. Kali ini ia memberanikan diri untuk menatap kekasihnya itu.
“Aku bukan hantu. Kau tidak bisa melihatku?”
Amber terkekeh, menggenggam tangan Soojung membuat ia berhenti dipukuli, “Jadi?”
Kedua alis Soojung menyatu, “Apa?”
“Kau mencintaiku atau tidak?”
“Aku sangat membencimu Amb”
“Wah sayang sekali. Padahal aku sangat mencintaimu. Kalau begitu aku kembali pada kekasih cantikku saja, Jung Soojung”
“Baiklah baiklah. Aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu. Apa aku berhasil merebutmu dari kekasihmu?”
Amber mengangguk dengan senyum diwajahnya, “Kau benar-benar jahat princess. Bagaimana bisa kau merebut kekasih orang lain. Padahal aku sangat mencintai kekasihku. Tapi kau membuatku mencintaimu juga”
Soojung tersenyum manis menatap Amber. Semakin mengeratkan tangannya yang bertautan dengan Amber, “Aku bahagia bersamamu Amber” Gumamnya pelan.
“Aku jauh lebih bahagia dari yang kau rasakan”
Soojung menggeleng, “Tidak. Aku lebih bahagia”
“Aku yang lebih bahagia”
“Ish aku jauh lebih bahagia”
“Aku”
“Hei, aku yang lebih bahagia darimu”
“Tidak bisa. Aku lebih bahagia. Aku 90 persen sedangkan kau 10 persen”
“Mana bisa. Aku 99 persen dan kau 1 persen. Tidak ada penolakan” Soojung menatap Amber kesal dengan matanya yang tajam namun malah terlihat lucu dimata Amber.
“Baiklah. Tapi aku mencintaimu 1000 persen lebih besar darimu”
“Tidak. Aku yang lebih besar”
“Apanya yang besar?”
Ptakk
Dengan segera Soojung memukul kepala Amber keras membuatnya mengaduh kesakitan. Dengan sebelah tangan mengelus kepalanya.
“Kenapa aku mencintai orang mesum seperti ini. Oh gosh” Gumam Soojung tidak mengalihkan pandangannya dari Amber.
“Kau yang mesum. Aku bertanya dengan benar. Kau hanya bilang kau lebih besar. Tanpa menjelaskan apa yang lebih besar itu”
“Tentu saja rasa cintaku, stupid. Kita sedang membahas rasa cinta. Kenapa kau tidak mengerti. Aish”
“Kau benar-benar mesum Soojungie”
“Kau yang mesum”
“Kau lebih mesum”
Soojung tidak mampu lagi berbicara untuk membalas ucapan Amber. Justru senyum semakin merekah diwajahnya membuat Amber ikut tersenyum.
Mereka menghabiskan pagi hari di pantai dengan tenang. Sesekali saling menggoda membuat rona merah di pipi terlihat jelas. Berbagi kasih sayang yang tulus.
Bersambung

Notes : Ngehe lu pada kena tipu author.
Authornya mau semedi dulu ya dua sampe tiga hari. Bentar lagi tamat jadi biar bisa bom part nanti.

Sure Thing (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang